MITSUBISHI yang tiga tahun terakhir memimpin pasar kendaraan
niaga tampaknya sedang menghadapi cobaan. Angka penjualan
kendaraan itu dari Januari-Agustus baru mencapai 36 ribu unit.
Tahun lalu angka penjualan mencapai 73 ribu-unit lebih.
Belum jelas benar, apakah Colt L-300 pengganti Colt T-120 yang
populer, juga menurun penjualannya. Yang pasti sejak
Januari-Juni, sekitar 9 ribu unit L-300 sudah terjual. Menurur
rresiden Komisaris Krama Yudha Sjarnoebi Said, menurunnya
penjualan Mitsubishi itu banyak disebabkan oleh melemahnya daya
beli masyarakat. Kepada Antara akhir bulan lalu, dia juga
menyebut belakangan ini banyak pembeli yang beralih kekendaraan
berbahan bakar solar.
Ini terutama terjadi sesudah nrintah awal Januari menaikkan
harga premium dari Rp 150 menjadi Rp 240 per liter, sedang solar
hanya naik dari Rp 52,50 jadi Rp 85 per liter. Itu rupanya
dilihat oleh PT Toyota Astra Motor yang dengan cepat meluncurkan
Tuyota Hi-Ace berbahan bakar solar (2.188 cc) Februari silam.
Hi-Ace diesel, Yang rata rata berharga Rp 4,5-5,6 juta (kosong)
hingga Agustus lalu menjual hanpil 9 ribu unit.
Astra Motor barangkali ingin sekali menyaingi kedudukan
kendaraan sejenis, Colt L-300, berbahan bakar bcnsin. Tapi
sejauh ini, Toyota Hi-Ace temyata masih belum juga mampu
merasuki wilayah pemasaran Jawa Timur yang selama bertahun-tahun
dikuasai Colt.
PERSAINGAN sesungguhnya juga terjadi untuk kendaraan niaga
berbahan bakar premium 550 cc - 1.000 cc. Di sektor ini merk
Suzuk (ST-20), Daihatsu (Hi-Jet), dan Colt (Minicab) berusaha
merebut kantung calon pembeli dengan segala macam fasilitas
menarik. Sejauh ini tampaknya Daihatsu Hijet (550 cc, dengan
(daya angkut 500-700 kg) berada di depan.
Tahun lalu hampir 11 ribu unit Daihatsu Hijet terjual. Tahun ini
(hinga Agustus) terjual 10 ribu unit lebih, hingga bisa
dipastikan angka penjualan tahun lalu akan dilampauinya. Menurut
Edie Santoso, manajer umum pemasaran PT Astra International,
banyak konsumen yang membeli Hi-Jet (Rp 2,15 juta kosong)
menggunakan kendaraan ini sebagai angkutan penumpang. Sebagai
kendaraan pengangkut penumpang di kota-kota kecil, dan pedesaan,
mereka mulai berani berdampingan dengan Co T-120, pendahulunya.
Mungkin karena dianggap lebih ekonomis, pemasaran Hi-Jet kuat di
wilayah Sumatera, dan Jawa. Sementara di Sulawesi Utara belum
banyak peminatnya. Kendati hasil penjualan kendaraan itu tahun
ini cukup baik, Edie Santoso tidak terlalu optimistis menghadapi
prospek penjualan tahun depan, mengingat resesi masih
mempengaruhi Indonesia. "Kami harapkan penjualan tahun depan
sama dengan tahun ini," katanya.
Bagaimana Suzuki? Penjualan Suzuki ST-20 (800 cc), menurut Dirut
Indomobil Utama, Soebronto Laras, tahun ini naik 10% dibanding
tahun lalu. ST-20 (Rp 2,2 juta, kosong), dengan mesin dua
langkah, pemasarannya kuat terutama di Sulawesi Selatan dan
Utara. Karena konsumen mungkin menganggap kendaraan ini kurang
ekonomis dibanding kendaraan dengan mesin empat langkah, (four
wheel drive) kata Soebronto, penjualannya di Surabaya agak
lemah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini