Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Akhir Pekan Yang Mendebarkan

Bursa saham di New York Stock Exchange mengalami kemerosotan 6,9%. Dan angka-angka Dow Jones menunjukkan turun rata-rata 190,50 point. Tapi, krisis bisa dikendalikan dengan baik. Bursa Tokyo tegar.

21 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JATUHNYA harga saham di New York, Stock Exchange (NYSE) sampai Senin malam waktu Indonesia Bagian Barat, belum sempat mengguncangkan bursa di Tokyo. Tak terlalu serius, kata beberapa pengamat yang memperkirakan bahwa di TSE (Tokyo Stock Exchange)-lah tersimpan "kunci pengaman" atas empa kecil di NYSE. Andai kata saham TSE anjlok berat, demikian ulasan mereka, maka Wall Street pasti ambruk. Indeks di Tokyo memang turun, tapi tak sampai dua persen (persisnya 1,8%). Atau, seperti yang dilaporkan Seiichi Okawa, volumenya hanya seperenam dari kemerosotan Senin Hitam, dua tahun silam. Orang meramalkan, tak akan ada yang menjual sahamnya karena panik, terutama lembaga keuangan dan pemegang dana pensiun yang merupakan pemegang stock yang besar. Yang ribut hanya para pemilik saham individual. Ini suatu pelajaran dari pengalaman Senin Hitam, 20 Oktober 1987. Di Amerika Serikat sendiri, berbagai cara untuk mencegah terulangnya ambruk bursa sudah dilakukan, dan pasar modal sudah lebih kuat sekarang ketimbang dua tahun yang lalu. Misalnya, sistem komputer yang melaksanakan jual beli sudah direorganisir. Lantai tempat transaksi sudah diperluas, sedangkan ketentuan tentang jumlah modal yang harus dimiliki para spesialis di lantai tempat jual beli diubah, yakni dijadikan lebih tinggi. Jadi, modal yang harus dimiliki spesialis harus lebih banyak. "Semua hal yang telah kita pelajari dari telaah tentang kekacauan pasar di tahun 1987 sudah dimasukkan dalam-dalam ke hati dan sudah dilaksanakan," kata Richard Grasso, Presiden NYSE. Di kantor Grasso, semua tenaga sudah siap sejak Jumat pekan lalu, setelah terjadi penjualan cepat menjelang sore hari itu, tatkala angka-angka Dow Jones menunjukkan turun rata-rata 190,50 point atau 6,9%. Kantor terus bekerja sampai Jumat malam, juga di bursa Chicago. Kontak dilakukan terus-menerus dengan Departemen Keuangan, dengan Securities and Exchanges Commission (SEC) dan juga dengan Federal Reserve (Fed), yakni Bank Sentral Amerika Serikat. Dari Fed sendiri ada kabar baik: Otorita moneter ini mengatakan, akan menyesuaikan iangkahnya terhadap meningkatnya permintaan uang. Seperti diketahui, campur tangan Fed melalui pasar, dengan membeli obligasi pemerintah yang ada di luar asetnya -- bisa membantu bertambahnya uang yang beredar, dan memperlancar likuiditas di masyarakat. Dengan membeli obligasi itu dari bank atau pihak lain, Fed menguangkan sejumlah uang ke luar. Kata seorang pejabat Fed yang tak mau disebut namanya, pekan lalu -- sebagaimana dikutip The New York Times -- "Kami berjanji kepada pasar, untuk menjaga agar keadaan jaringan keuangan cair." Ini juga salah satu cara menghindari terulangnya krisis Oktober 1987. Di tahun 1987 itu, ketika harga saham turun hebat, banyak pemilik saham mutual funds. Adapun mutual funds ini adalah lembaga keuangan yang menjual saham kepada individu, dan menggunakan dana itu untuk membeli serangkaian aneka saham atau obligasi. Jadi, ketika di tahun 1987 itu harga saham turun hebat, banyak pemilik saham mutual funds menjual sahamnya untuk digantikan dengan uang kontan. Akibatnya, sejumlah besar mutual funds kekurangan uang, dan harus menjual saham juga, dengan akibat makin menjatuhkan harga saham yang sudah banyak terjual, di tengah pembeli yang sedikit itu. Juga karena harga saham jatuh, waktu itu banyak pemilik saham yang dulu meminjam uang untuk membeli saham, harus membayar pialang mereka yang juga sedang kekurangan dana. Semuanya menimbulkan gelombang penjualan saham, hingga pasar pun roboh. Kini Fed mengatakan sudah mengambil keputusan sejak Jumat, dan sudah memberitahukan kepada pejabat keuangan di Asia dan Eropa Barat, melalui telepon yang sibuk di akhir minggu yang mendebarkan. Jika masih ada rasa cemas, menurut beberapa kalangan keuangan di New York, itu karena beberapa ketentuan yang kini berlaku setelah terjadinya krisis 1987, ternyata tak cukup meyakinkan. Jadi, beberapa ketentuan yang kini berlaku, tidaklah cukup meyakinkan, dan itu menimbulkan rasa cemas. Salah satu ketentuan penting yang berlaku sejak Senin Hitam ialah ketentuan untuk menyetop jual beli beberapa saat, bila terjadi kejatuhan harga saham secara besar-besaran. Ketentuan stop dagang ini, yang juga disebut circue breakers, atau dalam bahasa Indonesia pemotong arus, seakan-akan merupakan tembok sementara untuk mencegah sebuah banjir. Menurut ketentuan yang berlaku dengan adanya pemotong arus itu, bursa akan berhenti selama satu jam jika angka-angka Dow Jones turun sampai 250 point. Setelah satu jam, pasar bisa dibuka lagi, kecuali bila harga jatuh sampai 150 point lagi. Jika begini, pasar akan ditutup selama dua jam. Ketentuan ini sebenarnya sejak mula sudah meragukan para pedagang dan ahli, tapi para senator dan pejabat pemerintah membujuk mereka untuk menerimanya. Nah, kali ini tembok sementara alias pemotong arus itu diuji. Keraguan orang ialah justru karena ada ketentuan itu, para pemilik saham jadi buru-buru menjual milik mereka menjelang pasar ditutup. Dan ini sudah tampak di Chicago pekan lalu. Di bursa di kota ini, ketika harga turun 12 point, pasar dibatasi sementara. Begitu dibuka, pasar baru bisa dibatasi, ketika harga turun 30 point. Betapapun juga, nampaknya, para ahli tidak terlalu cemas meskipun ada juga keluhan. Seorang ahli dari Merryl Lynch & Company, kantor pialang terkemuka di New York, mengatakan, "Ini bukan Oktober 1987. Waktu itu, ekonomi terlalu panas (artinya arus uang sangat deras dan Fed mengencangkan sekrup dengan menaikkan suku bunga). Waktu itu, dolar juga sedang lemah. Sekarang, Fed dapat mengendurkan sekrup dan menurunkan suku bunga tanpa risiko akan terjadi inflasi, sebab ekonomi sedang adem dan dolar kuat. Jadi, kali ini agak andal bagi kita." Banyak eksekutif tinggi dari kalangan bisnis Amerika menganggap jatuhnya harga saham Jumat yang lalu itu sebagai berita baik. Mereka, yang sedang mengadakan pertemuan di Hot Springs, Virginia, mengatakan bahwa inilah saatnya para spekulator dan para pemain take over berhenti. Dalam pertemuan business council ini sementara para eksekutif mengatakan bahwa mereka tidak terganggu oleh turunnya harga saham, meski pun milyaran dolar dan jutaan dari kekayaan mereka hilang. Karena mereka menganggap keguncangan ini cuma akan sebentar. Gonawan Mohamad (Massachusett, AS)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus