Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Jadi Petani di Lahan Sempit, Apa Saja Untungnya?

Menjadi petani di rumah menjadi salah satu aktivitas yang digemari masyarakat selama pandemi Covid-19. Simak keuntungan bertani di lahan sempit.

16 Juli 2020 | 08.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Atiqah Hasiholan menunjukan tanaman bayam hasil dari kebun hidroponiknya yang diposting di akun media sosialnya. Ibu satu anak ini juga menanam sejumlah sayuran lainnya di kebun hidroponiknya. Instagram/@atiqahhasiholan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi petani di rumah menjadi salah satu aktivitas yang digemari masyarakat selama pandemi Covid-19 untuk mengisi waktu luang dan menghilangkan stres. Namun, siapa sangka jika aktivitas tersebut bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi Anda jika benar-benar ditekuni.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti yang dilakukan oleh Yosephine Sembiring, Co-Founder sekaligus Chief Operation Officer PakTaniDigital yang sukses bertani di lahan seluas 3x3 meter di rumahnya. Dia menyebut bisa menanam 10 jenis tanaman sekaligus di lahan sesempit itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PakTaniDigital merupakan platform digital yang diperuntukkan bagi petani maupun pembeli hasil pertanian. Platform yang berbasis di Medan, Sumatra Utara itu menjembatani kebutuhan keduanya dan menyediakan berbagai informasi mengenai pertanian. "3x3 meter itu bisa ditanami 10 jenis tanaman yang bisa dimakan. Ada tomat, cabe rawit, pakcoy dan lainnya. Hasilnya setelah tiga bulan bisa dikonsumsi sendiri dan dijual ke tetangga sekitar," katanya dalam bincang-bincang santai bersama Bisnis pada Rabu 15 Juli 2020.

Lebih lanjut, perempuan yang akrab disapa Pipin itu menjelaskan lahan sempit bisa dimanfaatkan untuk bertani dengan mengandalkan sistem hidroponik vertikal. Biaya yang dikeluarkan untuk perawatannya tidak mahal, lantaran bisa menggunakan bahan-bahan sisa yang tak terpakai. "Media tanamnya sekam bakar dengan wadah pipa PVC, pupuknya pakai eco-enzim dari sampah atau sisa-sisa makanan yang diolah. Bibitnya saya beli online Rp 125 ribu dapat 25 jenis," ungkapnya.

Hasilnya menurut Pipin kualitasnya lebih baik dibandingkan yang dijual di pasaran pada umumnya lantaran tak mengandung bahan kimia (pestisida) alias organik. Tentunya hal tersebut menjadi nilai tambah bagi sayuran atau buah yang dihasilkannya di lahan sempit itu. "Harganya juga bersaing karena langsung dari produsen atau petaninya ke end-user atau konsumen langsung tanpa perantara," tuturnya.

Oleh karena itu, Pipin menyebut bertani di rumah, termasuk yang lahannya sempit bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di tengah pandemi Covid-19. Selain itu, aktivitas tersebut juga ikut andil dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan dan ketahanan pangan. "Mulai saja dulu bertani, kalau nggak memulai nggak akan tahu betapa nikmatnya bertani, mempelajari pertanian, hingga nanti berinvestasi di sektor pertanian," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus