KETIKA berada di Washington pada minggu pertama bulan Mei,
Perdana Menteri Takeo Fukuda membuat kesan yang baik. Jepang
digambarkannya akan bersungguh-sungguh untuk mengurangi surplus
perdagangannya. Walaupun tidak disebutnya sasaran spesifik,
niatnya itu sudah melegakan, mengingat bertubi-tubi desakan AS
dalam rangkaian perundingan dagang dengan Jepang selama 6 bulan
terakhir. Tapi bagaimana surplus besar itu $8 milyar dengan AS
saja) akan dikurangi Sejumlah rencana pembelian dari AS sudah
disampaikannya, dan minyak rupanya terdapat dalam daftarnya.
Minyak? Ini menjadi persoalan yang akibatnya mungkin bisa
berantai ke Indonesia.
AS sendiri sebenarnya kekurangan minyak yang tahun ini masih
akan diimpornya senilai $45 milyar. Namun produksi minyak dari
A]aska, negara bagian AS di Kutub Utara, sudah bisa dialirkan ke
Pantai Barat dalam jumlah besar. Suplai di Pantai Barat itu
dianggap sudah berlebihan. Minyak Alaska malah sudah mulai
terpaksa diteruskan pengapalannya ke Pantai Timur via Terusan
Panama, tapi biayanya menjadi lebih tinggi dibanding irmpor dari
Timur Tengah.
PM Fukuda mengusulkan supaya kelebihan dari Alaska itu diekspor
saja ke Jepang. Tadinya, Presiden Jimmy Carter menolak, karena
tidaklah lucu jika AS mengimpor minyak, sedang kebutuhan
impornya, terutama untuk Pantai Timur, masih tinggi. Tambahan
pula, Undang-Undang di AS sendiri melarang minyak Alaska
diekspor ke luar negeri kecuali ke Canada dan Mexico.
Perkembangan terakhir ini menunjukkan bahwa PM Fukuda meneruskan
maksudnya untuk mengimpor minyak dari Alaska. Dia akan mengirim
satu delegasi untuk membicarakannya dengan para pejabat AS.
Jika pemerintahan Carter sekali ini mengabulkannya, diduga akan
timbul perdebatan dalam Congress. Tapi sementara itu mulai
beredar pendapat yang tampaknya akan bisa diterima juga. Yaitu,
kelebihan Pantai Barat dalam jumlah tertentu diekspor ke Jepang,
sementara hasilnya dipakai untuk keperluan impor minyak Pantai
Timur (AS) dari negara-negara OPEC.
Sampai berapa jauh pendapat itu bisa diterima Congress masih
harus ditunggu. Tapi jika itu terjadi, pembelian Jepang dari
Timur Tengah, mungkin juga dari Indonesia, bisa berkurang. Jika
itu tidak terjadi, persoalannya bagi Indonesia masih akan ada.
Pantai Barat AS selama ini mengimpor 400.000 barrel/hari dari
Indonesia. Bukan mustahil Indonesia suatu waktu akan kehilangan
sebagian pasarnya di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini