NYONYA Margono Djojohadikusumo, 79, ibu kandung bekas Menteri
Riset dan Teknologi Prof. Sumitro menyingkapkan selubung yang
menutup patung suaminya. Beginilah caranya BNI '46 merayakan
ulangtahunnya yang ke 34 tanggal 5 Juli yang lalu.
Patung kayu setengah badan itu terletak dalam ruangan museum
untuk mengenang R.M. Margono Djojohadikusumo. Orang ini, dengan
modal seratus rupiah uang Jepang (yang diambil dari tabungan
pribadinya) mendirikan BNI '46. Museum kenang-kenangan itu
terletak di dalam kompleks Gedung Kantor Besar BNI '46Jalan Lada
Jakarta.
Dengan pembinaan manajemen yang terus meningkat, menurut cerita
Dir-Ut BNI '46 Somala Wiria, tahun 1979 bank tersebut sanggup
menyumbangkan pajak sebesar Rp 12 milyar kepada pemerintah.
Namun demikian manipulasi yang banyak melibatkan karyawannya
masih tak lepas dari sorotan masyarakat. Terakhir kasus Hongkong
yang mengakibatkan lenyapnya uang negara sebesar Rp 3,7 milyar.
Manipulasi tersebut menyangkut hubungan antara BNI '46 Cabang
Hongkong dengan Gubni Asian Finance Co Ltd. Tanpa seizin kantor
pusat, cabang Hongkong dengan lancang telah memberikan kredit
sekitar Rp 5 milyar kepada perusahaan yang bergerak dalam
perdagangan surat-surat berharga itu. Ketidakberesan tercium di
Jakarta akhir 1978, ketika pengembalian kredit tadi mandek dan
yang masuk kembali ke kas baru mencapai Rp 1,5 milyar.
Menurut sebuah sumber, Gubni Asian Finance Co Ltd. dikendalikan
oleh orang-orang Indonesia juga. BNI (sendiri memiliki 40%
dari saham perusahaan yang bermarkas di HongKong itu. Orang
yang pertama menjadi Direktur Gubni adalah Taufik Natawirja.
Ia dibantu oleh staf yang diambilkan dari BNI '46.
Wakil-wakil BNI '46 untuk Gubni ditetapkan dari pusat dan selama
setahun beroperasi mengalami beberapa pergantian. Bisa
disebutkan nama-nama seperti Anwar Chan, Satoto, Drs. Sudarmo,
Achmad dan Yue Ning. Hubungan khusus ini membuat pimpinan BNI
'46 Hongkong tanpa seizin pusat berani memberikan kredit dalam
jumlah yang melebihi wewenang seorang pimpinan cabang.
Manipulasi di BNI '46 Hongkong ini juga sempat ditanyakan oleh
anggota-anggota DPR kepada Presiden. Menpan Sumarlin ketika
membacakan jawaban pemerintah 30 Juni yang lalu menyatakan bahwa
Rp 3,7 milyar adalah sisa tranksaksi yang belum terselesaikan,
sehingga masih diusahakan penyelesaiannya dan belum tentu
merupakan kerugian seluruhnya."
Sementara itu Somala Wiria menerangkan bahwa kasus tersebut
masih dalam proses pengadilan di Hongkong. Prof. Gautama SH akan
tampil sebagai pengacara untuk BNI '46. Dari Jakarta sendiri
sudah diambil tindakan pemecatan terhadap kuasa kas yang bernama
Sudarno dan seorang karyawan lokal, Tjung Kam Hoi. Sedangkan
Kepala Cabang BNI '46 di Hongkong, Ignatius Iskandar hanya
dinon-aktifkan sementara. Sejak tanggal 2 Januari 1980 Ignatius
malahan sudah direhabilitasi, sekalipun harus memikul hukuman
penurunan pangkat dua tingkat.
Menurut Dir-Ut Somala Wiria hukuman untuk Ignatius itu sudah
setimpal untuk kelalaian dan kurangnya yengawasan terhadap
bawahannya. "Jika cukup alasan, saya tak ragu-ragu membawanya ke
pengadilan. Apalagi kalau mengarah pada kriminal," katanya.
Melapor Sendiri
Memang aak aneh juga mengapa Ignatius bisa lepas dari hukuman
yang lebih berat, padahal dialah yang bertanggungjawab terhadap
tindak tanduk bank. Sementara kasus kas telah dipecat. Ada yang
menduga pemberian kredit dilakukan tanpa persetujuan resmi
Ignatius. Sebab kalau menurut cerita Somala, Ignatius Iskandar
sendirilah yang melaporkan manipulasi itu ke Jakarta. Kalau
bukan karena jasanya kasus ini bakal lama baru terbongkar,
katanya.
Ignatius Iskandar sekarang menduduki jabatan Asisten Direktur
Muda Urusan Administrasi di kantor pusat BNI '46 Jalan Lada 1,
Jakarta. Ia tetap seorang staf bank yang rapi. Berbaju
lurik-lurik hitam-coklat, celana hitam dan berdasi, ia agak
kaget dan menutup bibirnya ketika ditanya soal Hongkong tempo
hari. "Saya masih kerja dan ingin terus bekerja untuk BNI '46.
Saya tak berani," katanya serius kepada Marah Sakti dari TEMPO.
Orang yang bertubuh kurus--jangkung dan pernah dapat kedudukan
penting di Hongkong itu menyatakan hanya punya kekayaan empat
anak dan sebuah mobil kecil. "Tak punya bisnis lain. Ke kantor
berangkat bersama-sama karyawan lain, menumpang kombi milik
kantor," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini