Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kecil-Kecilan Dari Israel

Walaupun tak punya hubungan diplomatik, berbagai komoditi israel & cina sudah lama masuk indonesia, dan indonesia pun mengekspor kayu lapis ke shanghai.(eb)

9 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MV Easack, kapal berbendera Panama, yang mengangkut 5.000 ton batu phosphat eks-Israel, sudah diusir dari Pelabuhan Belawan, Medan. Pertengahan September lalu, kapal itu terpaksa diusir sesudah pihak Bea dan Cukai menemukan dokumen (B/l) phosphat yang tak menyebut nama pelabuhan asal. Kendati di peti kemas yang memuat bahan baku pupuk itu jelas tertera Jordanian Origin. Toh persoalan itu, walau dianggap sudah selesai, menimbulkan pertanyaan benarkah Indonesia menyelenggarakan hubungan dagang dengan Israel? Menurut Syukri Alimudin, Humas Dep. Perdagangan dan Koperasi, perdagangan dengan Israel bisa terjadi lewat negara ketiga -- mengingat Indonesia tak punya hubungan diplomatik. Dan sebagai penandatangan GATT (General Agreement on Trade and Tarif), Indonesia tak bisa menutup arus perdagangan dengan Israel, dan RRC--keduanya anggota PBs -- sekalipun tak punya hubungan diplomatik. Singapura, Belanda, dan Hongkong, merupakan 'negara ketiga" tempat transhipment biasanya diselenggarakan. Besarkah ekspor Indonesia ke Israel? Menurut Mochtadi, Staf Perdagangan Luar Negeri siro Pusat Statistik, Indonesia tak pernah mengekspor komoditi ke Israel -- secara langsung maupun lewat negara ketiga. "Kalau toh ada itu cuma barang pindahan," katanya. Misalnyd, ada diplomat pindah tugas dari Jakarta ke Yerusalem. dan membawa serta barangnya. Pelabuhan asal kemudian mengirim dokumen barangnya ke SPS, dan dianggap sebagai "ekspor" ke Israel. Namun di bidang impor, ternyata BPS punya catatan agak terperinci dari tahun ke tahun. (Makhlm. Indonesia menganut sistem "negara asal" barang dan bukan negara penjual yang menjadi perantara). Dalam tahun 1981, tercatat ada 11 komoditi asal Israel yang masuk ke Indonesia. Jumlah terbesar adalah pupuk yang meliputi 4,4 juta kg seharga US$ 1,3 juta. Buah-buahan dan kacang senilai US$ 24 ribu, alat-alat listrik US$ 31 ribu, mesin bor US$ 525 dengan berat cuma 8 kg. Sebagian besar barang itu dibeli (transhipment) di Singapura. Keadaan neraca perdagangan agak lain- dengan RRC. Cina daratan itu mengimpor berbagai barang seperti kopi dan kayu lapis. Untuk 1980 misalnya tercatat ekspor Indonesia sebesar US$ 197 juta dari jumlah barang 307 juta kg. Sedang 1981, Indonesia mengimpor sekitar 161 komoditi meliputi 303,5 juta kg dengan nilai Rp US$ 253,5 juta. Impor gula dan madu bernilai US$ 37 juta menduduki urutan pertama. Komoditi lain yang cukup besar didatangkan dari RRC ialah bahan makanan nabati US$ 2,2 juta dan bahan untuk obat-obatan (nabati pula) US$ 8,5 juta, bahan kimia (juga untuk obat-obatan antara lain) sebesar US$ 5,2 juta, kertas US$ 6,2 juta dan bahan untuk tekstil US$ 12,7 juta. Jenis logam yang didatangkan dari Cina berupa aluminium US$ 6 juta dan uranium sebesar US$ 115 ribu. Masih ada komoditi lain seperti sutera, batu kerikil dan pasir, produk minyak, kosmetika dan mainan anak-anak serta barang kelontong. Soal ekspor kayu lapis, menurut sumber TEMPO di Asosiasi Produsen Kayu lapis Indonesia (Apkindo), taltun ini sampai Agustus meliputi 141,6 ribu m3 senilai US$ 35,5 juta. Porsi terbesar dikirim oleh Hutan Raya Indonesia Timber (Hutrindo) sebesar 33 ribu m3. "Kami mengapalkan langsung ke pelabuhan di RRC seperti Shanghai, Tiensien, Wampoa, dan lain-lain," kata lan H.B. Touw, manajer pemasaran Hutrindo pada TEMPO. Pengapalan barang tidak boleh dibawa kapal berbendera Merah Putih--juga berlaku sebaliknya: barang eks-RRC tak boleh diangkut kapal berbendera negara itu. Caranya, perusahaan pelayaran Indonesia memakai kapal asing secara sewa beli. Jadi, kapal-kapal milik Andhika Lines--pelayaran nasional Indonesia --merapat di sana dengan bendera asing. Diakui, ekspor ke RRC secara resmi memang tidak ada izin dari Depdagkop. "Tapi dibiarkan saja," kata Touw. "Karena perdagangan ini jelas menguntungkan pemerintah dan kebetulan eksporb ukan minyak memang bisa digalakkan." Menurut catatan Depdagkop, perdagangan dengan RRC memang cenderung meningkat walau tidak menyolok. Prosedurnya: tetap lewat Hongkong. Sampai sekarang cara ini tidak merugikan Indonesia. "Selama ini memang belum ada eksportir atau importir yang resmi terdaftar khusus untuk RRC," kata Darry Salim, Direktur Hubungan Perdagangan Luar Negeri, Depdagkop. "Kebanyakan dari mereka masih bertindak dengan hati-hati."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus