Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUDAH menjadi takdir pasar keuangan untuk selalu berselimut ketidakpastian. Itu berulang lagi pekan lalu. Investor di seluruh dunia kembali harus pasrah menanggung dampak penundaan berbagai keputusan penting yang dapat menjungkirbalikkan nasib investasi banyak orang.
Rentetan ketidakjelasan mulanya menimpa mereka yang bertaruh di pasar saham Cina. Selasa malam pekan lalu waktu New York, MSCI Inc batal lagi memasukkan saham-saham seri A perusahaan Tiongkok yang diperdagangkan di bursa Cina ke MSCI Emerging Market Indices. Walhasil, investor yang telanjur mengambil posisi harga saham Cina bakal naik harus menelan kekecewaan.
Orang awam mungkin bertanya: apa sih hebatnya indeks MSCI? Ternyata pengaruhnya dahsyat. Inilah rujukan para pengelola dana investasi di seluruh dunia. Estimasi analis, ada dana US$ 1,5 triliun yang pengelolaannya merujuk pada komposisi MSCI. Jika saham Cina jadi masuk sebagai salah satu komponen indeks, banyak dana investasi yang mau tak mau harus menambah investasi ke saham Cina. Harganya pun pasti melonjak. Selama ini MSCI hanya memasukkan saham-saham perusahaan Tiongkok yang tercatat di bursa Hong Kong dan New York.
Belum lagi pasar global tenang mencerna, The Federal Reserve menunda lagi kenaikan suku bunga rujukannya, Rabu pekan lalu. Memang, sejak data pasar tenaga kerja Amerika Serikat menunjukkan pelemahan, pasar sudah menduga The Fed tidak akan menaikkan bunga pada Juni ini. Tapi, begitulah, kembali lagi investor di seluruh dunia harus menebak-nebak dan mengantisipasi kapan suku bunga rujukan The Fed akan naik.
Ketidakjelasan yang juga masih menghantui pasar adalah kemungkinan hengkangnya Inggris dari Uni Eropa. Hingga sepekan menjelang referendum berlangsung, 23 Juni ini, belum ada satu pun hasil jajak pendapat yang konklusif. Nilai pound sterling ikut terombang-ambing karenanya.
Yang lebih menggigit adalah ketidakpastian di dalam negeri. Tren penurunan ekspor Indonesia sudah berlangsung 20 bulan berturut-turut. Mei 2016, ekspor RI turun 9,75 persen menjadi US$ 11,5 miliar. Ekonomi pun semakin terasa lesu karena ekspor adalah motor penggerak ekonomi RI. Tak ada kepastian kapan harga komoditas dunia bisa menggeliat kembali di tengah muramnya pasar global dan pada gilirannya bisa mendongkrak ekspor Indonesia.
Jika melihat anggaran negara, situasinya lebih mencekam. Pemerintah sudah memasukkan revisi anggaran 2016 ke Dewan Perwakilan Rakyat. Di dalamnya ada target penerimaan pajak Rp 165 triliun dari program pengampunan pajak. Sedangkan pembahasan rancangan undang-undangnya sendiri masih tak menentu. Kalau toh nanti RUU itu bisa beres, target pendapatan Rp 165 triliun dari tax amnesty ini rasanya sangat jauh dari realistis.
Di sisi lain, pemerintah sudah pula gembar-gembor akan memburu wajib pajak individual sebagai pengganjal jika program pengampunan pajak gagal. Akibatnya, para pemilik uang memilih menahan untuk tak berbelanja dulu. Banyak pemegang kartu kredit yang khawatir dikejar-kejar pajak memilih menutup atau menggunting kartunya.
Dunia investasi mengenal adagium: berpindahlah ke tempat aman jika situasi mengkhawatirkan. Di tataran global, wahana investasi yang aman adalah obligasi terbitan pemerintah negara-negara yang sudah mapan. Sayangnya, untuk investor kelas retail di dalam negeri, pilihan tempat aman masih sangat terbatas. Yang jelas, ketidakpastian adalah keniscayaan. Tak ada penangkal yang mampu mengatasinya. Nikmati saja apa adanya.
Yopie Hidayat (kontributor Tempo)
KURS
Rp per US$
Pekan sebelumnya 13.231
13.327 Penutupan 16 Juni 2016
IHSG
Pekan sebelumnya 4.876
4.814 Penutupan 16 Juni 2016
INFLASI
Bulan sebelumnya 4,36%
3,33% Mei 2016 YoY
BI RATE
Sebelumnya 6,75%
6,50% 2016
CADANGAN DEVISA
29 April 2016
US$ 107,711 miliar
US$ miliar 103,591
31 Mei 2016
Pertumbuhan PDB
2015 4,73%
5,3%
Target 2016
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo