SIA, maskapai penerbangan Singapura, pekan ini hingga 27 November sedang melemparkan 16% sahamnya kepada umum. Sekitar 100 juta saham bernilai nominal S$ 5 per lembar ditawarkan sebagian kepada masyarakat di sana (antara 43,9 juta dan 68 juta lembar) sisanya dilego ke pasar modal internasional di Jepang, AS, dan Inggris. DBS Bank Singapura menjadi penjamin penjualan di negeri itu, sedangkan untuk pasar internasional dijamin Daiwa Securities Co. Ltd. (Jepang), Goldman Sachs International Corp. (AS), dan S.G. Warburg & Co. Ltd. (Inggris). Perusahaan yang antara lain bergerak di bidang operasi penerbangan dan penjualan pesawat itu pada tahun pembukuan 31 Maret lalu mencatat laba kotor S$ 198,1 juta, dan diramalkan tahun depan akan memperoleh laba bersih S$ 259 juta. Setiap saham diperkirakan akan memperoleh dividen kotor tahun depan sekitar 2% dan perolehan harga (price-earning) S$ 0,45 per lembar. Perolehan nilai sahamnya masih menjadi tanda tanya. Pemasaran saham SIA kabarnya masih mengkhawatirkan calon pembeli. Menurut harian Straits Times edisi Senin lalu, ada kemungkinan dibanting harganya oleh spekulan. Saham terbesar 390 juta lembar yang dipegang pemerintah (Temasek Holdings) dijamin tak akan dijual dalam setahun, sedangkan investor asing dilarang menjual sahamnya dalam tempo 120 hari setelah perdagangan dimulai. Yang menjadi pertanyaan, soal 130 juta saham di tangan karyawan dan kelompok penerbangan SIA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini