Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono membeberkan gambaran wajah IKN pada 2045. Ia mengatakan, pada tahun tersebut di IKN sudah tersedia command center, monitoring menggunakan CCTV dan drone, penggunaan face recognition, hingga transportasi publik yang driverless atau tanpa sopir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Itu bayangan kita (IKN) di 2045,” tutur Bambang dalam acara Penandatanganan MoU dan Forum Akademik Nusantara OIKN – ASPI (Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia) yang disiarkan langsung di YouTube ASPI, Jumat, 8 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akan tetapi, kata Bambang, di IKN tidak ada gedung pencakar langit. Sebab, Kawasan IKN didesain untuk terintegrasi dengan alam atau menjadi kawasan hijau. “Menyatu dengan alam,” ujar dia.
Selain menyatu dengan alam, Bambang menyebut IKN didesain menjadi kota yang liveable dan lovable alias kota yang layak huni dan dicintai. Nantinya, kata dia, IKN tidak hanya menjadi kota pemerintahan yang membosankan. Sebab, IKN bakal dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum.
“Ada rumah sakit, pendidikan, ada tempat untuk stand up comedy, kafe, pecel lele, kopi kekinian. Semua harus ada,” tutur Bambang. “Kota yang layak huni dan dicintai harus ada soul-nya, ada rohnya, sehingga bisa berkembang dan nggak membosankan.”
Tahun ini pembangunan IKN memasuki tahap pertama. Bambang mengatakan, tahap pertama menjadi krusial karena akan menentukan tahap pembangunan selanjutnya. Terlebih, IKN bakal dibangun hingga 2045. Untuk menuju 2024 pun, akan ada banyak pengetahuan soal perencanaan kota dan wilayah yang muncul dan berkembang.
Namun yang pasti, menurut Bambang, IKN telah memiliki pondasi untuk melanjutkan pembangunan ke depan. Ia berujar, Otorita IKN telah membuat perencanaan, termasuk menyiapkan roadmap soal climate change atau perubahan iklim.
“IKN kota pertama (di Indonesia) yang punya peta jalan untuk perubahan iklim,” ujar Bambang. “Kita harus bicara tentang adaptasi, mitigasi, apa dampaknya dan bagaimana mengatasi dampak perubahan iklim.”
Foto 
