Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kementan Akui Pangan Produk Rekayasa Genetik di Indonesia Masih Minim

Kementan mendorong pengembangan varietas padi produk rekayasa genetik (PRG). Varietas PRG akan lebih tahan ancaman perubahan iklim dan hama

31 Juli 2024 | 11.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengembangan pangan Produk Rekayasa Genetik (PRG) di Indonesia masih minim. Hingga saat ini Kementerian Pertanian baru melepaskan 10 varietas pangan PRG. Dari jumlah itu, 8 di antaranya terdiri dari jenis pangan jagung, dan sisanya masing-masing terdiri dari virietas PRG kentang dan tebu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) Leli Nuryati mengatakan ketiadaan padi dalam daftar PRG akan mempersulit Indonesia menuju kemandirian pangan. Leli menyebut, varietas unggul melalui bioteknologi merupakan kebutuhan mendesak di tengah ancaman krisis iklim. "Kementan punya tugas berat dalam penyediaan pangan. Kami mendorong pengembangan bioteknologi varietas unggul," kata Leli memberikan sambutan dalam forum diskusi Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu, 31 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, varietas PRG akan lebih tahan terhadap ancaman perubahan iklim dan serangan hama. Akan tetapi, kata dia, proses pelepasan varietas PRG memakan waktu lama dan biaya mahal. "Pelepasan varietas PRG harus sesuai prosedur dan hati-hati untuk meminimalisir produk palsu yang bisa merugikan petani," katanya.

Leli mengatakan pengembangan varietas pangan menggunakan bioteknologi terbukti mampu meingkatkan produktivitas pertanian. Hal itu akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor pangan yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Dia mengatakan pada kuartal I 2024, produksi beras nasional turun sebesar 17,74 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dari 22,55 juta ton menjadi 18,55 juta ton. Tren penurunan produksi beras diprediksi akan berlanjut hingga musim tanam terakhir tahun ini.

Melihat tren penurunan produksi beras tersebut, kata Leli, Indonesia tidak punya pilihan selain mengimpor beras. Dia menyebut ketergantungan impor pangan bisa dikurangi jika varietas pangan PRG di Indonesia bisa diterapkan secara massal. "Kami mendorong bagaimana ke depannya varietas baru PRG bisa meningkatkan produksi pangan Indonesia dan bisa meningkatkan kesejahteraan petani," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus