Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa US$ 11,5 Miliar atau Rp 180 triliun per tahun. Apa sebabnya?

24 April 2024 | 17.59 WIB

Presiden Joko Widodo memberi pengarahan dalam acara Peringatan 22 Tahun Gerakan Nasional Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu 17 April 2024. Indonesia telah dinyatakan secara aklamasi diterima sebagai Anggota Financial Action Task Force on Money Laundering and Terrorism Financing (full membership). Keberhasilan tersebut diperoleh dalam FATF Plenary Meeting di Paris, Perancis yang dipimpin oleh Presiden FATF, MR. T. Raja Kumar pada Rabu, 25 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Presiden Joko Widodo memberi pengarahan dalam acara Peringatan 22 Tahun Gerakan Nasional Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu 17 April 2024. Indonesia telah dinyatakan secara aklamasi diterima sebagai Anggota Financial Action Task Force on Money Laundering and Terrorism Financing (full membership). Keberhasilan tersebut diperoleh dalam FATF Plenary Meeting di Paris, Perancis yang dipimpin oleh Presiden FATF, MR. T. Raja Kumar pada Rabu, 25 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa Indonesia telah kehilangan potensi devisa US$ 11,5 miliar atau Rp 180 triliun karena satu juta lebih warga negara Indonesia tidak mau berobat di dalam negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal itu ia sampaikan oleh Kepala Negara saat menyampaikan sambutannya di Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2024 di Tangerang pada Rabu, 24 April 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Satu juta lebih WNI (memilih) berobat ke luar negeri, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Eropa, Amerika, dan kita kehilangan US$ 11,5 miliar atau Rp 180 triliun," katanya dikutip dari saluran YouTube Sekretariat Presiden, Rabu, 24 April 2024.

Menurut Jokowi, kebiasaan masyarakat Indonesia yang memilih berobat di luar negeri memiliki penyebab. Karena itu, ia meminta industri kesehatan dalam negeri perlu diperkuat.

Dalam sambutannya itu, Jokowi memaparkan pekerjaan rumah besar di bidang kesehatan yang belum tuntas. Ia menyinggung soal bahan produksi farmasi yang 90 persen masih impor. Alat kesehatan yang dimiliki Indonesia juga diakui masih didominasi impor sebanyak 52 persen.

"Tapi urusan hal yang kecil-kecil, misalnya jarum, keranjang di rumah sakit, alat infus, selang, ya jangan (impor). Harus kita berani produksi sendiri," ujarnya.

Selain itu, Jokowi juga menyoroti kurangnya dokter spesialis di Indonesia. Ia mengungkapkan, bahwa rasio dokter di Indonesia masih berada di angka 0,47 atau peringkat 147 dunia.

Di akhir masa kepemimpinannya ini, Jokowi meminta agar semua rencana pembangunan di bidang kesehatan perlu diintegrasikan dan bersinergi, mulai dari tingkat pusat hingga daerah. "Jangan sampai pusat ke utara, daerah ke selatan. Semuanya harus inline, harus satu garis lurus mana yang akan dikerjakan," ujar Jokowi.

Sementara itu, ia mengakui target penurunan stunting sebesar 14 persen masih sulit dicapai. Meski begitu, ia mengatakan bahwa angka stunting di Indonesia kini turun menjadi 21,5 persen dari angka stunting sepuluh tahun lalu sebesar 37,6 persen.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus