Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum bisa memprediksi apakah penurunan harga minyak mentah dunia saat ini akan berlangsung sesaat atau bisa lebih lama. Menurut dia, situasi tersebut tergantung kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah Rusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Masih dilihat dulu reaksi Rusia atas langkah Arab Saudi," kata Sri Mulyani saat ditemui di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Senin, 9 Maret 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi kini, harga minyak tersungkur lebih dari 25 persen pada sesi perdagangan Asia, Senin pagi ini. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 10:06 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2020 misalnya, anjlok 26,5 persen atau 10,94 poin menjadi US$30,34 per barel. Sepanjang tahun berjalan, harga meluncur 50,31 persen.
Merosotnya harga minyak dipicu tidak tercapainya kesepakatan pemangkasan produksi antara OPEC dan sekutunya di tengah lemahnya permintaan akibat virus corona. Tapi di sisi lain, Arab Saudi dan Rusia justru ingin memacu tingkat produksi minyak.
Namun, kata Sri Mulyani, langkah yang diambil oleh Arab Saudi juga sangat mengagetkan. "Saudi melangkah jauh lebih bold, dengan memberikan diskon harga minyak lebih dalam, makanya jadi perang harga," kata dia.
Di satu sisi, sebagai eksportir minyak, situasi ini mengancam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Indonesia karena harga minyak yang berada di bawah asumsi APBN 2020 yaitu US$ 63 per barel. Tapi, Ia belum ingin memperkirakan dampaknya pada penerimaan negara secara keseluruhan.
Tapi di sisi lain, ada stimulus positif karena Indonesia selama ini importir minyak mentah. "Nanti akan terlihat dari neraca di Pertamina," kata Sri Mulyani.