Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

IHSG Anjlok hingga 4 Persen, Analis: Dipicu Sentimen PMI Manufaktur, Perlambatan Ekonomi, hingga..

IHSG hari ini terpantau anjlok hingga 4 persen, setelah dibuka di level 7.253. Analis menjelaskan beberapa sentimen yang menjadi faktor penyebabnya.

5 Agustus 2024 | 16.41 WIB

Pialang beraktivitas pada perdagangan saham di Jakarta, Selasa, 14 Mei 2024. Hingga April 2024 Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG membukukan pelemahan sebesar 0,22 persen atau 15,49 poin menuju posisi 7.083,76. Sepanjang hari ini, IHSG dibuka di posisi 7.099,53 dan sempat mencapai level tertingginya di 7.136,64. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Pialang beraktivitas pada perdagangan saham di Jakarta, Selasa, 14 Mei 2024. Hingga April 2024 Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG membukukan pelemahan sebesar 0,22 persen atau 15,49 poin menuju posisi 7.083,76. Sepanjang hari ini, IHSG dibuka di posisi 7.099,53 dan sempat mencapai level tertingginya di 7.136,64. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini Senin, 5 Agustus 2024 terpantau anjlok, setelah dibuka di level 7.253. Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup di level 7.308.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada penutupan sesi I perdagangan hari ini, IHSG berada di level 7.162 atau melemah 1,99 persen. Sementara pantauan per pukul 14.55 WIB, IHSG berada di level 7.056. Bahkan pada pukul 14.10, IHSG sempat jeblok ke level 7.004 atau sekitar 4 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, menjelaskan sejumlah faktor yang memengaruhi pergerakan IHSG hari ini. Pertama, data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang lesu, baik secara global maupun di Indonesia. 

"Bila kita melihat data-data manufacturing PMI, misalnya dari global maupun Indonesia khususnya, itu hasilnya di bawah 50. Berarti mulai terjadi kontraksi, padahal sebelumnya terjadi ekspansi," katanya saat dihubungi Tempo pada Senin, 5 Agustus 2024.

Di Indonesia, berdasarkan data S&P Global, PMI manufaktur Juli 2024 dilaporkan mengalami kontraksi menjadi 49,3. Padahal pada bulan sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia berada di level 50,7.

Data ini, kata Nafan, menandakan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia. "Memengaruhi misalnya pelemahan jumlah orders, pelemahan output, juga penyerapan tenaga kerjanya kurang, sehingga membuat manufaktur mengalami kontraksi."

Faktor kedua terkait dengan dinamika non-farm payroll AS yang hasilnya meningkat sekitar 114 ribu atau di bawah ekspektasi. Kemudian, tingkat pengangguran di AS juga naik menjadi 4,3 persen. 

"Misalnya non-farm employment change juga ternyata hasilnya di bawah ekspektasi. Terus, angka pengangguran AS juga mengalami kenaikan. Jadi, ya, wajar saja," kata Nafan.

Faktor berikutnya adalah berkaitan dengan dinamika geopolitik di kawasan Timur Tengah. Sebagaimana konflik yang terjadi antara Israel dan Yordania. 

Sementara dari dalam negeri, faktor sentimennya adalah pertumbuhan ekonomi yang melambat. Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2024 hanya 5,05 persen secara tahunan. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal kedua turun dibandingkan kuartal I yang sebesar 5,11 persen. Sedangkan jika dibandingkan dengan kuartal II 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga turun, sebab saat itu pertumbuhannya 5,17 persen. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus