Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Harga kedelai terpantau melambung dalam beberapa hari terakhir. Pelaksana tugas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Syailendra mengklaim sebetulnya tren harga kedelai per bushel pada Oktober 2022 sudah cenderung turun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, harga kedelai masih tetap tinggi lantaran kenaikan yang terjadi pada periode sebelumnya. "Sampai September-Oktober ini memang harga masih tinggi karena kedelai itu sistem stoknya itu di para importir itu dynamic," ujarnya saat dihubungi Tempo pada Jumat, 7 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Per September 2022, harga beli kedelai naik menjadi Rp 12.385 per kilogram. Sedangkan harga jual di Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) lebih tinggi, yaitu Rp 13.044. Kemudian harga beli kedelai per 4 Oktober di Kopti sebesar Rp 12.575.
Syailendra berujar, kenaikan harga kedelai tak bisa dihindari karena komoditas tersebut sangat tergantung pada impor. Total impor kedelai dari total kebutuhannya hampir 90 persen.
Di tengah tingginya harga kedelai, importir tak akan menahan stok sampai berbulan-bulan karena komoditas ini tidak tahan lama disimpan. Artinya, kata dia, misalnya ada stok untuk kebutuhan November, kapal pengangkut kedelai sudah jalan dari Oktober.
"Jadi untuk kebutuhan bulan ini, pemesanan dilakukan bulan lalu. Begitu pun untuk kebutuhan Desember, akan berjalan pada November atau satu bulan sebelumnya," ucap Syailendra. Adapun kapal-kapal kedelai biasanya mengangkut stok sekitar 250 ribu ton setiap bulannya.
Syailendra menampik tingginya harga kedelai terjadi karena stok komoditas yang menipis. Melansir data Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), stok kedelai per 6 Oktober tersedia 400 ribu ton. Sementara itu, kebutuhan rata-rata kedelai per bulan sebesar Rp 200 ribu ton. Dengan demikian, menurut Syailendra, tak akan terjadi kelangkaan atau kenaikan harga yang signifikan.
Untuk memitigasi kenaikan harga, Syailendra mengaku Kementerian Perdagangan telah mengirimkan surat kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara atau BUMN pada 28 September 2022. Kemendag meminta Kementerian BUMN menginstruksikan kepada Bulog untuk menyalurkan kedelai kepada para perajin tahu dan tempe dengan subsidi selisih harga Rp 1.000.
"Jadi kalau dikasih selisih harga Rp 1.000 sama saja, harganya jadi Rp 11 ribu kan," ucapnya.
Kementerian BUMN, ucapnya, juga sudah mengirimkan surat penugasan pada Bulog sekitar 3 Oktober 2022. "Jadi sudah clear," katanya. Sebelumnya, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga kedelai di tingkat produsen tahu tempe mencapai Rp 13 ribu per kilogram. Sebulan sebelumnya, harga kedelai masih Rp 11.000 per kilogram. Kenaikan harga kedelai direspons oleh perajin dengan menaikkan harga tahu dan tempe hingga memperkecil ukurannya.
RIANI SANUSI PUTRI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.