Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SIAPA bisa membantah jika dikatakan kelompok Lippo pelari terdepan di bursa saham? Sebelum krisis, tak terhitung aksi korporasi yang dilakukan kelompok usaha milik keluarga Mochtar Riady ini di bursa dalam negeri. Mulai dari bank hingga perusahaan Internet pernah dilempar kelompok Lippo ke bursa.
Tahun lalu, Lippo kembali mengguncang bursa dengan kiat berbeda. Alih-alih melepas perusahaan baru, Lippo malah menjejalkan tujuh perusahaan propertinya ke kantong Lippo Karawaci. Perusahaan yang semula hanya memiliki dan mengembangkan lahan di ujung Tangerang, Banten, itu mendadak menjadi raksasa properti.
Modalnya naik dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 2,2 triliun. Kapitalisasi saham membengkak hingga Rp 4,8 triliun. Untuk menelan tujuh perusahaan (Lippoland Development, Siloam Health Care, Aryaduta Hotel, Kartika Abadi Sejahtera, Sumber Waluyo, Ananggadipa Berkat Mulia, dan Metropolitan Tatanugraha), Lippo Karawaci menerbitkan saham baru.
Skema yang dipakai adalah pemilik 100 lembar saham lama berhak atas 43 saham baru, yang tiap lembarnya dihargai Rp 1.050. Dari penjualan saham baru, Lippo Karawaci menangguk dana segar Rp 800 miliar, hampir dua kali "ongkos kawin". "Kami ingin memperbesar kapitalisasi pasar," kata Tjokro Lirbianto, Direktur Lippo Karawaci, tak lama setelah merger.
Tjokro, yang sebelum merger menjabat direktur utama, yakin kapitalisasi yang besar akan menggoda minat investor untuk kembali memburu saham properti. Ia menyatakan pemilihan Lippo Karawaci sebagai perusahaan yang survive semata karena pertimbangan uang. Lippo Karawaci diklaim sebagai perusahaan yang memiliki "bank tanah" terbesar. "Biaya balik nama kepemilikan akan naik jika Lippo Karawaci yang dilebur," katanya.
Dengan postur yang makin berisi, investor mulai melirik. China Resources Corp. memborong 15,44 persen saham Lippo Karawaci di bursa seharga Rp 680 miliar, akhir Januari lalu. Direktur Utama Lippo Karawaci, Vivien Sitiabudi, menyatakan investasi yang dilakukan China bersifat jangka panjang.
Investasi di Karawaci dilakukan China Resources melalui anak perusahaannya, Greatmind Investment. Ini bukan pertama kali China Resources mengkoleksi saham Lippo Karawaci. Pada 1996, mereka membeli 4,8 persen saham Lippo Karawaci, tapi kemudian melepasnya lagi. Kelompok Lippo sendiri masih pemegang saham mayoritas di Lippo Karawaci, dengan kepemilikan 27 persen.
Namun, Lippo Karawaci tak terlalu mengandalkan China Resources untuk mendongkrak bisnis mereka dalam waktu dekat. "Tapi siapa tahu nanti kita bisa menggunakan kekuatan jaringan mereka di Hong Kong dan Cina," ujar Danang Kemayan Jati, juru bicara Lippo Karawaci.
Ke depan, Lippo Karawaci tak hanya bergantung pada persediaan tanah mereka. "Nilai kami bukan di land bank," ujar Hendra A. Sugandi, Direktur Lippo Karawaci. Land bank, atau persediaan tanah, biasa dipakai para analis keuangan untuk menilai harga saham sebuah perusahaan properti.
Hendra buka kartu, Lippo Karawaci akan lebih mengincar proyek properti yang tak seberapa luasbelasan hektare atau lebih kecil dari itunamun berada di lokasi utama. Di Jakarta, misalnya, Lippo Karawaci berencana membangun kawasan bisnis di Puri Kembangan. Saat ini Lippo telah menyelesaikan proyek padat laba di Tangerang, Serpong, Depok, Medan, dan Malang.
Lippo Karawaci juga sempat diisukan telah mengambil alih kepemilikan beberapa pusat perbelanjaan di Jakarta. "Kalau berita itu benar, pasti diumumkan," ujar Danang diplomatis. Dengan mengandalkan proyek lahan mini tapi laba maksi ini, Lippo Karawaci mengejar omzet penjualan mereka hingga Rp 2 triliun untuk tahun ini saja. "Kalau kita hanya mengandalkan tanah di Karawaci, dua tahun juga habis," ujar Hendra. Strategi yang tak keliru, namun tentu butuh uang tak sedikit.
THW
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo