Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

HPP Gabah Naik jadi Rp 6.500 per Kg, Bulog Beberkan Standar Kualitas Gabah dan Beras yang Diserap

Gabah Kering Panen yang akan diserap Bulog di harga Rp 6.500 perkilogram harus berkadar air maksimal 25 persen dan kadar hampa maksimal 10 persen.

17 Januari 2025 | 09.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petani tengah menampih gabah usai panen di lahan tidur bantaran Kali Banjir Kanal Timur (BKT) di kawasan Duren Sawit, Jakarta, Jumat 27 September 2024. Pemerintah telah menempuh sejumlah upaya agar tingkat kesejahteraan para petani padi di Tanah Air tetap terjaga, termasuk dengan menyesuaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah sebagai jaring pengaman bagi mereka. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Palembang - Perum Badan Urusan Logistik atau Bulog Sumatera Selatan (Sumsel)-Bangka Belitung (Babel) memberlakukan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) baru sebesar Rp 6.500 untuk penyerapan gabah petani pada Rabu, 15 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pimpinan Wilayah Perum Bulog Sumsel dan Babel, Elis Nurhayati, mengatakan kenaikan harga gabah tersebut diatur dalam Keputusan Badan Pangan Nasional atau Bapanas Nomor 2 Tahun 2025. Namun, dia menekankan bahwa harga gabah dan beras dalam beleid tersebut telah ditentukan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sehingga ketika menyampaikan terkait dengan harga, harus menyampaikan juga tentang kondisi kualitas gabah dan beras,” kata Elis saat ditemui di Kantor Perum Bulog Sumsel dan Babel, Rabu, 15 Januari 2025.

Ia menguraikan, rincian harga yang akan diserap oleh Bulog dengan ketentuan kualitas adalah Gabah Kering Panen (GKP) di petani adalah Rp 6.500 perkilogram dengan kadar air maksimal 25 persen dan kadar hampa maksimal 10 persen. Sedangkan GKP di penggilingan adalah Rp 6.700 perkilogram dengan kadar air maksimal 25 persen dan kadar hampa maksimal 10 persen.

"Untuk Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan adalah Rp 8.000 perkilogram dengan kadar air maksimal 14 persen dan kadar hampa 3 persen. Lalu GKG di gudang Bulog Rp 8.200 perkilogram dengan kadar air maksimal 14 persen dan kadar hampa 3 persen," tutur Elis.

Elis menambahkan, jika ada GKP dan GKG yang di luar standar tersebut, Badan Pangan Nasional akan memutuskan rafaksi harga.

Kemudian, Elis mengatakan, untuk standar kualitas beras yang akan diterima di gudang Bulog ditetapkan ketentuan meliputi derajat sosoh minimal mencapai 100 persen, kadar air 14 persen, butir patah maksimal 25 persen, dan butir menir maksimal 2 persen. “Harganya (beras) untuk di gudang Perum Bulog ditetapkan sebesar Rp12.000 perkilogram,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Sumsel Bambang Pramono mengingatkan petani di wilayah itu agar tidak terlalu dini memanen padi supaya nilai jual lebih tinggi."Petani tidak usah cepat-cepat memanen padinya, supaya dapat harga jual lebih tinggi guna menghindari bulir hampa dan hijau karena bisa kena rafaksi harga. Tunggu sudah matang saja karena harga yang akan ditampung sama, lewat HPP yang sudah ditetapkan," kata di Palembang, Kamis, seperti dikutip dari Antara.

Ia optimistis produksi beras akan naik pada tahun 2025. Sebab, banyak bantuan pemerintah pusat yang menunjang produksi padi di Sumsel. "Pada 2021, Sumsel mampu memproduksi 2,55 juta ton, 2022 naik 2,77 juta ton, 2023 juga naik 2,83 juta ton dan 2024 naik sedikit jadi 2,84 juta ton. Tren kenaikan itu di tengah penurunan produksi di provinsi lain."

Adapun panen awal tahun menjadi penopang dan kontribusi tertinggi produksi padi. Pada tahun lalu, berdasarkan data BPS Januari-Februari luas lahan yang panen mencapai 119.051 hektare (Januari 44.351 hektare dan Februari 74.699 hektare).

"Jika per hektare saja mampu menghasilkan 5,6 ton, maka sepanjang dua bulan itu saja bisa mencapai 666 ribu ton. Belum lagi saat puncak panen yang akan terjadi pada Maret nanti. Jadi, kontribusi panen awal tahun bisa sampai 70 persen,” ucap Bambang.

Menurut dia, kenaikan HPP gabah tak hanya akan membantu kesejahteraan petani tapi juga meningkatkan produksi. Apalagi, seluruh hasil panen petani akan diserap Bulog. Bahkan, Pemda juga diminta membantu menyiapkan gudang.

"Sehingga, mau tidak mau, suka tidak suka sesuai arahan Menko Pangan kemarin, DPTPH dan Dinas Ketahanan Pangan akan menindaklanjuti ke bupati/wali kota untuk menyiapkan gudang. Kembali membuka lumbung-lumbung di desa untuk menampung hasil gabah petani," kata Bambang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus