Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi IV DPR Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto membeberkan temuannya soal sisa beras impor tahun lalu yang disimpan di gudang Perum Bulog di Yogyakarta sudah tak layak konsumsi karena sudah dirubung kutu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pada reses yang lalu, pada kunjungan kerja yang lalu, saya memimpin tim ke Yogyakarta, dan kami meninjau gudang Bulog. Di situ kami menemukan masih banyak beras-beras sisa impor yang lalu di dalam gudang Bulog itu yang sudah banyak kutunya," ujar Titiek dalam rapat kerja Komisi IV dengan Kementerian Pertanian (Kementan) di Kompleks DPR, Jakarta, Selasa, 11 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Titiek meminta agar jajaran Kementan segera mengelola beras tersebut. Sebab jika dilepas ke pasar, menurut dia, beras itu sudah tak layak untuk dijual. Ia meminta pemerintah tak menunggu lebih lama hingga kondisi beras semakin memburuk.
"Itu mohon tolong segera diapakanlah beras ini, mungkin kalau untuk dikonsumsi manusia sudah tidak layak lagi. Mohon segera dimanfaatkan beras impor ini," ujar putri presiden ke-2 Soeharto ini.
Menurut Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, jumlah stok beras di gudang Bulog ada sebanyak 1,9 juta ton. Stok ini, menurut dia, merupakan capaian terbaik pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.
Stok beras itu terdiri dari stok beras komersial 124.361 ton dan stok cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 1.784.753 ton. Sehingga akumulasi beras yang saat ini disimpan di gudang Bulog mencapai 1.909.114 ton.
Bapanas mencatat total realisasi pengadaan beras dari dalam dan luar negeri sebanyak 103.427 ton. Adapun realisasi bagian dari sisa importisasi 2024 mencapai 70.400 ton. Sedangkan pengadaan dalam negeri jumlahnya sebanyak 33.027 ton yang terdiri atas CBP 30.178 ton serta beras komersial 2.849 ton.
Hingga Februari 2025, pemerintah mengklaim telah mendistribusi beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) sebanyak 100.960 ton kepada masyarakat. Penyaluran ini tak akan dilanjutkan setidaknya sampai puncak panen raya bulan April. Ditambah penyaluran tanggap darurat dan bantuan pangan 2025 tahap 1, total distribusi beras SPHP sebanyak 100.960 ton.
Dian Rahma Fika berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Menko Zulhas Pastikan Tidak Akan Impor Beras Pada 2025