MUNGKIN hanya di Inggris ada koran terhormat berumur hampir 200
uhun-dan diancam pemogokan berkali-kali. Tentu saja The Times
(London). Untung, koran yang sudah jadi lambang keinggrisan itu
terbit kembali mulai 1 Oktober.
Lewat perundingan melelahkan, Rupert Murdoch, pemilik Times
Newspaper Limited (penerbit The Times), akhirnya berhasil
membujuk buruh percetakan mau kembali bekerja. Murdoch tampaknya
akan memenuhi tuntuun pihak buruh yang tergabung dalam Serikat
Grafika Nasional (NGA).
Persoalan pemogokan itu bermula ketika 101 buruh utama bagian
mesin anggota (NG,) yang bekerja di hari Minggu menuntut
tambahan gaji œ 7 (Rp 8.400) per giliran kerja. Tambahan itu
dimaksudkan untuk memulihkan selisih gaji mereka dengan 36
pembantu bagian mesin, yang tergabung dalam Masyarakat Nasional
Buruh Percetakan (Natsopa).
Tapi Murdoch menolak memenuhi tuntutan tersebut. Kenapa? Jika
perminuan tadi dipenuhi, hal itu akan meningkatkan biaya gaji
sebesar 28%. Pihak manajemen menganggap penghasilan œ 107 (Rp 128
ribu) giliran kerja (15 jam) mencukupi.
Mencela
Karena tuntutan tidak dipenuhi, 620 buruh percetakan yang
tergabung dalam NGA kemudian menolak bekerja. Dan pihak
manajemen sejak 25 September itu memutuskan tidak menerbitkan
The Times oplah 400 ribu eks. dan The Sunday Times, oplah 1,4
juta eks. Koran The Cuardian, yang dicetak di Times Newspaper,
akibatnya juga tidak bisa terbit.
Tapi pemogokan kali ini, berbeda dengan dua tahun lalu, tidak
mendapat dukungan luas. Owen O'Brien, Pemimpin Natsopa, mencela
kelakuan anggota NGA tersebut. "Saya tidak keberatan mereka
(anggota NGA) terjun ke jurang. Tapi saya tidak mau,
anggota-anggota Natsopa dibawa serta," katanya.
Murdoch sendiri mengancam akan melakukan tindakan keras, dan
tidak mau mentolerir usaha "perang gerilya" yang dilancarkan
anggota NGA. "Saya tidak akan menutup koran ini, tapi saya
tidak akan mengatakan apa yang akan saya lakukan besok,"
katanya.
Sikap keras Murdoch tersebut--dalam suasana Inggris yang
dirundung pengangguran--membuahkan hasil. Dalam perundingan hari
berikutnya, pihak NGA mau melunakkan sikap. Situasi tersebut
sungguh berbeda dengan peristiwa dua tahun lalu ketika manajemen
Times Newspaper masih dipegang Thomson Organization. Ketika itu
620 buruh anggota NGA mogok bekerja. Mereka menolak
dimasukkannya teknologi komputer, yang akan menggantikan tenaga
' manusia di percetakan Times Newspaper.
Aksi tersebut juga didukung 2.000 buruh anggota Natsopa. Selama
hampir setahun, The Times dan The Sunday Times beserta tiga
lampirannya tidak terbit. Sementara itu karyawan dan wartawannya
harus tetap digaji. Hasilnya: Thomson Organization rugi œ 30 juta
(Rp 36 milyar). Dari sinilah Murdoch, raja koran Australia itu,
muncul jadi "juru selamat".
Pihak buruh akhirnya mau menerima kehadiran teknologi komputer
secara bertahap -- dengan kompensasi kenaikan gaji. Murdoch
membeli Times Newspaper Limited seharga œ 12 juta (Rp 14,4
milyar).
Keruian toh masih membayang. Bulan Juli dan Agustus saja, dia
rugi œ 4 juta (Rp 4,8 milyar). Tahun ini, Murdoch diduga akan
memikul rugi œ 20 juta (Rp 24 milyar). Tapi dia tetap tak mau
menjual koran The Times, yang sudah berusia 196 tahun kepada
pihak lain Gengsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini