Pilih mana, deposito dolar atau rupiah? Barangkali, itulah teka-teki paling hot di kalangan para peternak uang saat ini. Pertanyaan yang gampang-gampang susah. Bunga deposito rupiah memang berlari lebih kencang ketimbang dolar. Tapi, siapa yang bisa menjamin nilai tukar rupiah tak akan merosot lebih cepat dari laju bunganya?
Bingung? Jangan dulu berkerut kening. Kita anggap saja deposito sebagai usaha peternakan. Rupiah sebagai ayam dan dolar sapi. Saat ini, harga seekor sapi setara dengan 8.000 ayam. Suku bunga deposito dolar, alias tingkat reproduksi sapi, kini enam persen. Artinya, 100 sapi yang dipelihara akan menghasilkan enam anak setiap tahun. Sedangkan 100 ayam melahirkan 30 anak.
Dua petani, A dan B, yang punya modal sama memilih ternak yang berbeda. A memilih beternak 100 sapi, sedangkan B memelihara 800 ribu ekor ayam. Setelah setahun, kekayaan A berupa 106 sapi, sedangkan B 1.040.000 ayam. Jika harga sapi tetap setara dengan harga 8.000 ekor ayam, kekayaan petani B sama dengan memiliki 130 ekor sapi. Jelas, petani B yang memilih beternak ayam akan lebih beruntung.
Persoalannya, apakah harga sapi setahun mendatang akan tetap setara dengan harga 8.000 ayam? Analis keuangan yang paling jago sekali pun tak bisa memastikan bahwa harga dolar akan tetap Rp 8.000 pada tahun depan. Jika harga sapi ternyata menanjak hingga lebih mahal dari 9.812 ayam, petani A yang beruntung.
Itu persoalan pertama. Pertanyaan kedua, apakah selama satu tahun ke depan tingkat reproduksi ayam dan sapi tak berubah? Ketua Dewan Gubernur Bank-Bank Sentral di Amerika Serikat, Alan Greenspan, sudah memberi isyarat bahwa tingkat reproduksi dolar akan dinaikkan. Sebaliknya, daya biak rupiah malah cenderung terus merosot. Para pejabat bertekad menurunkan suku bunga rupiah sampai di bawah 20 persen.
Nah, kalau saja harga sapi bisa menanjak menjadi setara 9.000 ayam, sementara tingkat reproduksi sapi bisa didongkrak menjadi 6,5 persen,dan sebaliknya daya biak ayam ditekan hingga 18 persen, peternak sapi akan lebih diuntungkan.
Lalu, bagaimana menyelesaikan pelbagai keruwetan ini? Jangan khawatir. Industri keuangan dilengkapi dengan pelbagai produk untuk mengurangi risiko. Saat ini, ada sejumlah bank yang menjual "sapi" untuk pengiriman tahun depan. Sapi-sapi yang akan dikirim setahun lagi itu, hari ini, bisa dibeli dengan harga 9.440 ekor ayam atau 18 persen lebih tinggi ketimbang harga sapi saat ini. Inilah yang disebut swap.
Dengan membeli produk swap ini, para petani punya kesempatan untuk mengunci harga sapi pada harga yang sudah ditetapkan. Berbekal jurus kunci harga ini, para petani tak lagi harus dipusingkan dengan gejolak harga sapi yang mungkin terjadi tahun depan. Karena itu, mereka tak lagi kesulitan dalam membuat perhitungan.
Mari sama-sama kita berhitung. Dengan premium swap 18 persen, mudah dipahami, petani akan memilih beternak ayam, asalkan keputusan itu disertai dengan mengunci sapi dengan membeli swap sapi pada harga 9.440 ayam. Setahun mendatang, para peternak ini tetap memanen 1.040.000 ayam. Tapi, dengan berbekal swap, mereka dapat menukarkannya dengan 110 ekor sapi, berapa pun harga sapi yang terjadi saat itu.
Lewat contoh sapi dan ayam itu, mestinya, tak terlalu sulit untuk memutuskan jenis deposito yang akan kita pilih. Rumusnya sederhana saja. Jika premium swap lebih tinggi nilainya ketimbang selisih bunga deposito rupiah dengan dolar, pilihannya jatuh pada dolar. Begitu juga sebaliknya. Jadi, dengan bunga dalam rupiah 30 persen dan dalam dolar 6 persen, "keseimbangan" swap ada di 24 persen. Jika ternyata harga swap yang ada di pasar lebih rendah dari itu, pilihlah ternak rupiah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini