Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Gubernur BI Prediksi Perekonomian Global Meredup Imbas Kemenangan Trump dalam Pilpres Amerika

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut perekonomian dunia pada 2025 dan 2026 bakal meredup imbas kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat.

30 November 2024 | 21.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyebut perekonomian dunia pada 2025 dan 2026 bakal meredup. Hal ini buntut kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat 2024 yang digelar pada 5 November lalu.

“Kebijakan America First dapat membawa perubahan besar pada lanskap geopolitik dan perekonomian dunia,” kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2024 di Bank Indonesia, Jumat, 29 November 2024, dipantau dari siaran YouTube Bank Indonesia.

Perry mengatakan, kebijakan luar negeri America First yang diterapkan saat Trump menjabat Presiden Amerika Serikat periode 2017-2021 bakal menyebabkan tarif tinggi dan perang dagang. Selain itu, memicu ketegangan politik, disrupsi rantai pasok dagang, hingga fragmentasi ekonomi dan keuangan.

Walhasil, ketidakpastian perekonomian global menurut Perry semakin tinggi dengan adanya lima karakteristik gejolak. Pertama, penurunan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 dan 2026. “Amerika Serikat membaik, Cina dan Eropa melambat. India dan Indonesia masih cukup baik,” tutur Perry.

Kedua, penurunan inflasi dunia yang melambat berisiko naik pada 2026. Hal ini terjadi lantaran gangguan rantai pasok dan perang dagang. Ketiga, Perry melanjutkan, penurunan the federal funds rate bakal lebih rendah. Sementara itu, US treasury bakal melambung ke 4,7 persen pada 2025 dan 5 persen pada 2026. “Karena membengkaknya defisit fiskal dan utang pemerintah Amerika,” tutur Perry.

Keempat, penguatan dolar dari 101 ke 107. Kondisi ini bakal menekan nilai tukar mata uang dunia. Rupiah, kata Peery, termasuk mata uang yang terdampak. Karakteristik kelima, menurutnya adalah investasi di Amerika sebagai preferensi yang berkembang di kalangan investor global. Hal ini bisa terjadi lantaran Amerika memiliki suku bunga tinggi dan dolar yang kuat. “Kelima gejolak tersebut berdampak negatif ke berbagai negara. Indonesia tidak terkecuali,” tutur Perry.

Oleh karena itu, pemerintah perlu mengantisipasi. “Waspadai dengan respons kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional yang telah susah payah kita bangun,” ucapnya.

Pilihan editor: IHSG Sepekan Terkoreksi 1,13 Persen ke Level 7.144, Kapitalisasi Pasar Bursa Ikut Turun

  

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus