Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kerja Sama dengan UEA, Erick Thohir: Industri Kesehatan RI Tak Cuma Jago Kandang

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan industri kesehatan Indonesia tidak hanya jago kandang, namun juga menjadi partner yang baik.

22 Agustus 2020 | 21.17 WIB

Total harta kekayaan Menteri BUMN Erick Thohir sebesar Rp 2.3 Triliun menurut Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Menteri berlatar belakang pengusaha ini memiliki surat berharga senilai Rp 1.6 Triliun dan 30 bidang tanah di Jabodetabek senilai total Rp 242.5 miliar. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Total harta kekayaan Menteri BUMN Erick Thohir sebesar Rp 2.3 Triliun menurut Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Menteri berlatar belakang pengusaha ini memiliki surat berharga senilai Rp 1.6 Triliun dan 30 bidang tanah di Jabodetabek senilai total Rp 242.5 miliar. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir mengatakan industri kesehatan Indonesia tidak hanya jago kandang, namun menjadi partner yang baik untuk menjaga distribusi vaksin Covid-19 baik di dalam negeri maupun luar negeri.

"Pada saat ini kerja sama dengan UEA melibatkan Kimia Farma dan Indofarma, setelah sebelumnya Bio Farma," kata Erick dalam video conference dari Abu Dhabi, Sabtu, 22 Agustus 2020.

Dia mengatakan kerja sama Indonesia dan Uni Emirat Arab akan saling menguntungkan. Kerja sama yang akan dia bahas bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dengan UEA, yaitu mengenai ketahanan energi, ketahanan pangan, dan ketahanan kesehatan dalam menghadapi perubahan yang terjadi karena Covid-19.

"Untuk itu kami konsisten ketiga kepentingan yang sangat pokok dan didasari untuk kerja sama yang saling menguntungkan," ujarnya.

Dari sisi ketahanan energi, kata dia, juga bisa dikerjasamakan dengan UAE. Hal itu karena dia melihat saat ini impor minyak Indonesia masih tinggi. Dan Erick mengatakan tidak mau Indonesia hanya menjadi pasar.

Dia ingin Indonesia juga mendapat tambahan teknologi dari negara besar seperti UEA, khususnya di bidang energi.

"Kita tidak hanya kerja sama di minyak tetapi kita juga kerja sama untuk mengeksplor sumber energi terbarukan," ujarnya.

Karena itu, kata Erick, salah satu poin pertemuan yang akan dibahas mengenai PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN bisa bertransformasi dengan perusahaan energi baru terbarukan (EBT) Masdar, yang berbasis di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, membangun energi tenaga surya di beberapa daerah di Indonesia.

Sedangkan di sisi ketahanan pangan, Erick menilai kerja sama dengan UEA sudah menjadi sebuah keharusan. Hal itu karena dia melihat ada potensi pasar yang besar.

"Tidak hanya Indonesia dan UEA, tapi UEA merupakan pusat distribusi untuk Afrika dan Timur Tengah. Kita ingin pastikan standarisasinya baik," ujar dia.

Menurut Erick, sektor produksi pangan masih menjadi kekurangan Indonesia dibanding negara negara tetangga. Melalui kerja sama dengan UEA, dia ingin menaikkan kualitas produksi pangan sekaligus mengamankan kebutuhan pangan di Indonesia.

"Kami pastikan transformasi di BUMN bisa terus lanjut sehingga bisa balance dengan kepentingan nasional Indonesia," kata Erick.

HENDARTYO HANGGI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus