Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dampak Keterlambatan Impor Daging Sapi

Harga daging sapi mulai melambung menjelang Ramadan. Terlambatnya penerbitan izin impor bisa membuat stok menipis.

25 Februari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Harga daging meroket hanya dalam sepekan.

  • Badan Pangan Nasional mengklaim stok daging aman menjelang Ramadan.

  • Penggemuk sapi bakalan membutuhkan waktu untuk memproduksi daging.

KENAIKAN harga daging sapi membuat Siti Rukoyah urung membeli tulang iga di Pasar Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Warga Desa Gadog, Megamendung, ini akhirnya hanya membeli minyak goreng dan gula di toko kelontong. Siti tak menyangka harga tulang iga yang biasanya Rp 80 ribu kini Rp 120 ribu per kilogram. “Mending membeli kebutuhan lain buat stok bulan puasa," kata perempuan 43 tahun itu pada 21 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Slamet Mulyadi, 50 tahun, penjual bakso di kawasan Cipayung, Bogor, juga kelimpungan. Biasanya, sekali berbelanja ia bisa membeli daging 7-8 kilogram. Kini dia membeli 5 kilogram saja. Slamet pun harus mengurangi porsi daging dalam adonan bakso karena tak mungkin menaikkan harga produk jualannya itu. “Kalau naikin harga malah nanti saya ditinggalkan pembeli,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ramadan masih beberapa pekan lagi, tapi harga daging sapi sudah melambung. Di Pasar Ciawi, harga daging sapi naik 8 persen menjadi Rp 120-130 ribu per kilogram hanya dalam satu pekan. Hal ini terjadi setelah rumah potong hewan mengatrol harga menjadi Rp 118 ribu per kilogram. 

Di luar Jawa, Kepala Dinas Perdagangan Kota Makassar Arlin Ariesta juga mengakui ada kenaikan harga daging sapi karena suplai yang seret dan jumlah permintaan yang tinggi. Pantauannya pada 22 Februari 2024 menunjukkan harga daging sapi murni mencapai Rp 136 ribu per kilogram, naik dari Rp 120 ribu dalam sepekan. “Untuk stok daging, kami berkoordinasi dengan rumah pemotongan hewan (RPH),” ucapnya pada 22 Februari 2024.

Pada 23 Februari 2024, data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional menunjukkan rata-rata harga daging sapi harian di pasar modern beberapa provinsi Rp 134.240 per kilogram. Harga tertinggi tercatat di Papua Pegunungan sebesar Rp 176.420 per kilogram dan harga terendah Rp 115.200 di Nusa Tenggara Timur. Harga rata-rata daging sapi kualitas 1 pada 19-23 Februari 2024 mencapai Rp 138.150, sementara kualitas 2 Rp 129.200 per kilogram.

Mengacu pada data tersebut, harga di Kabupaten Bogor, menurut Cahyadi, peternak dan pemilik RPH, masih masuk kategori rata-rata. Dia mengatakan kelangkaan daging dipicu menipisnya jumlah sapi impor dari Australia. “RPH sulit mendapat pasokan sapi impor sehingga menyiapkan sapi lokal untuk memenuhi kebutuhan pasar,” ujarnya.

Cahyadi mengaku sudah mendengar kabar tentang belum terbitnya izin impor yang berdampak keterlambatan pengiriman sapi dan daging. Izin itu baru diterbitkan Kementerian Perdagangan pada 16 Februari 2024 atau dua hari seusai pemungutan suara dalam pemilihan umum. Itu pun baru izin untuk importir sapi bakalan, sementara izin importir daging sapi terbit sepekan kemudian.

Kepala Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) Didiek Purwanto mengungkapkan, stok daging untuk Ramadan pada pertengahan Maret nanti bakal menggunakan persediaan sapi yang masuk ke Indonesia pada Desember 2023. Namun, menurut dia, jumlahnya belum tentu memenuhi kebutuhan masyarakat yang biasanya meningkat pada saat Ramadan dan Idul Fitri. “Kebutuhan bulanan 40 ribu ton, tapi untuk Lebaran bisa 70 ribu,” tutur Didiek pada 22 Februari 2024.

Didiek mengatakan melonjaknya angka kebutuhan daging sapi menjelang musim konsumsi pada Ramadan dan Idul Fitri seharusnya bisa menjadi momen bagi peternak untuk memanen hasil ternak. Sayangnya, kata dia, pasokan daging sapi nasional masih belum mampu memenuhi permintaan. Apalagi, setelah terjadi kasus infeksi penyakit mulut dan kuku serta wabah lumpy skin disease, pasokan sapi lokal menyusut. Kondisi itu membuat impor daging menjadi penting.

Didiek menuturkan, rencana pemerintah mengimpor 400 ribu sapi bakalan bisa mencegah defisit daging, terutama menjelang Ramadan. Para importir sapi bakalan memerlukan waktu dua-tiga bulan untuk menggemukkan sapi begitu sampai di Indonesia. Jika sapi baru tiba pada pertengahan Maret, produksi daging paling cepat berlangsung pada Mei. 

Tahun ini, Didiek, yang menjalankan PT Karunia Alam Sentosa Abadi, mengajukan permohonan impor 25 ribu ekor sapi. Saat proses izin terlambat, menurut dia, para importir bakal mengajukan jumlah lebih banyak untuk menutup kekurangan.

Data Gapuspindo menyebutkan stok sapi bakalan pada awal Januari 2024 mencapai 122.369 ekor, kerbau 2.700 ekor, dan sapi lokal 360 ekor. Dengan demikian, populasi sapi dan kerbau yang dipegang Gapuspindo 125.429 ekor. Stok sapi Januari lalu adalah sapi yang dibeli pada triwulan terakhir 2023 yang akan disiapkan untuk kuartal pertama 2024.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada 2023 tercatat 11,3 juta sapi dan 470,9 ribu kerbau. Kemampuan produksi lokal untuk memenuhi kebutuhan daging nasional diperkirakan hanya 281.640 ton atau 39,1 persen dari kebutuhan nasional.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan saat ini tak ada kelangkaan daging. Bahkan, dia menambahkan, stok daging kerbau masih berlimpah. “Kalau lihat storage-storage daging itu penuh,” ucapnya. Arief mengatakan impor dibatasi demi melindungi peternak lokal. "Kalau memang harus impor dan dibuka selebarnya, ya enggak usah dibatasi. Tapi peternak kita akan mati.”

Ketika para importir sapi bakalan bisa mengantongi izin impor sesuai dengan jumlah yang mereka minta, lain ceritanya dengan importir daging. Diana Dewi, Direktur Utama PT Suri Nusantara Jaya, mengatakan tahun ini pemerintah hanya memberikan izin impor 30 persen dari yang dia mohon. “Kalau kerbau biasa kami dapat dari Bulog,” ujarnya pada 22 Februari 2024.

Padahal, menurut Diana, izin impor yang diminta perusahaannya sesuai dengan kebutuhan pasar. Dia pun menyampaikan keberatan, tapi rupanya sampai 21 Februari 2024 izin yang terbit tetap terpotong. “Kami sudah menyampaikan keberatan, khawatir supply-demand yang tidak seimbang akan mengakibatkan kelangkaan produk sehingga harga naik,” katanya.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional I Gusti Ketut Astawa menyebutkan data neraca produksi sapi dalam negeri saat ini mencapai 422 ribu ton dan kebutuhan konsumsi per tahun 720 ribu ton. Ini belum mencakup jumlah cadangan 240 ribu ton. Sedangkan neraca impor sapi bakalan adalah 676 ribu ekor, setara dengan 129 ribu ton daging. Adapun neraca daging sapi sebesar 165 ribu ton dan kerbau 150 ribu ton. “Untuk persiapan Ramadan masih cukup,” tuturnya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Didit Hariyadi dari Makassar, M.A. Murtadho dan Sidik Permana dari Boogor berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kami Meminta Perlindungan Pemerintah"

Aisha Shaidra

Aisha Shaidra

Bergabung di Tempo sejak April 2013. Menulis gaya hidup dan tokoh untuk Koran Tempo dan Tempo.co. Kini, meliput isu ekonomi dan bisnis di majalah Tempo. Bagian dari tim penulis liputan “Jalan Pedang Dai Kampung” yang meraih penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus