Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Reynaldi Sarijowan menyambut baik relaksasi harga eceran tertinggi beras premium atau HET yang dilakukan Badan Pangan Nasional atau Bapanas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Asal produksi secara nasional melimpah, atau produktivitasnya surplus,” ujarnya melalui pesan suara WhatsApp pada Selasa, 12 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia tak khawatir apabila pasokan atau saluran distribusi beras dari pemerintah bisa terserap di pasar-pasar tradisional secara masif. Sayangnya, menurut informasi yang ia peroleh, pedagang mengaku kesulitan akibat relaksasi HET tersebut. Sebab harga beras premium ketika masuk penggilingan sudah mencapai Rp 14.500 - Rp 15.000 per kilogram.
“Itupun tergantung variasinya,” kata Reynaldi.
Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah agar memastikan panen raya ke depan bisa diserap seluruhnya. Sehingga dapat meningkatkan produktivitas secara nasional. Menurut Reynaldi, pangkal permasalahan harga beras berada di produksi petani.
Pada Senin, 11 Maret 2024, Bapanas resmi menaikkan HET beras premium sementara menjelang Ramadan. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan tujuan relaksasi HET ini untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga beras premium di tingkat konsumen. Relaksasi diberlakukan sementara di delapan wilayah, yakni Jawa, Lampung, Sumatera, Aceh, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku. Di mana, HET dinaikkan Rp 1.000 per kilogram dibanding HET sebelumnya.
Aturan ini berlaku hingga Sabtu, 23 Maret 2024. Setelahnya, harga beras premium kembali sesuai Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 7 Tahun 2023, di mana HET beras premium Rp 13.900 per kilogram di wilayah Jawa. Arief yakin, pada pekan keempat Ramadan, pasokan beras akan semakin bertamah berkat panen di sejumlah daerah.