SELURUH penduduk desa itu panik. Petang itu sebuah ledakan
dahsyat terdengar, disusul suara menderu-deru. Kemudian bumi
bergerak-gerak, bagaikan gempa. Malam hari cuaca di seantero
desa itu terang-jenderang walau tanpa bulan purnama. Cahaya
merah membersit di sudut-sudut desa, berasal dai pe ngeboran
gas yang terhak--sekitar 800 meter dari desa tersebut.
Penduduk Desa Lubuk Kertang di Kecamatan Babalan (Langkat,
Sum-Ut) itu bagai terpanggang. Panas menyesak kan napas.
Beberapa penduduk jatuh pingsam Bahkan seorang wanita, Nurasyah,
pingsan beberapa kali karena sulit bernapas. Mereka dilarang
menyalakan api, "sebab gas liar itu bisa terbang ke mana-mana
dan sangat peka terhadap api," kata Masdar, kepala desanya.
Dikhawatirkan desa bisa terbakar--kalau gas liar itu
menyelimutinya.
Lokasi pengeboran gas yang terbakar di desa itu disebut Paluh
Tabuhan Timur No. 29. Menurut seorang petugas Pasmanin (Pengawas
Keamanan Pertamina) di sana, mula-mula diketahui ada lubang
pengeboran gas bocor. Gas liar kemudian menyembur dari lubang
itu pada 1 September dinihari. "Bocornya sih cuma sekitar 5
milimeter, tapi tekanannya ke atas mampu mengangkat bebas 8
ton," ungkap seorang staf Pertamina Wilayah I Sum-Ut di Medan.
Kepala desa segera memberitahu penduduk bahwa pengeboran gas itu
bocor, ada kemungkinan terbakar. Mereka dianjurkan agar
bersiap-siap menyingkir. Besoknya, 2 September sore, penduduk
dikejutkan oleh bunyi ledakan yang dahsyat, disusul suara
gemuruh. Bau tak enak pun tercium di mana-mana. Lubang gas itu
benar-benar terbakar.
Penduduk segera menghindar setelah membungkus pakaian dan harta
benda yang sempat dibawa. Seorang anak sempat menceburkan sepeda
mininya ke dalam sumur. "Kalau semuanya terbakar, mudah-mudahan
sepeda itu selamat," katanya.
Sebagian besar dari penduduk desa yang berjumlah 237 jiwa itu
kemudian ditampung di Mess Pertamina Pangkalan Susu, 6 km dari
lokasi kebakaran. Mess jadi berdesak-desak sebab di sana juga
diuraikan 32 kk karyawan Pertamina, pekerja di lokasi yang
terbakar tadi.
Para pengungsi diberi uang pondokan untuk dua bulan. Sebab
kebakaran itu diperkirakan masih akan berlangsung selama jangka
waktu tersebut. "Kalau kebakaran itu lebih dari dua bulan, uang
santunan akan ditambah. Atau dibayarkan uang ganti rugi," tambah
suf Pertamina tersebut.
Sampai pekan lalu ledakan dan suara menderueru itu masih
terdengar. Suara itu juga mengganggu 30 kk yang tinggal sampai
1.000 meter dari lokasi kebakaran. Karena terlalu bising, "kalau
bicara kami harus berteriak-teriak," ujar salah seorang
penduduk. Menurut dr. Soetjipto yang mengobati para pengungsi,
suara gemuruh itu menyebabkan kuping berdarah dan pekak. "Juga
bisa menyebabkan sakit jantung," tambahnya.
Yang disesalkan, ketika kebocoran sudah diketahui, lokasi
sekitar pengeboran gas itu tidak segera dikosongkan. Malahan
beberapa pekerja masih berada di sana siang-malam, tanpa
mengenakan baju tahan api. Dan ketika kebakaran terjadi, 7 orang
pekerja (baik karyawan Pertamina maupun karyawan PT Yogas,
kontraktor pengeboran itu) menderita luka bakar. Dua orang lagi,
Suprihatin dan Sunaryo, terjebak api--kemudian meninggal di RS
Pertamina, Jakarta. Dua lainnya, Saleh dan Kadir, dinyatakan
"hilang".
Dua Lubang Mirir
Beberapa peralatan hancur, antara lain sebuah derek dan mobil
jip. Sebuah rg (menara pengeboran) setinggi 27 meter--lengkap
dengan peralatan lainnya - luluh. Begitu pula 120 ha sawah, yang
jadi sumber hidup penduduk Lubuk Kertang, terpanggang.
Sumber TEMPO di Pertamina Wilayah I Sum-Ut mengungkapkan,
sebabsebab kebakaran (blow out) itu bisa macam-macam. Gesekan
benda-benda keras, terutama besi, bisa menimbulkan
percikan-percikan api. "Gesekan itu bisa pula terjadi antara
batu-batu yang ikut keluar bersama gas," kata sumber itu.
Pengeboran gas di Desa Lubuk Kertang itu pernah dilakukan pada
1975, tapi ditutup kembali. Akhir Agustus lalu pengeboran itu
diulang, tapi belum 2 minggu sudah terbakar. Untuk
memadamkannya, minggu lalu para teknisi Pertamina membuat dua
lubang miring, masing-masing 3 00 dan 400 meter di kiri-kanan
lokasi yang terbakar.
Pada kedalaman tertentu, bila titik asal api ditemukan, dari
kedua lubang miring tersebut akan disalurkan lumpur bercampur
semen encer guna menutup lubang yang bocor tadi. Para teknisi
Pertamina akhir bulan lalu juga berhasil memadamkan kebakaran di
sumur minyak Musi-7 di Musi Rawas sekitar 35 sebelah timur
Lubuk Linggau (Sum-Sel), yang sudah lama terbakar. Sebelmnya
Pertamina masih memerlukan jasa konsultan AS, misalnya untuk
memadamkan semburan gas liar di Arun, Aceh, April 1980.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini