Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Juragan Baru Domba Mas

Bakrie Sumatera berencana mengambil alih aset Domba Mas dari Bank Mandiri.

4 Januari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IKLAN prospektus PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. muncul di sebuah surat kabar bisnis pada pertengahan Desember lalu. Dalam pariwara dua halaman itu, perusahaan dari Grup Bakrie ini mengumumkan akan membeli saham PT Domas Agrointi Prima, sekaligus menyuntikkan modal ke produsen oleochemical—bahan kimia dari tumbuhan dan lemak hewan, bahan baku biodiesel—ini. Dengan dana berasal dari penjualan saham baru, Bakrie Sumatera juga akan membeli tiga perusahaan lain senilai hampir Rp 5 triliun.

Domas Agrointi merupakan salah satu perusahaan Grup Domba Mas. Kelompok usaha milik mendiang Susanto Liem, pengusaha asal Medan, ini punya empat unit bisnis strategis, yakni usaha produksi kacamata, perhotelan, kelapa sawit, dan oleochemical. Rencana Bakrie Sumatera mengambil alih Domas Agrointi terjadi pada saat Bank Mandiri berupaya menyelesaikan kredit bermasalah Grup Domba Mas senilai Rp 1,3 triliun. Grup Domba Mas juga berutang ke Credit Suisse dan Procter & Gamble.

Menurut Direktur Keuangan Bakrie Sumatera Harry M. Nadir, manajemen Bakrie Sumatera telah menemui manajemen Bank Mandiri untuk mendiskusikan rencana pengambilalihan Domas Agrointi senilai Rp 1,1 triliun. Seandainya berjalan mulus, perusahaan agrobisnis dari Grup Bakrie ini akan meminta Bank Mandiri dan kreditor utama lainnya merestrukturisasi utang-utang Domas Agrointi. ”Secara prinsip Bank Mandiri sudah setuju,” kata Harry kepada Tempo di Jakarta pekan lalu.

Kabar Grup Bakrie mengambil alih aset-aset Domba Mas sudah santer terdengar sejak dulu. Sumber Tempo menyebutkan, bukan saja aset oleochemical Domba Mas, Grup Bakrie dikabarkan berminat mengambil alih dua hotel di kawasan Kuningan, Jakarta, dan hotel di Medan. Tapi kabar itu dibantah Direktur Utama Bakrie Sumatera Ambono Januarianto. ”Kami hanya akan membeli unit oleochemical,” katanya kepada Tempo di Jakarta pekan lalu.

Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo kepada Tempo beberapa waktu silam juga membantahnya. Adapun Direktur Special Asset Management Bank Mandiri Abdul Rachman mengaku tidak tahu. ”Saya belum mendengarnya,” ujarnya kepada Tempo di Jakarta pekan lalu. Yang terang, kata Abdul Rachman, Bank Mandiri memang berencana menjual (exit strategy) utang macet Domba Mas yang telah membengkak menjadi Rp 3,3 triliun kepada kreditor atau investor lain. Upaya ini dilakukan karena bank berlogo pita kuning ini meragukan kredibilitas pemegang saham Domba Mas menyelesaikan tunggakannya.

Bank beraset terbesar di Indonesia ini memang belum bisa menarik tagihannya di Grup Domba Mas, sejak membelinya dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional pada 2001. Gara-gara kucuran kredit kepada PT Cipta Graha Nusantara—perusahaan terafiliasi Grup Domba Mas—mantan Direktur Utama Bank Mandiri E.C.W. Neloe terseret kasus dugaan korupsi di Kejaksaan Agung pada 2006. Tapi Neloe tak terbukti korupsi dalam kasus itu. Lembaga penegak hukum juga sempat menetapkan Susanto Liem sebagai buron. Tapi kejaksaan menghentikan kasus Susanto karena salah satu orang terkaya versi Globe Asia 2007 ini meninggal di Singapura pada Oktober lalu.

Denny Kailimang, kuasa hukum Susanto Liem, mengatakan bahwa pemilik Domba Mas sudah membayar kewajibannya kepada Bank Mandiri senilai US$ 18 juta. ”Sudah lunas,” katanya kepada Tempo di Jakarta pekan lalu. Tapi dia tak mengetahui detail sisa utang Grup Domba kepada Bank Mandiri. ”Setahu saya tinggal sedikit lagi.”

Di tengah ketidakpastian pembayaran sisa utang oleh pemilik Domba Mas, Bank Mandiri terus bekerja keras menjual aset dan tagihan perusahaan tersebut. Saat ini sudah ada tiga calon investor yang berminat membeli aset kredit Domba Mas. ”Satu calon investor sudah serius dan telah melakukan due diligence,” kata Abdul Rachman. Apakah itu Grup Bakrie? Waktulah yang akan menjawabnya. Tampaknya tak lama lagi Domba Mas berganti juragan.

Padjar Iswara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus