Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Jokowi Pamer Pertumbuhan RI, Core: G20 Bukan Peer Kita

Meski klaim Jokowi tentang petumbuhan ekonomi benar, G20 bukanlah peer Indonesia.

31 Maret 2019 | 17.56 WIB

Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kanan) bersama Ketua KPU Arief Budiman (kedua kiri) sebelum mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu 30 Maret 2019. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
material-symbols:fullscreenPerbesar
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kanan) bersama Ketua KPU Arief Budiman (kedua kiri) sebelum mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu 30 Maret 2019. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jakarta - Direktur Riset Center of Reform on Economics, Piter Abdullah, membenarkan klaim calon presiden inkumben Joko Widodo ataubahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia peringkat tiga di antara negara G20 atau 20 negara dengan perekonomian besar di dunia. Indonesia hanya kalah dari India dan Cina. Namun, urutan itu tidak berarti pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah baik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"G20 adalah kumpulan negara-negara yang sudah maju dan established, yang memang pertumbuhannya tidak bisa lagi dipacu di atas 5 persen. Mereka bukan peer kita," ujar Piter dalam pesan singkat kepada Tempo, Ahad, 31 Maret 2019.

Mestinya, kata Piter, Indonesia membandingkan diri dengan negara berkembang di kawasan Asia Tenggara, misalnya Vietnam dan Filipina, yang belakangan ini bisa tumbuh di atas 6 persen. Karena itu, ia melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen cukup baik, namun masih di bawah potensi.

"Pemerintah perlu memacu pertumbuhan ekonomi lebih besar agar kita tidak masuk jebakan negara pendapatan menengah," kata Piter. Di samping itu, Indonesia juga butuh pertumbuhan yang tinggi untuk bisa memanfaatkan bonus demografi.  

Sebelumnya, dalam Debat Capres yang digelar Sabtu, 30 Maret 2019 semalam, calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi mengatakan Indonesia masih sempat mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Bahkan, sedikit demi sedikit naik di tengah perlambatan global. 

"Semuanya turun tapi kita masih bisa bertahan dan naik sedikit demi sedikit. Saya kira itulah yang kita kerjakan," kata Jokowi. 

Capres inkumben itu mengatakan di lingkup negara G20 dan dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di urutan ketiga. "Kita nomor 3 di dunia, di G20 nomor 3 loh ya," katanya menanggapi kritik soal pertumbuhan ekonomi dari capres nomor urut 02 Prabowo Subianto. 

Senada dengan Piter, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance alias Indef Bhima Yudhistira juga mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,17 persen pada 2018 lalu belum memuaskan. "Beberapa negara maju sedang menghadapi perlambatan ekonomi karena faktor demografi, sementara Indonesia mengalami bonus demogradi sampai 2030," ujar dia.

Bhima mengambil contoh India yang kini menempati peringkat satu pertumbuhan ekonomi di negara G20. Pada 2018, India mencatat pertumbuhan ekonomi 7,3 persen, sementara Cina mencatat 6,6 persen. Indonesia yang menempati peringkat tiga mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,17 persen. "Dari tahun 2017, Indonesia tetap di nomor tiga dan hampir tidak terjadi perubahan," ujar Bhima. 

CAESAR AKBAR

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus