Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar transportasi dari Universitas Indonesia, Sutanto Soehodho, memberikan gambaran soal potensi ekonomi dan bisnis dari Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, khusus jika melewati Pantai Utara Jawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Sutanto, di jalur itu, kondisi pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dari pada Pantai Selatan Jawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, kata Sutanto, yang perlu dipertimbangkan adalah segmen pasar atau target penumpangnya yang kelas menengah dan atas. "Karena nilai waktu yang menjadi pilihan mereka serta tujuan perjalanan bisnis daripada sekadar berlibur," ujar dia saat dihubungi pada Selasa, 1 Agustus 2023.
Lalu, sebagai catatan Sutanto, untuk demand analysis perlu dipertimbangkan segi pelayanan penumpang dalam konteks perjalanan bisnis. Seperti seberapa besar perjalanan manusia tergantikan dengan perjalanan data dan informasi via information and communication technology (ICT) yang semakin mudah, cepat dan murah tanpa batas waktu karena ketersediaan infrastruktur dan fasilitas ICT.
Karena, Sutanto berujar, perjalanan bisnis sesungguhnya berbasis pada informasi dan data bukan kehadiran fisik pelaku perjalanan. Di sisi lain, tujuan perjalanan manusia untuk liburan tidak terlalu membutuhkan kecepatan waktu perjalanan tapi kenyamanan, dan biaya yang terjangkau. “Serta kenikmatan pemandangan dalam perjalanan,” tutur Sutanto.
Sutanto juga menuturkan, secara jarak tempuh, pelayanan kereta cepat harus berjarak jauh mendekati pelayanan udara, namun end-to-end. Jarak jauh ini melalui beberapa kota antara sebagai jarak dan keterhubungan yang menjadi sangat penting untuk 'mendaratkan' pertumbuhan ekonomi pada titik tertentu.
Selanjutnya: Jadi, menurut Sutanto, bukan hanya....
Jadi, menurut Sutanto, bukan hanya Jakarta dan Surabaya saja yang terbangun ekonominya tapi beberapa kota singgah, di antaranya seperti misalnya Cirebon dan Semarang. “Hal ini menjadi keunggulan moda kereta cepat dibanding pelayanan angkutan udara,” ucap Sutanto.
Namun, proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya akan dihentikan. Hal itu disampaikan oleh Ketua Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Wahyu Utomo. Alasannya, proyek tersebut dinilai membutuhkan waktu yang panjang dengan biaya yang tinggi.
"Itu kan enggak kecil cost-nya dan belum juga diputuskan apakah mau kereta cepat, kereta semi cepat, atau seperti apa," kata Wahyu saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu, 26 Juli 2023.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya merupakan salah satu dari 58 PSN yang mangkrak. Proyek-proyek tersebut diketahui belum dimulai pengerjaannya meski ditargetkan rampung pada 2024.
Wahyu mengatakan Kementerian Perhubungan telah mengusulkan untuk menghentikan proyek tersebut. Namun hingga saat ini, menurut Wahyu, Menteri Perhubungan belum melaporkan persoalan dalam proyek tersebut kepada kementerian terkait. Ia memperkirakan akan ada rapat terbatas soal PSN yang mengkrak bersama Presiden Joko Widodo atau Jokowi pekan ini.
Selain alasan biaya dan waktu pengerjaan, menurut Wahyu, penghentian proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya itu juga mempertimbangkan kondisi kereta yang ada saat ini. Menurut dia, kereta api lokal kini sudah banyak diperbaiki sehingga bisa menjadi pilihan bagi masyarakat.
MOH KHORY ALFARIZI | RIANI SANUSI PUTRI