BANYAK harapan ditumpukan pada pertemuan para menteri ekonomi ASEAN, minggu ini, di Jakarta. Paling tidak bagi Ali Wardhana yang Senin lalu terpilih sebagai ketua sidang. Dalam pertemuan mereka yang ke-16 ini, menurut menteri koordinator ekuin itu, akan dibicarakan secara tuntas pelaksanaan proyek industri ASEAN yang belum berjalan, dan peningkatan kerja sama perdagangan dalam rangka pengaturan preferensi perdagangan (PTA). Proyek industri ASEAN (AIP) diputuskan dalam. KTT Kuala Lumpur (1977). Semula, direncanakan akan dibangun proyek pupuk urea di Indonesia, superposfat di Filipina, mesin diesel di Singapura, dan soda abu di Muangthai. Dan Malaysia kebagian pupuk urea juga. Tapi, setelah enam tahun sejak bekas PM Jepang Takeo Fukuda berjanji akan memberikan dana US$ I milyar,hanya proyek pupuk di Lhok Seumawe, Aceh, itulah yang berdiri - yang awal tahun ini diresmikan Presiden Soeharto. Proyek bersama ASEAN pertama dengan investasi US$ 410 juta itu didirikan dengan dana dari Jepang sebesar 77% Sisanya dipikul bersama oleh ASEAN: 60% saham Indonesia, dan 13% masing-masing untuk Malaysia, Filipina, serta Muangtai Sedangkan Singapura cuma punya andil 1%. Dari 570.000 ton per tahull produksi pabrik pupuk itu, Indonesia akan membeli separuhnya. Malaysia 100.000 ton, Filipina 50.000 ton, dan Muangthai 30.000 ton. Singapura belum memutuskan apakah akan membeli atau tidak, sedangkan Jepang berjanji akan membeli sekitar 90.000 ton. Dan Korea Selatan telah meneken kontrak pembelian selama 20 tahun. Proyek industri di negara ASEAN lain boleh dibilang, belum berjalan. Singapura gagal mendirikan pabrik mesin diesel karena ditentang anggota ASEAN yang lain. Singapura diminta hanya membuat mesin ukuran 500 TK (tenaga kuda) ke atas, karena untuk ukuran lebih kecil sudah bisa dibuat di tiap- tiap negara anggota. Akhirnya, proyek itu dibatalkan, karena dianggap tidak akan menguntungkan. Sebagai gantinya, Singapura mengajukan proyek pabrik vaksin hepatetis B yang kabarnya akan diluluskan sidang para menteri ekonomi kali ini, yang dibuka Wakil Presiden Wirahadikusumah itu. Sementara itu, pabrik pupuk urea Bintulu di Malaysia kini tengah dibangun. Dengan dana 70% (48 milyar yen) dari Jepang, pabrik itu diharapkan mulai berproduksi tahun depan. Muangthai segera akan menyelesaikan pabrik soda abu dengan investasi sekitar US$ 377 juta, dan produksinya per tahun diperkirakan mencapai satu juta ton. Filipina, yang gagal mendirikan proyek superposfat, pulp, dan kertas, kini mengusulkan pabrik tembaga berharga US$ 370 juta. Di bidang perdagangan, ASEAN juga belum menemukan jalan mulus. Walau sudah mempunyai pengaturan preferensi perdagangan (PTA), yang meliputi sekitar 18.000 macam dan plafon nilai impor dikenakan pemotongan tarif sebesar US$ 10 juta, volume perdagangan antar negara SEAN tidak berkembang.Sebagai contoh,hubungan dagang Filipina dengan keempat negara ASEAN hanya US$ I milyar, atau 8,5% dari seluruh nilai perdagangannya selama 1983.Sementara ini, Indonesia dalam 1982 hanya mencapai 7,8%(US$ 2,8 milyar), Malaysia 24,9%(US$ 6 milyar)Singapura mencapai jumlah tertingi yaitu 23,2%(US$ 114 milyar), dan Muangthai 14,5%(US$ 2,3 milyar). Salah satu rintangan bagi kerja sama ekonomi ASEAN yang belum bisa diatasi adalah soal angkutan. Kecua1i jumlah kapal masih terbatas, ongkos angkut di antara negara ASEAN juga Iebih mahal (misahnya dari Malaysia ke Filipina dibanding ke Eropa atau Jepang). Artinya, pasar yang empuk dengan 270 juta penduduk - Iebih besar-dibandingkan AS -tidak bisa dinikmati oleh negara ASEN sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini