Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan tengah menyiapkan serangan balik kepada Uni Eropa, yang melarang penggunaan minyak sawit mentah (crude palm oil) asal Indonesia. Saat bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kemarin, Enggar mengaku telah meminta izin untuk membalas perlakuan tersebut. "Kalau mereka masih bersikeras, saya minta izin sebagai tim perunding yang mempunyai mandat untuk itu (serangan balik)," kata dia di Kantor Wakil Presiden.
Salah satu bentuk pembalasan, kata Enggar, adalah menghentikan pembelian produk asal Eropa. Salah satu yang menjadi sasaran adalah pesawat buatan Airbus, produsen yang bermarkas di Toulouse, Prancis. Selain Uni Eropa, Enggar juga menyebut parlemen di Norwegia yang mengumumkan larang pengadaan CPO oleh pemerintahnya. Atas tindakan itu, kata dia, Indonesia sudah menyiapkan respons. "Saya bilang, saya akan mem-banned ikan dari sana," ujar Enggar.
Indonesia pun akan menggandeng Malaysia untuk mengambil langkah bersama menghadapi ancaman Uni Eropa. Indonesia dan Malaysia merupakan negara produsen CPO terbesar di dunia yang menjadi pemasok utama komoditas tersebut ke Uni Eropa. Enggar mengatakan Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Rusdi Kirana, sudah diminta untuk menjembatani pembicaraan lebih lanjut dengan Malaysia.
Januari lalu, Parlemen Uni Eropa mengumumkan rencana untuk menghapus penggunaan biodiesel dari minyak nabati pada 2030. Mereka juga melarang pemakaian biodiesel dari minyak kelapa sawit, termasuk hasil ekspor dari Indonesia, pada 2021. Rencana itu akan terwujud lewat pemungutan suara rancangan Proposal Energi "Report on the Proposal for a Directive of the European Parliament and of the Council on the Promotion of the use of Energy from Renewable Sources".
Enggar mengaku belum menghitung kerugian yang akan dialami Indonesia, jika Uni Eropa melarang penggunaan biodiesel dari CPO pada 2021. Namun, dia meyakini dampaknya akan besar lantaran CPO dan turunannya merupakan komoditas ekspor nomor satu setelah batu bara. "Jadi kalau itu terganggu, kita semua terganggu. Apa pun hasilnya, kita tidak mau itu terganggu. Kalau kita diganggu, kita juga bisa mengganggu," katanya.
Saat ditemui di kantornya, kemarin, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menduga adanya kampanye hitam di balik penolakan biodiesel oleh Uni Eropa. Amran menilai penolakan tersebut disengaja untuk menurunkan harga CPO. "Kami menilai ada negative campaign, black campaign, di Eropa," ujar dia. Amran mengatakan sudah menyampaikan hal tersebut kepada Pelapor Khusus Dewan Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Terhadap Hak Atas Pangan, Hilal Elver.
Menurut Amran, turunnya harga CPO akibat penghentian ekspor biofuel kelapa sawit akan memberi dampak yang parah bagi lingkungan. Sebab, petani dan pedagang yang kehilangan mata pencariannya akan mencari komoditas lain untuk dijual. Akibatnya, kata dia, mereka akan menebang pohon secara liar untuk mengganti penjualan kelapa sawit yang terhenti. "Kalau harga CPO turun, petani, penjual, pedagang, yang berjumlah kurang-lebih 30 juta orang akan mencari pendapatan di tempat lain."
Tahun ini, Indonesia menargetkan ekspor 1,8 juta kiloliter biofuel ke Eropa. Amran mengatakan angka tersebut sama dengan target pada 2014, saat Uni Eropa belum mengenakan bea masuk anti-dumping kepada komoditas tersebut.
Presiden Joko Widodo telah mengirim surat protes kepada Presiden dan Ketua Parlemen Uni Eropa. Jokowi pun mengutus Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, menyelesaikan masalah ini. "Pada 23 atau 24 April ini saya berangkat ke sana," kata Luhut di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad lalu.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyatakan lewat surat protes itu, pemerintah Indonesia menilai perlakuan Uni Eropa tersebut sebagai bentuk proteksionisme. "Indonesia menganggap apa yang dilakukan Uni Eropa merupakan bentuk proteksi atas produk bunga matahari dan sebagainya," kata dia. Untuk itu, kata Pramono, pemerintah Indonesia juga tengah menimbang untuk melakukan hal yang sama. FRISKI RIANA | ZARA AMELIA | DEWI NURITA | AHMAD FAIZ | FERY FIRMANSYAH
Konsumen Minyak Sawit Indonesia
Meski melarang penggunaan minyak sawit, tak bisa dimungkiri bahwa Uni Eropa adalah salah satu konsumen utama produk perkebunan Indonesia tersebut. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa ekspor minyak sawit mentah ke negara-negara Eropa tahun lalu sebanyak 5,1 juta ton atau senilai US$ 3,6 miliar (Rp 48 triliun). Volume itu mencapai 17 persen dari total ekspor minyak sawit mentah dari Indonesia.
Ekspor Minyak Sawit Mentah ke Eropa (Juta Ton)
2015 | 4,23 |
2016 | 4,37 |
2017 | 5,32 |
Konsumen Minyak Sawit di Eropa 2017 (Juta Ton)
Spanyol | 1,4 |
Belanda | 1,3 |
Italia | 1,1 |
Rusia | 0,613 |
Ukraina | 0,33 |
Jerman | 0,180 |
Konsumsi Minyak Nabati Eropa (%)
Tahun | Kedelai | Rapeseed | Bunga Matahari | Sawit |
2014 | 11 | 42 | 18 | 29 |
2015 | 11 | 40 | 19 | 30 |
2016 | 10 | 40 | 20 | 30 |
SUMBER: BADAN PUSAT STATISTIK, KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo