Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Saran Serius Bank Dunia ?

Laporan konfidensial Bank Dunia mengemukakan agar Indonesia memfokuskan strategi pembangunannya pada bidang-bidang yang mampu menyerap banyak tenaga kerja terutama di sektor pedesaan. (eb)

10 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SHAHID Hussain, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Timur Jauh dan Pasifik, banyak memuji kemajuan ekonomi yang dicapai Indonesia selama ini. Itu dikemukakannya dalam pidato di sidang IGGI yang baru lalu. Orang penting Bank Dunia itu mengemukakan juga kekhawatirannya akan impor beras yang masih akan besar dan kemungkinan berkurangnya produksi minyak di Indonesia. Tapi umumnya gambaran tentang ekonomi Indonesia, yang didasarkan pada laporan Bank Dunia 1977, dinilai cukup baik (TEMPO, 3 Juni). Ternyata belum semua isi laporan Bank Dunia itu agaknya diungkapkan oleh Shahid Hussain. The Asian Wall Street Journal (29 Mei) mengemukakan pula bagian laporan Bank Dunia yang selesai menjelang sidang IGGI. Lembaga internasional yang berpusat di Washington itu telah menganjurkan perlunya "prioritas" baru dalam beleid pembangunan di Indonesia. Disebutkan agar Indonesia memfokuskan strategi pembangunannya pada bidang-bidang yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, terutama di sektor pedesaan, dan harus dikelola demikian rupa hingga memungkinkan pemerataan pendapatan di pedesaan. Juga ditekankan perlunya dicari upaya untuk mempertahankan agar hasil ekspor tidak berkurang, termasuk minyak. Tadinya diketahui, membaiknya ekspor non-minyak tahun lalu terutama disebabkan harga pasaran internasional yang di atas angin. Dalam tahun 1978 ini, harga itu sudah kentara tak sebaik tahun lalu. Strategi Pangan Lain Anjuran penting lain adalah agar Indonesia menciptakan suatu strategi pangan nasional di luar beras meningkatkan investasi swasta untuk barang-barang ekspor dan menggalakkan kembali ekspor yang tradisionil, terutama karet. Dianjurkan pula agar dilakukan pengerahan dana pembangunan dengan cara memperbaiki sistim pemungutan penghasilan dalam negeri dan perusahaan-perusahaan negara. Seruan di atas merupakan bagian dari sebuah laporan besar yang kabarnya sedang disiapkan Bank Dunia dan diharapkan selesai tahun ini juga. Secara mendalam akan dikemukakan di situ "Pokok-pokok masalah ekonomi dan sosial yang akan dihadapi Indonesia dalam tahun-tahun mendatang." Mereka khawatir bahwa kemungkinan berkurangnya penghasilan dari minyak di kemudian hari akan bisa menghambat investasi pemerintah. Mereka juga menilai beban hutang luar negeri yang semakin besar akan membuat pemerintah terpaksa "mengerem untuk melanjutkan pinjaman-pinjaman komersiil." Laporan konfidensial Bank Dunia yang 26 halaman itu, diperkuat lagi dengan laporan konfidensial dari Badan Moneter Internasional (IMF), yang senada bunyinya. IMF juga melihat kemungkinan menurunnya penghasilan dari minyak, yang diperkirakan akan terasa paling tidak dua tahun lagi, akan mempengaruhi porsi pembangunan dalam tahap Pelita III. Sejalan dengan Bank Dunia, IMF juga menganjurkan menu orang di Indonesia dialihkan dari beras ke bahan-pangan lainnya. Apa yang dikhawatirkan kedua badan internasional itu sesungguhnya sudah lama menjadi keprihatinan di Indonesia. Tapi karena kali ini Bank Dunia dan IMF sendiri yang bicara begitu, tentu lain lagi bobotnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus