Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Rendahnya Utilisasi Pabrik Sangat Berbahaya

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Kukuh Kumara yakin kebijakan pemerintah membebaskan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) khusus buat mobil dengan kapasitas mesin sampai 1.500 cc bakal berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi.  

20 Februari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia./Foto: Facebook

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMERINTAH akan membebaskan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) khusus buat mobil dengan kapasitas mesin sampai 1.500 cc pada Maret-Mei 2021. Selanjutnya, potongan tarif pajak akan berkurang secara bertahap menjadi 50 persen pada Juni-Agustus dan 25 persen pada September-November 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Banyak kalangan ragu keputusan pemerintah ini bakal cepat berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Namun Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), asosiasi yang telah lama mengusulkan insentif ini, punya pandangan sebaliknya. “Kami ingin memulihkan ekosistem industri. Nanti ujung-ujungnya ekonomi pulih,” kata Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara kepada Retno Sulistyowati dan Aisha Shaidra dari Tempo, Jumat, 19 Februari lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagaimana kondisi penjualan mobil awal tahun ini?

Januari lalu penjualan 52 ribu unit. Kalau normal di kisaran 90-100 ribu unit per bulan.

Keputusan pembebasan PPnBM membidik momentum menjelang Lebaran. Apakah penjualan akan kembali pulih?

Mudah-mudahan dengan adanya kebijakan ini bisa naik ke 60 ribu unit. Syukur-syukur bisa 70 ribu unit per bulan. Tapi, ya, di kisaran itulah.

Jadi seperti apa proyeksi Gaikindo terhadap penjualan setelah ada kebijakan potongan PPnBM ini?

Belum saya hitung, terus terang. Kami lihat dulu sampai ada implementasi, bagaimana reaksi pasar, baru akan kami hitung ulang. Sebab, dunia industri ini tidak bisa secepat itu tiba-tiba pulih, langsung menanjak.

Bukankah Gaikindo yang mengusulkan insentif ini sejak Mei 2020?

Kami berdiskusi cukup intensif pada Agustus-September 2020. Yang punya ide dari Kementerian Perindustrian untuk melakukan relaksasi karena melihat kondisi yang lesu. Kami enggak sempat bikin kajian mendalam karena butuh waktu lama. Simulasi dibikin, yang simpel. Kami sama-sama mencari upaya untuk membangkitkan industri.

Deretan mobil baru yang terparkir di PT Indonesia Terminal Kendaraan atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta, 11 Februari lalu. ANTARA/Aprillio Akbar

Mengapa PPnBM yang didiskon? Bukankah Gaikindo sempat mengusulkan insentif berupa potongan pajak daerah?

Sudah kami kirim ke semua pemerintah daerah. Namun, sebagai catatan, pendapatan asli daerah itu 50-60 persen dari pajak kendaraan. Jadi mereka keberatan.  

Mengapa penjualan perlu didorong?

Kalau volume penjualan segera pulih, kami akan berani mengembalikan tingkat utilisasi pabrik yang juga terpukul. Tahun lalu utilisasi cuma 54 persen, itu kan enggak bagus. Kapasitasnya harus dioptimalkan. Nah, kalau itu jalan, pabrik terpakai, mata rantai pemasok dapat kerjaan, orang bisa kerja normal, tidak lagi hanya paruh waktu. Itu tujuannya.

Seberapa berbahaya tingkat utilisasi pabrik serendah itu?

Yang sebetulnya kami garis bawahi, kalau utilisasi (pabrik) terus rendah, enggak bagus buat Indonesia. Sebab, pada saat yang sama Malaysia sudah pulih, Thailand sudah pulih, dan Vietnam juga bangkit. Sedangkan Thailand punya kapasitas produksi yang unda-undi, lah, sama kita, hampir sama. Pasar dalam negerinya memang kalah dibanding kita. Tapi ekspor Thailand lebih tinggi dibanding Indonesia. Nah, kalau pasar Indonesia terus-terusan rendah, pemilik, principal, bisa berpikir, mengapa bikin di Indonesia? “Pabriknya saya tutup aja, deh, saya pindahin ke Thailand. Toh, dari Thailand ke Indonesia bisa impor nol persen.” Kalau itu terjadi, bisa fatal. Sekali pindah ke sana, enggak akan balik ke sini.

Bagaimana industri otomotif negara tetangga itu bisa pulih?

Pasar mobil Malaysia 400-500 ribu unit per tahun. Pada Mei tahun lalu, mereka drop parah, penjualan mobil hanya sekitar 40 unit sebulan. Sedangkan Indonesia masih bisa jualan 3.700-4.000 unit. Pada Juni-Desember 2020, Malaysia mengeluarkan kebijakan pembebasan pajak mobil kendaraan bermotor 100 persen untuk yang buatan lokal, serta 50 persen untuk completely built-up. Penjualan mereka langsung naik, kembali ke normal.

(Gaikindo mencatat angka penjualan retail otomotif Indonesia pada 2020 mencapai 578 ribu unit. Menurut Malaysian Automotive Association, angka penjualan di Malaysia mencapai 529 ribu unit.)

Thailand juga menerapkan pembebasan pajak?

Beda. Kalau enggak salah, orang yang mau beli mobil diberi subsidi untuk menukarkan mobil lamanya. Itu untuk memacu supaya industrinya jalan.

Kalau Vietnam?

Saya enggak ingat. Tapi Vietnam kan masalah Covid-19 lebih terkendali.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Retno Sulistyowati

Retno Sulistyowati

Alumnus Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Bergabung dengan Tempo pada 2001 dengan meliput topik ekonomi, khususnya energi. Menjuarai pelbagai lomba penulisan artikel. Liputannya yang berdampak pada perubahan skema impor daging adalah investigasi "daging berjanggut" di Kementerian Pertanian.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus