SESUDAH pintar merakit mesin, industri mobil sebentar lagi harus belajar membubut (machining) pelbagai komponen mesin. Pekerjaan membubut itu akan dilakukan secara bertahap, mulai Januari 1987, atas beberapa komponen mesin - terutama bagian atas luar. Pada tahap pekerjaan ini, mesin jang akan dibubut didatangkan dalam bentuk kasar, sesudah melewati pengecoran di pabriknya. Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 117/M/SK/4/ 1986, yang diterbitkan belum lama ini, juga mengharuskan usaha serupa dilakukan terhadap komponen transmisi, gandar belakang, sumbu putar, dan rem, secara berangsur mulai Januari - Juli 1987. Ikhtiar membubut sejumlah komponen pokok itu baru diberlakukan untuk kendaraan kategori I (sebangsa Suzuki Carry dan Daihatsu Hi-Jet) dan kategori V (seperti Kijang) - mengingat penjualan mobil kedua golongan tadi cukup baik tiga tahun terakhir ini. Dari seluruh penjualan mobil tahun lalu, yang mencapai 144 ribu unit, kedua kategori itu mengambil bagian sekitar 100 ribu. Tahun ini, selama Januari - Februari, lebih dari separuh penjualan mobil yang tercatat 26 ribu merupakan jenis kedua kategori tadi. "Jadi, untuk jenis I dan V itu sebenarnya sudah layak dijadikan dasar untuk produksi dalam negeri," kata Dirjen Industri Mesin dan Logam Dasar, Eman Yogasara. Artinya, kalau para agen tunggal atau industri komponen kemudian menanamkan uang untuk membuka unit pembubutan, pasarnya sudah jelas. Tapi menetapkan kapan dimulainya jadwal pembubutan itu bukan pekerjaan mudah. Menurut perkiraan Departemen Perindustrian, usaha pembubutan seluruh komponen itu seharusnya sudah rampung awal tahun ini. Sayang, pasar mobil dan keadaan ekonomi tidak secerah seperti direncanakan di atas kertas. Karena itu, jadwal pembubutan komponen mesin intake manifold, exhaust manifold, dan cover, misalnya, akhirnya ditetapkan 1 Januari 1987. Sedang komponen mesin yang paling dalam, seperti rocker arm, connecting rod, cam shaft, dan crank shaft, ditetapkan tiga tahun kemudian. Tidak banyak teknologi dan nilai tambah diperoleh dari ikhtiar pembubutan itu. Yang terbanyak malah, seperti juga dalam tahap perakitan, biaya tambahan (penalty cost) - menambah pegawai dan membayar beban listrik. Menurut Dirjen Eman, tambahan biaya itu, "Kelak akan menurun dengan sendirinya kalau semakin dalam masuk ke program manufaktur penuh." Tapi pemerintah bersikap luwes. Jika di kemudian hari volume penjualan mobil kategori I dan V itu tidak mencapai jumlah yang cukup guna mendukung skala produksi ekonomis, jadwal bisa ditinjau kembali - kecuali untuk pembubutan tahap I yang tetap harus dimulai awal tahun depan. Soebronto Laras, Ketua Gabungan Asembler dan Agen Tunggal Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaakindo), menghargai sikap itu. "Tapi kita 'kan belum tahu apa yang akan terjadi saat surat keputusan itu berlaku nanti," katanya. Bagusnya penjualan mobil terakhir ini, terutama sejak yen menguat September lalu, cukup menimbulkan teka-teki. Sebagai Direktur Utama PT Indo Mobil Utama yang laris menjual Suzuki Carry, Soebronto masih ragu apakah kenaikan penjualan itu bisa dinilai wajar atau tidak. Ada dugaan, cepatnya mobil berpindah tangan karena orang takut pegang rupiah, apalagi yen menguat terus. "Jadi, mungkin saja mereka beli mobil untuk spekulasi," tambahnya. Kalau pen jualan seluruh mobil komersial pada 1987 nanti bisa 250 ribu unit, "Maka jadwal pembubutan itu baru bisa dianggap layak." Kalau saja angka itu bisa dicapai, bukan hanya agen tunggal yang senang, tapi juga para pembuat karoseri yang menyerap banyak tenaga kerja bakal gembira. Cuma, apakah pertumbuhan ekonomi akan ikut membantu menciptakan iklim baik itu? EH Laporan Budi Kusumah (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini