Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Hilirisasi Pertambangan: Apa Itu Smelter dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Smelter merupakan salah satu fasilitas penting dalam penambangan. Berikut sekilas tentang smelter dan cara kerjanya.

14 Juni 2023 | 18.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan istilah smelter menuai perhatian usai Komisi VII DPR RI mengundang para bos perusahaan smelter untuk mengikuti Rapat Dengar Pendapat. (RDP). Istilah smelter ini muncul dari sebuah proses yang dinamakan smelting.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terakhir. Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif, menyebut hilirisasi sumber daya di Indonesia terus berkembang. Adapun progres paling pesat dari hilirisasi\semua sumber daya mentah, adalah hilirisasi nikel. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sudah ada lebih dari 100 smelter yang mengarah pada industri besi dan baja dengan produk nickel pig iron dan feronikel," ujar Irwandy dalam diskusi Untung Rugi Larangan Ekspor Mineral Mentah yang digelar virtual pada Senin, 12 Juni 2023.   

Apa Itu Smelter?

Seperti diberitakan Tempo sebelumnya, dalam dunia pertambangan, smelting adalah proses ekstraksi bijih logam murni yang ditambang dari bumi. 

Smelter adalah sebuah fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan logam seperti timah, nikel, tembaga, emas, dan perak hingga mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir. Proses tersebut telah meliputi pembersihan mineral logam dari pengotor dan pemurnian. 

Di Indonesia, penyediaan smelter adalah suatu keharusan bagi perusahaan penambang mineral logam seperti  perusahaan penghasil nikel yang banyak ditemukan di Halmahera Timur, Maluku Utara. 

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, dalam aturan tersebut, pemerintah mewajibkan perusahaan pertambangan mineral logam untuk membangun smelter atau fasilitas pengolahan bijih mineral. 

Selain kebutuhan dari industri pertambangan mineral logam itu sendiri, smelter juga memiliki nilai ekonomis. Melalui proses smelting, otomatis hasil tambang akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Adanya smelter baru juga bisa mendorong terciptanya lapangan kerja baru. 

Perusahaan bahkan bisa membantu mengembangkan potensi daerah, yang artinya bisa menarik investor. Baik dari dalam maupun luar negeri. 

Dalam industri pertambangan mineral logam, smelter merupakan bagian dari proses sebuah produksi, mineral yang ditambang dari alam biasanya masih tercampur dengan kotoran yaitu material bawaan yang tidak diinginkan. Sementara ini, material bawaan tersebut harus dibersihkan, selain itu juga harus dimurnikan pada smelter. 

Istilah smelter muncul dari sebuah proses yang dinamakan smelting. Smelting adalah proses ekstraksi bijih logam murni yang ditambang dari bumi. Salah satu proyek pembangunan smelter yang saat ini sedang digarap pemerintah adalah proyek pertambangan dan pengolahan terintegrasi PT Vale Indonesia Tbk (Vale) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI). 

Alokasi total biaya investasi untuk proyek smelter...
 

Alokasi total biaya investasi untuk proyek smelter nikel Indonesia tersebut sebesar Rp 37,5 triliun, dengan kapasitas produksi mencapai 73 ribu ton per tahun. Smelter nikel merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan didukung sumber listrik yang berasal dari gas alam. Dengan demikian, smelter dapat mengurangi emisi karbon dari keseluruhan operasi proyek. 

Cara Kerja Smelter

Smelter bekerja dengan mengurangi bijih menjadi beberapa produk penting. Hasil reduksi bijih dapat berupa hidrogen, logam aktif, dan sebagainya. Zat aktif yang terlibat dalam proses reduksi bergantung pada jenis logam yang direduksi. Semakin tinggi tingkat keaktifan logam, semakin sulit proses reduksinya.  

Sebaliknya, jika tingkat keaktifan lebih rendah, proses reduksinya akan lebih mudah. Contoh logam dengan tingkat keaktifan tinggi adalah magnesium dan aluminium. Sedangkan logam dengan tingkat keaktifan rendah adalah emas dan tembaga. 

Secara keseluruhan, cara kerja alat ini bergantung pada jenis logam yang diproses. Semakin rendah tingkat keaktifannya, semakin mudah proses peleburannya. Sementara itu, semakin tinggi tingkat keaktifannya, semakin sulit proses peleburannya.  

Smelting merupakan pekerjaan berisiko tinggi karena melibatkan kontak langsung dengan suhu tinggi yang dapat membahayakan keselamatan. Selain itu, bijih yang diolah dapat mengandung zat berbahaya. Penggunaan alat berat juga memiliki risiko besar yang memerlukan kewaspadaan saat mengoperasikannya.  

Maka tidak heran jika pekerja smelter harus mengikuti pelatihan keselamatan kerja sebelumnya. Mereka juga harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan standar untuk menjaga keselamatan dan kesehatan mereka. Perusahaan ettir juga wajib memiliki sistem pemeriksaan dan pemeliharaan yang dilakukan secara teratur.

TIM TEMPO | RIRI RAHAYU 

Pilihan editor : Pembangunan Smelter Terganjal Pendanaan dan Perizinan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus