Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kecil Tapi Rawit

Bursa Efek Surabaya hanya dalam 4 bulan setelah berdiri september 1989 telah mencatat transaksi jual beli lebih dari Rp 4 milyar. Diharapkan akan tercapai break even point tahun 1989.

21 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM perkara saham, Surabaya seakan berpacu menandingi Jakarta. Hanya dalam empat bulan setelah berdiri September lalu, Bursa Efek Surabaya (BES) telah mencatat transaksi jual beli lebih dari Rp 4 milyar. Jumlah ini melejit hampir 30 kali lipat dari transaksi Juni lalu, yang cuma sekitar Rp 143 juta. Tentu belum pantas membandingkan BES dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ), yang lebih tua sebelas tahun. Transaksi yang terjadi di BEJ sepanjang pekan silam sudah sekitar Rp 14 milyar. Toh prestasi kecil BES patut disambut gembira. Dan orang yang paling gembira, siapa lagi, kalau bukan Basjiruddin A. Sarida. "Saya ingin BES diakui tak cuma skala nasional, tapi juga internasional," kata lirektur Utama BES itu dengan wajah berseri. Ada beberapa upaya untuk menaikkan pamor BES. Misalnya, mulai Selasa pekan ini, BES melakukan penyesuaian perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan BEJ. Dengan perhitungan baru ini, menurut Kepala Biro Perdagangan BES Tubagus M. Hasjim, "indeks saham BES bakal naik, setiap ada pencatatan saham baru yang kursnya naik." "Sekarang ada enam investor besar asal Jakarta, yang mulai aktif jual beli di Surabaya," tambah Basjiruddin. Upaya yang tak kalah hebatnya adalah memasukkan BES jadi anggota East Asia Stock Exchange Conference (EASEC). Ketika berlangsung Konferensi EASEC di Jakarta, 5-6 September silam, berkat lobi yang kuat, BES akhirnya diterima menjadi anggota ke-13. Menjadi anggota EASEC jelas tak gampang. Australia dan Selandia Baru harus menunggu dua tahun, sebelum diterima menjadi anggota. "Bahkan India dan Pakistan sudah menanti sejak lima tahun silam, toh belum diterima," ujar Basjiruddin. Dan Basjiruddin optimistis, bisa lebih cepat mencapai break even point (BEP) yang semula diproyeksikan dalam tiga tahun mendatang. "Saya harap tahun ini BEP bisa tercapai," katanya. Investasi yang ditanam untuk BES sekitar Rp 2 milyar, tapi hanya Rp 700 juta yang digunakan. Uang itu dipakai untuk membangun ruang perkantoran, peralatan komputerisasi, kendaraan, dan peralatan kantor. Dari transaction fee Juli-Agustus saja, sudah bisa diraup sekitar Rp 8 juta. Ini dihitung kalau fee-nya 1 permil dari total nilai transaksi yang waktu itu Rp 8.162 milyar. Belum lagi uang jasa seperti annual listing fee. Agustus lalu, BES tercatat mengantungi laba lebih dari Rp 54 juta. Lumrah kalau ada yang terheran-heran melihat performance BES ini. "Ajaib. Perusahaan apa yang tahun pertama bisa BEP? Padahal, normalnya ya 3 tahun," tutur Hasan Jeffry, Ketua Broker Club.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus