Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mengatakan peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) akan dilakukan pada Senin, 24 Februari mendatang. Pengumuman tersebut disampaikan pertama kali dalam acara World Governments Summit 2025 secara virtual di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), Jumat, 14 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebelumnya, Kepala Danantara Muliaman Darmansyah Hadad menyatakan akan memanggil tujuh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang digadang-gadang akan masuk ke dalam sovereign wealth fund (SWF) atau dana investasi pemerintah itu. Namun, menurut dia, tak ada banyak agenda dalam pertemuan awal tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Tentu saja dengan semuanya yang tujuh (BUMN) yang akan diserahkan ke Danantara lebih banyak perkenalan,” kata Muliaman saat dijumpai di kantornya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa, 19 November 2024.
Adapun tujuh BUMN yang dimaksud, meliputi PT Pertamina (Persero), Mining Industry Indonesia (MIND ID), Perusahaan Listrik Negara atau PT PLN (Persero), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Lantas, bagaimana kinerja ketujuh perusahaan saat ini?
Kinerja 7 BUMN yang Dikabarkan Masuk Danantara
Berikut catatan performa tujuh BUMN yang disebut-sebut tergabung dalam superholding BUMN BPI Danantara:
1. Pertamina
Pertamina mencatatkan laba bersih sebesar 2,66 miliar dolar Amerika Serikat (AS) hingga Oktober 2024, atau sekitar Rp 42 triliun (asumsi kurs Rp 15.905). Perolehan tersebut dari total pendapatan 62,5 miliar dolar AS selama periode dan di tahun yang sama.
“Sampai dengan Oktober 2024, kita membukukan laba bersih 2,66 miliar dolar AS dengan revenue 62,5 miliar dolar AS,” ucap Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Selasa, 3 Desember 2024, seperti dikutip dari Antara.
Selama 2024, Pertamina mengalokasikan investasi sebesar 4,7 miliar dolar AS untuk mendukung proyek strategis, dengan prioritas pada sektor hulu demi meningkatkan produksi minyak. Pertamina juga melakukan efisiensi sebesar 780 juta dolar AS sepanjang 2024, yang diperoleh dari berbagai inisiatif.
“Tentu saja sebagai semangat dari holding-subholding, kita terus melakukan efisiensi. Di mana pada 2024, kita sudah membukukan cost optimization sebesar 780 juta dolar AS, terdiri dari kegiatan penghematan biaya, pengelolaan anggaran lebih efektif, dan penciptaan pendapatan tambahan,” ujar Wiko.
2. MIND ID
BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID mencatat laba bersih sebesar Rp 27,5 triliun pada 2023. Angka tersebut naik 22,4 persen dari perolehan tahun buku 2022, yaitu Rp22,5 triliun.
"Pencapaian ini prestasi bagi kami, dan tentu akan terus kami jaga,” kata Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 11 Juni 2024.
Dia mengatakan bahwa laba bersih pada 2023 itu, 36,3 persen lebih tinggi dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2023. Menurut dia, hal tersebut menunjukkan pertumbuhan kinerja yang positif sepanjang 2023.
Menurut dia, ekspansi operasional bisnis yang proaktif memacu inovasi, nilai tambah, dan pendapatan usaha yang optimal, dengan prinsip ekonomi sirkular. Realisasi laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) MIND ID mencapai Rp 40,3 triliun, tumbuh 9,7 persen daripada 2022 dan lebih tinggi 58,7 persen dari RKAP 2023.
Adapun total aset MIND ID juga meningkat 13 persen secara tahunan menjadi Rp 259,2 triliun, serta diikuti pertumbuhan ekuitas hingga 18 persen secara tahunan menjadi Rp 129,6 triliun.
3. PLN
Aset PLN di semester I tahun 2024 mencapai Rp 1.691 triliun. Jumlah tersebut bertambah Rp 102 triliun, terhitung sejak 2020, yaitu Rp 1.588 triliun.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN terus berupaya melakukan manajemen aset perusahaan. Hal tersebut, lanjut dia, berdampak terhadap penambahan jumlah pelanggan sebesar 15,3 persen, dibandingkan pada 2020 sebesar 79 juta pelanggan menjadi 91,1 juta pelanggan di pertengahan 2024.
“Ini buah manis dari transformasi yang dilakukan. Kami mengubah cara pandang pengembangan bisnis yang stagnan dan backward-looking, menjadi lebih ekspansif, dinamis, dan forward-looking. Kami sukses meningkatkan pendapatan, melakukan efisiensi, dan mengoptimalisasi aset,” ucap Darmawan dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 27 September 2024.
4. Telkom Indonesia
Telkom Indonesia menutup paruh tahun pertama 2024 dengan pendapatan konsolidasi sebesar 2,5 persen secara tahunan menjadi Rp 75,3 triliun. Kinerja perseroan utamanya didukung oleh bisnis data, internet, dan layanan IT dengan pendapatan Rp 45,5 triliun atau tumbuh 9,2 persen.
EBITDA Telkom Indonesia tercatat sebesar Rp 37,9 triliun dengan EBITDA margin pada 50,3 persen. Sementara laba bersih operasi sebesar Rp 13,0 triliun atau tumbuh 4,2 persen secara tahunan dengan margin 17,3 persen.
Pada segmen mobile, Telkomsel selaku anak usaha Telkom mencatatkan pendapatan Rp 57,17 triliun, didukung oleh bisnis digital Rp 39,54 triliun atau tumbuh 4,9 persen secara tahunan. Sementara pada segmen enterprise, perusahaan membukukan kinerja sebesar Rp 10,2 triliun atau tumbuh 9,4 persen secara tahunan, yang didorong oleh layanan B2B Digital IT Services.
Selanjutnya, segmen korporasi dan internasional mencatat pendapatan Rp 9,2 triliun atau tumbuh 13,1 persen persen secara tahunan. Untuk bisnis menara telekomunikasi, Mitratel mencatat pendapatan Rp 4,5 triliun atau tumbuh 7,8 persen secara tahunan, yang didorong oleh pendapatan sewa menara.
5. BRI
BRI mencatatkan perolehan laba sebesar Rp 60,64 triliun sepanjang 2024. Selain itu, aset BRI juga menyentuh angka Rp 1.993 triliun atau tumbuh 4,2 persen.
“Terungkap sudah BRI cetak laba,” kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam Paparan Kinerja Keuangan Tahun 2024 secara virtual, pada Rabu, 12 Februari 2025.
BRI juga menyalurkan kredit senilai Rp 1.354,64 triliun, yang didominasi untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dengan nilai transaksi Rp 1.110,37 triliun atau 81,97 persen. Jika dirinci, maka kredit sebesar Rp 627 triliun untuk usaha mikro, Rp 209 triliun untuk konsumer, dan Rp 237 triliun untuk ritel menengah.
Sementara itu, kredit untuk korporasi BRI sepanjang 2024 hanya Rp 244 triliun. “Kredit didominasi kepada UMKM,” ucap Sunarso.
BRI juga menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 1.356 triliun sepanjang 2024. Angka tersebut terdiri dari tabungan sebesar Rp 544 triliun, giro Rp 374 triliun, dan deposito Rp 446 triliun.
6. BNI
BNI mencatatkan laba sebesar Rp 21,5 triliun pada 2024, naik 2,87 persen secara tahunan. Sementara di tahun sebelumnya, perolehan sebesar Rp 20,9 triliun.
“Pertumbuhan ini didorong oleh transformasi digital yang berhasil meningkatkan tabungan sebesar 11 persen secara tahunan, dari Rp 232 triliun menjadi Rp 258 triliun pada 2024,” kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam konferensi pers Paparan Kinerja BNI Fiscal Year 2024 di Jakarta, Rabu, 22 Januari 2025.
Jumlah pengguna wondr by BNI mencapai 5,3 juta per akhir 2024. Transaksi melalui wondr mencapai Rp 191 triliun dengan 195 juta transaksi hingga akhir tahun lalu, sehingga mendorong kenaikan non-interest income sebesar 11,9 persen secara tahunan menjadi Rp 24,04 triliun.
Sementara layanan perbankan korporasi melalui BNIdirect mencatatkan peningkatan nilai transaksi 23,2 persen secara tahunan menjadi Rp 7.931 triliun, dengan 1,2 miliar transaksi atau naik 36,5 persen secara tahunan. Adapun pengguna BNIdirect telah menyentuh angka 173 ribu, naik 15 persen secara tahunan.
7. Bank Mandiri
Bank Mandiri menorehkan laba sebesar Rp 55,8 triliun sepanjang 2024. Jumlah tersebut meningkat dari laba pada periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu Rp 55,06 triliun pada 2023.
“Bank Mandiri membukukan kinerja yang terjaga dengan baik, laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp 55,8 triliun atau tumbuh 1,31 persen secara year-on-year,” kata Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo dalam acara pemaparan kinerja kuartal IV Bank Mandiri yang digelar secara virtual pada Rabu, 5 Februari 2025.
Dilihat dari laporan Bank Mandiri, perseroan mencatatkan bunga bersih senilai Rp 102 triliun atau tumbuh 6,12 persen secara tahunan (year-on-year). Kemudian, pendapatan non-bunga sebesar Rp 43,2 triliun atau naik 4,12 persen. Untuk pendapatan operasional sebelum pencadangan adalah Rp 88 triliun atau meningkat 3,77 persen secara tahunan.
Adapun realisasi penyaluran kredit Bank Mandiri secara konsolidasi sepanjang 2024, yaitu Rp 1.671 triliun atau tumbuh 19,5 persen secara tahunan. Pertumbuhan kredit didukung oleh segmen korporasi dan ritel serta anak usaha.
Pada segmen korporasi atau wholesale, Bank Mandiri menyalurkan kredit sebesar Rp 913,3 triliun atau meningkat 25,5 persen secara tahunan. “Selain dari segi wholesale, pertumbuhan juga diperkuat oleh segmen ritel dan anak perusahaan yang mencapai Rp 757 triliun dengan pertumbuhan 13 persen,” ucap Sigit.
Rasio kredit bermasalah atau atau non-performing loan (NPL) berada di level 0,97 persen per akhir 2024. Persentase tersebut turun 5 basis poin (bps) dari periode 2023. “Profitabilitas juga terjaga dengan baik yang ditunjukkan oleh return on equity 24,2 persen,” ujar Sigit.
Sigit menjelaskan, pertumbuhan positif Bank Mandiri juga diiringi oleh peningkatan DPK. “DPK mencapai Rp 1.699 triliun atau tumbuh 7,73 persen secara year-on-year,” kata Sigit. Nominal tersebut meningkat dibandingkan DPK pada tahun sebelumnya, yang sebesar Rp 1.576,95 triliun.
“Pertumbuhan DPK yang kuat di tengah ketatnya likuiditas di industri semakin memberikan optimisme kepada kami karena didorong oleh dana murah atau CASA (Current Account Saving Account),” ucap Sigit. Peningkatan rasio CASA Bank Mandiri pada 2024 sebesar 80,3 persen atau tumbuh 91 basis poin secara tahunan.
Adapun total aset Bank Mandiri pada 2024 tercatat sebesar Rp 2.427 triliun. Total aset salah satu bank pelat merah tersebut naik 11,6 persen dibandingkan aset pada tahun sebelumnya, yakni Rp 2.174,22 triliun.
Raihan Muzzaki, Adil Al Hasan, dan Ervana Trikarinaputri berkontribusi dalam penulisan artikel ini.