Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan memanggil pelaku usaha peternakan ayam dan telur untuk mencari solusi bersama. Pemanggilan dilakukan setelah terjadi kenaikan harga daging ayam dan telur ayam masing-masing di atas Rp 37 ribu per kilogram (kg) dan Rp 25 ribu per kg.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harga daging ayam dan telur dinilai sebagai komoditas yang paling mengalami kenaikan harga. Kondisi ini diketahui setelah Kementerian Perdagangan melakukan kunjungan di 34 provinsi di Indonesia untuk memantau harga bahan pokok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pertemuan pengusaha ayam dengan Kemendag sore ini," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Kementerian Koordinator Perekonomian, Kamis, 17 Mei 2018.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, harga daging ayam di tingkat konsumen Rp 32 ribu per kg dan telur Rp 22 ribu per kg.
Adapun menurut catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga daging ayam per 17 Mei 2018 mencapai Rp 37 ribu per kg, sementara telur ayam Rp 25.850 per kg.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Tjahya Widayanti mengatakan, sejak Senin lalu, pihaknya telah menemui para peternak dan pengusaha besar di kedua komoditas untuk meminta penurunan harga. Namun kenaikan masih terjadi hingga kini.
Biasanya kenaikan seperti ini lebih disebabkan persoalan suplai dan demand. Terjadi permintaan tinggi, sementara suplai turun atau stagnan.
Meski begitu, menurut Tjahya, pihaknya menduga kenaikan harga ini berkaitan dengan komponen harga pakan untuk anak ayam. Sedangkan Kementerian Pertanian menyebut kenaikan harga pakan akibat terjadi pelemahan rupiah terhadap dolar. "Harga sedang tinggi, kami minta mereka untuk mengeluarkan stok ke pasar," ujar Tjahya.
Kementerian Perdagangan mengaku telah meminta pelaku usaha peternakan berskala besar melakukan operasi pasar. Jumlah gelontoran daging ayam juga tidak ditentukan. Pemerintah memastikan operasi ini akan berhenti hingga harga kembali normal.
Singgih Januratmoko, Ketua Umum Perhimpunan Insan Peternak Rakyat Indonesia, mengatakan kenaikan harga telur akibat stok kurang dan permintaan naik sekitar 20 persen, dari biasanya 8.000-8.500 ton menjadi sekitar 10 ribu ton saat menjelang puasa.
Saat ini, menurutnya, kenaikan harga daging ayam dan telur ayam juga disebabkan rantai distribusi yang panjang. Pemerintah diminta menyelesaikan persoalan tersebut agar harga kembali stabil. Kendati demikian, ia memperkirakan harga akan segera turun karena pemerintah sudah mengeluarkan surat edaran untuk menurunkan harga.
BISNIS