HARIAN Suara Merdeka, Semarang, mulai mantap. Dengan oplah
sekitar 100 ribu lembar, surat kabar berusia 33 tahun ini
menyatakan berani bersaing dengan koran ibukota. "Paling tidak
dalam hal aktualitas foto berita luar negeri," kata Soewarno,
pemimpin redaksinya.
Keyakinan itu didukung kemampuan Suara Merdeka yang sejak tahun
lalu lebih cepat menerima foto dari UPI lewat perwakiian Hong
Kong. Dengan alat penerima foto produksi kantor berita AS merk
Unifax II, yang harganya Rp 19 juta itu, Suara Merdeka koran
pertama di Jawa Tengah yang menggunakannya, sejak Mei 1982.
Sebelumnya Suara Merdeka hanya menerima 1-4 foto. Itu pun
dikirim sehari sekali dengan pesawat udara via Antara pusat.
Sejak tahun lalu koran tersebut mampu menerima 16-20 foto
sehari, yang dikirim 4 kali, pukul 05.30, 12.00, 17.00, dan
20.00. Dengan begitu, aktualitas terkejar.
Peralatan elektronik radiophoto produksi UPI yang dibeli lewat
Antara itu hanya bisa digunakan dengan frekuensi gelombang yang
dikuasai kantor berita tersebut. Karena itu, pembayaran
langganannya juga lewat Antara, yang memperoleh hak monopoli
memasarkan produk UPI berdasarkan SK Menteri Penerangan 1972.
"Dengan peralatan mutakhir itu, gengsi surat kabar naik dan
menambah kepercayaan pembaca. Itu juga salah satu faktor
kenaikan oplah," kata Soewarno lagi. Selain itu, Suara Merdeka
juga membeli dua alat pengirim foto, merk S-16, juga buatan UPI
… Rp 9 juta.
S-16 dapat dijinjing sehingga memungkinkan seorang reporter (di
mana pun-ia berada) dapat mengirimkan foto ke kantornya.
Pengiriman foto dengan alat itu menggunakan frekuensi gelombang
komersial.
Pemancar milik Antara di Cengkareng, yang khusus melayani
pesawat S-16, sebenarnya sudah diresmikan 7 September lalu.
Pemancar itu belum digunakan sebab pemasangan peralatan di
daerah belum rampung. Kabel yang menghubungkan Cengkareng kantor
pusat di Wisma Antara diharapkan baru bulan depan terpasang.
Karena itu, pengiriman "foto domestik" lewat radiophotobelum
dapat dilakukan.
Karena pemancar Cengkareng belum berjalan, Antara masih
menandalkan pesawat terbang. Foto dikirim oleh S-16 yang
dimiliki 10 cabang di kota-kota besar ke pusat. Setelah dicetak
Unifa-ll dan diseleksi, dikirim via pesawat udara. Hanya
sesekali Antara mengirim foto ke 21edan dan Irian Jaya dengan
radiophoto menggunakan telepon dengan biaya pengiriman sangat
mahal: Rp 30.000 per lembar.
Radiophoto bukanlah investasi baru bagi kantor berita nasional
ini. Pada 1972 Antara sudah menggunkan sebuah pesawat penerima
foto, juga bikinan UPI, tapi hanya dapat menerima dalam bentuk
negatif. Ketika itu Antara harus mencetak lebih dulu, baru
mengirimkannya ke langganan dengan kendaraan darat atau pesawat
udara.
Delapan tahun kemudian Antara memutuskan membeli Unifax-II, satu
di antara beberapa merk yang ditawarkan. Dengan demikian,
Indonesia merupakan negara kedua di Asia yang menggunakan
Unifax- II sesudah Jepang. Kini 12 di antara 30 pesawat dibeli
koran Jakarta dan daerah, antara lain Kompas, Sinar Harapan,
Berita Buana (Jakarta), Kedaulatan Rakyat (Yogya), Suara Merdeka
(Semarang),- Analisa (Medan), Haluan (Padang), Pedoman Rakyat
(Ujungpandang), Surabaya Post, Banjarmasin Post.
Peralatan mutakhir itu mengutamakan efisiensi. Lebih sedikit
waktu terbuang, lebih banyak foto diterima. Selain itu, biaya
pengirimannya lebih murah. Dengan pesawat udara biaya per lembar
foto Rp 500, dengan Unifax-II hanya Rp 400. Keuntungan koran
daerah: penerimaan gambar langsung dari Hong Kong lebih bagus
ketimbang dari Jakarta - sebab udara di daerah lebih bersih.
Hanya dengan memencet sebuah tombolnya, Unifax-ll bekerja secara
otomatis. Menerima foto, memotong, dan menumpuknya sekaligus.
Dari kantor pusat UPI di Dallas, AS, foto dikirim ke Indonesia
(Antara pusat dan cabang-cabang serta koran-koran pemilik
Unifax-II), via Hong Kong, dengan menggunakan gelombang radio.
Pada saat bersamaan, Unifax II mencetak foto positif berikut
keterangannya - hanya 14 menit sejak foto dikirim. Selain
dengan gelombang radio, Juga bisa dengan saluran satelit,
telepon, atau jalur ORARI (radio amatir). Tapi ada ketentuan
Perumtel yang melarang penggunaan jalur terakhir.
Cara bekerja Unifax-II menarik. Frekuensi gelombang radio yang
bernada tinggi-rendah tit-tut-tit-tut menggerakkan jarum yang
menggoreskan tinta pada kertas electrographic. Ada 392 garis
untuk membuat foto ukuran satu inci. Frekuensi untuk menggambar
garis putih adalah 1.500 Hz, untuk melukis garis hitam 234 Hz.
Lama penerimaan ditentukan besar-kecilnya ukuran foto.
Koran Waspada (Medan) lebih dulu menggunakan Unifax-II dan S-16
daripada Suara Merdeka, yakni sejak awal 1982. Tapi alat mahal
itu ikut hangus ketika kantor Waspada terbakar lima bulan
kemudian. Sejak itu Waspada menerima foto dalam dan luar negeri
dari Antara cabang Medan.
Menurut Ammary Irabi, wakil pemimpin redaksinya, pengamatan foto
UPI kadang-kadang lemah dibanding AP yang juga dibeli Waspada.
"Tapi kita 'kan bisa memiih yang terbaik, UPI atau AP,"
katanya.
Biarpun menggunakan radiophoto, koran-koran daerah tampaknya
masih sulit bersaing dengan surat kabar ibukota - padahal ambisi
untuk itu ada. Hal itu terbukti dari pamor surat kabar pemilik
Unifax-ll dan S-16 yang belum juga tampak. Apalagi "intervensi'
koran Jakarta masih cukup "ganas". Entah bila kelak pemancar
Antara di Cengkareng sudah berfungsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini