Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Grab Indonesia dan BRI Ventures optimistis perusahaan rintisan atau startup mampu bertahan di tengah fenomena pemutusan hubungan kerja atau PHK maupun hiring freeze akibat pandemi Covid-19 yang terjadi pada kuartal kedua tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fenomena tersebut diasosiasikan dengan kalimat 'winter is coming' yang terkenal berkat salah satu drama televisi Game of Thrones. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan dampak kondisi ekonomi global bagi industri perusahaan rintisan (startup). Banyak pihak kemudian berpendapat bahwa industri itu tengah dalam kondisi yang populer disebut tech winter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan ini bukan pertama kalinya Indonesia berada dalam periode yang sulit. Indonesia, katanya, sudah mengalami pahitnya dua krisis ekonomi sebelumnya di tahun 1998 dan 2009.
“Kalau kita melihat posisi kita sekarang, kita bisa bangkit dan bahkan terus bertumbuh. Data-data pada 2021 bahkan membuktikan Indonesia sebagai salah satu pendorong ekonomi digital di Asia Tenggara,” kata Neneng Goenadi dalam keterangan tertulis, Selasa, 19 Juli 2022.
Data yang disebut Neneng mengacu pada sebuah riset yang mengatakan ekonomi digital Indonesia diproyeksi menyentuh US$ 146 miliar pada 2025. Menurut dia, hal tersebut tidak terlepas dari kepercayaan investor terhadap startup dalam negeri yang berhasil berkontribusi meraih 42 persen dari total pendanaan yang disuntik ke wilayah Asia Tenggara pada 2021.
“Kunci yang harus dimiliki founder agar tetap berdiri tangguh selama periode sulit adalah fokus pada pengembangan produk dengan memanfaatkan data yang ada dan masukan dari pengguna, mempercepat jalan menuju profitabilitas, serta kemampuan untuk agile dalam melakukan pivot bisnis apabila diperlukan,” kata Neneng.
Sementara itu, CEO BRI Ventures Nicko Widjaja yakin perlambatan yang dihadapi hanya bersifat sementara sebagaimana musim dingin yang akan berganti menjadi musim semi.
Selanjutnya: Founders harus tahu kapan harus injak gas dan rem.
Ia menilai menahkodai startup saat ini memiliki prinsip yang sama dengan mengendarai mobil. “Bisnis adalah tentang keseimbangan. Para founders harus tau kapan harus injak gas untuk capai growth, namun harus juga menyadari kapan waktu untuk injak rem, misalnya seperti saat ini,” katanya.
Untuk membantu founders menavigasi masa sulit, baru-baru ini Grab dan BRI Ventures kembali membuka program akselerasi gabungan Grab Velocity Ventures (GVV) Batch 5 X Sembrani Wira. Program ini bekerja sama dengan Alpha JWC Ventures.
Adapun pembukaan registrasi telah berlangsung sejak 21 Juni dan akan berakhir pada 22 Juli. Di gelombang kelima, target utama dari program ini adalah startup yang menawarkan produk atau solusi bagi UMKM dan mereka yang memiliki model bisnis Direct-to-Consumer (D2C).
Dalam program intensif selama 12-16 minggu tersebut, peserta yang biasanya terdiri dari para founding team akan dibekali dengan mentorship dan workshop untuk mengasah strategi bisnis. Yang jadi ciri khas dari program ini adalah rangkaian program uji coba produk atau solusi di ekosistem Grab yang memiliki basis konsumen dan mitra yang besar.
Terakhir, para peserta atau startup terpilih juga akan mendapatkan akses networking dan pitching dengan modal ventura lokal maupun global untuk meningkatkan kesempatan mereka mendapatkan pendanaan.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.