Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Api Di Paluh Tabuhan

Pengeboran gas alam di paluh tabuhan timur terbakar. penduduk desa diungsikan. beberapa karyawan pertamina terbakar, 2 diantaranya meninggal. panasnya memanggang desa sekitarnya.

10 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELURUH penduduk desa itu panik. Petang itu sebuah ledakan dahsyat terdengar, disusul suara menderu-deru. Kemudian bumi bergerak-gerak, bagaikan gempa. Malam hari cuaca di seantero desa itu terang-jenderang walau tanpa bulan purnama. Cahaya merah membersit di sudut-sudut desa, berasal dai pe ngeboran gas yang terhak--sekitar 800 meter dari desa tersebut. Penduduk Desa Lubuk Kertang di Kecamatan Babalan (Langkat, Sum-Ut) itu bagai terpanggang. Panas menyesak kan napas. Beberapa penduduk jatuh pingsam Bahkan seorang wanita, Nurasyah, pingsan beberapa kali karena sulit bernapas. Mereka dilarang menyalakan api, "sebab gas liar itu bisa terbang ke mana-mana dan sangat peka terhadap api," kata Masdar, kepala desanya. Dikhawatirkan desa bisa terbakar--kalau gas liar itu menyelimutinya. Lokasi pengeboran gas yang terbakar di desa itu disebut Paluh Tabuhan Timur No. 29. Menurut seorang petugas Pasmanin (Pengawas Keamanan Pertamina) di sana, mula-mula diketahui ada lubang pengeboran gas bocor. Gas liar kemudian menyembur dari lubang itu pada 1 September dinihari. "Bocornya sih cuma sekitar 5 milimeter, tapi tekanannya ke atas mampu mengangkat bebas 8 ton," ungkap seorang staf Pertamina Wilayah I Sum-Ut di Medan. Kepala desa segera memberitahu penduduk bahwa pengeboran gas itu bocor, ada kemungkinan terbakar. Mereka dianjurkan agar bersiap-siap menyingkir. Besoknya, 2 September sore, penduduk dikejutkan oleh bunyi ledakan yang dahsyat, disusul suara gemuruh. Bau tak enak pun tercium di mana-mana. Lubang gas itu benar-benar terbakar. Penduduk segera menghindar setelah membungkus pakaian dan harta benda yang sempat dibawa. Seorang anak sempat menceburkan sepeda mininya ke dalam sumur. "Kalau semuanya terbakar, mudah-mudahan sepeda itu selamat," katanya. Sebagian besar dari penduduk desa yang berjumlah 237 jiwa itu kemudian ditampung di Mess Pertamina Pangkalan Susu, 6 km dari lokasi kebakaran. Mess jadi berdesak-desak sebab di sana juga diuraikan 32 kk karyawan Pertamina, pekerja di lokasi yang terbakar tadi. Para pengungsi diberi uang pondokan untuk dua bulan. Sebab kebakaran itu diperkirakan masih akan berlangsung selama jangka waktu tersebut. "Kalau kebakaran itu lebih dari dua bulan, uang santunan akan ditambah. Atau dibayarkan uang ganti rugi," tambah suf Pertamina tersebut. Sampai pekan lalu ledakan dan suara menderueru itu masih terdengar. Suara itu juga mengganggu 30 kk yang tinggal sampai 1.000 meter dari lokasi kebakaran. Karena terlalu bising, "kalau bicara kami harus berteriak-teriak," ujar salah seorang penduduk. Menurut dr. Soetjipto yang mengobati para pengungsi, suara gemuruh itu menyebabkan kuping berdarah dan pekak. "Juga bisa menyebabkan sakit jantung," tambahnya. Yang disesalkan, ketika kebocoran sudah diketahui, lokasi sekitar pengeboran gas itu tidak segera dikosongkan. Malahan beberapa pekerja masih berada di sana siang-malam, tanpa mengenakan baju tahan api. Dan ketika kebakaran terjadi, 7 orang pekerja (baik karyawan Pertamina maupun karyawan PT Yogas, kontraktor pengeboran itu) menderita luka bakar. Dua orang lagi, Suprihatin dan Sunaryo, terjebak api--kemudian meninggal di RS Pertamina, Jakarta. Dua lainnya, Saleh dan Kadir, dinyatakan "hilang". Dua Lubang Mirir Beberapa peralatan hancur, antara lain sebuah derek dan mobil jip. Sebuah rg (menara pengeboran) setinggi 27 meter--lengkap dengan peralatan lainnya - luluh. Begitu pula 120 ha sawah, yang jadi sumber hidup penduduk Lubuk Kertang, terpanggang. Sumber TEMPO di Pertamina Wilayah I Sum-Ut mengungkapkan, sebabsebab kebakaran (blow out) itu bisa macam-macam. Gesekan benda-benda keras, terutama besi, bisa menimbulkan percikan-percikan api. "Gesekan itu bisa pula terjadi antara batu-batu yang ikut keluar bersama gas," kata sumber itu. Pengeboran gas di Desa Lubuk Kertang itu pernah dilakukan pada 1975, tapi ditutup kembali. Akhir Agustus lalu pengeboran itu diulang, tapi belum 2 minggu sudah terbakar. Untuk memadamkannya, minggu lalu para teknisi Pertamina membuat dua lubang miring, masing-masing 3 00 dan 400 meter di kiri-kanan lokasi yang terbakar. Pada kedalaman tertentu, bila titik asal api ditemukan, dari kedua lubang miring tersebut akan disalurkan lumpur bercampur semen encer guna menutup lubang yang bocor tadi. Para teknisi Pertamina akhir bulan lalu juga berhasil memadamkan kebakaran di sumur minyak Musi-7 di Musi Rawas sekitar 35 sebelah timur Lubuk Linggau (Sum-Sel), yang sudah lama terbakar. Sebelmnya Pertamina masih memerlukan jasa konsultan AS, misalnya untuk memadamkan semburan gas liar di Arun, Aceh, April 1980.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus