Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) diprediksi masih akan mengalami peningkatan tahun depan. Direktor Godrej International Ltd Dorab Mistry mengatakan, proyeksi harga CPO pada bursa Malaysia berpotensi mencapai RM 5.000 hingga bulan Juni 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya pikir, harga ini masih bisa menembus harga tertinggi. Oleh karena itu, kita harus bersiap-siap untuk harga yang lebih tinggi,” ujarnya dalam acara 20th Indonesian Palm Oil Conference and 2025 Price Outlook (IPOC 2024), Jumat, 8 November 2024, di Nusa Dua, Bali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dorab mengatakan, kenaikan harga CPO ini terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan dari industri biofuel serta menurunnya produktivitas CPO di Indonesia dan Malaysia.
Dia pun mengatakan kekhawatirannya terhadap tidak seimbangnya antara kenaikan permintaan dan penurunan produktivitas ini. Sebab, hal ini berpotensi membuat harga sawit akan semakin mahal di masa depan.
Lebih lanjut, Dorab menyebut, potensi turunnya ekspor CPO Indonesia akibat kebijakan baru B40 juga menjadi hal yang mengkhawatirkan. “Ini benar-benar sesuatu yang sangat serius karena setiap kali Malaysia dan Indonesia tidak dapat mengekspor CPO. Ditambah lagi, tahun ini, Thailand juga mengatakan tidak dapat mengekspor,” kata dia.
Senada dengan yang disampaikan Dorab, Managing Director Transgraph Consulting Pvt Ltd. Nagaraj Meda mengatakan, harga CPO dapat menembus RM 5.400 per metrik ton pada tiga bulan pertama tahun depan.
“Kami memprediksi, harga pada bulan Maret akan mencapai 5.400 ringgit per metrik ton pada tiga bulan pertama 2025,” ujarnya dalam acara 20th Indonesian Palm Oil Conference and 2025 Price Outlook (IPOC 2024), Kamis, 7 November 2024, di Nusa Dua, Bali.
Meda menyebut, angka ini diproyeksi masih stagnan atau menurun pada bulan-bulan selanjutnya. Namun, kata dia, harga ini juga akan bergantung pada produktivitas kelapa sawit ke depan.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan, terjadi penurunan produktivitas sawit pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Eddy mencatat, hingga Agustus 2024, produksi sawit nasional berada di angka 34,7 juta ton. Sedangkan, tahun lalu produksi sawit mencapai 36,2 juta ton pada periode yang sama.
“Indonesia sebagai produsen sawit dunia mengalami stagnasi produksi sawit selama beberapa tahun terakhir,” ujar Eddy dalam acara 20th Indonesian Palm Oil Conference and 2025 Price Outlook (IPOC 2024), Kamis, 7 November 2024.
Pilihan Editor: Gibran Ajak Keluarga Bermalam Minggu di Koridor Jalan Gatot Subroto Solo, Bagikan Amplop ke Pedagang