TAK hanya bisnis, pengaruh juga akan direbut orang Korea di
luar negeri. Lewat surat kabar, kedua hal itu akan diraih,
misalnya, oleh Sun Myung Moon, pendeta asal Korea Selatan yang
sudah 10 tahun bermukim di Amerika. Sukses di lebih dari 150
bidang usaha, imam Gereja Persekutuan (GP) - nama aliran Kristen
yang didirikannya 1954 di Korea Selatan - itu berambisi
meluaskan "mahab"-nya ke seluruh dunia. Pekan lalu, atas nama
News World Communication Inc., nama grup perusahaan pers yang
dimilikinya, dia baru saja menyelenggarakan Pertemuan Media
Internasional yang dihadiri sekitar 500 wartawan dari 92 negara di
Karthangena, Kolumbia, Amerika Latin.
Hasil pertemuan itu belum tersebar luas, tapi News World milik
Moon dan pengikutnya, yang antara lain menaungi koran The
Washington Times terbit 1982 di Washington DC dan The New York
Tribune serta Noticial del Mundo, yang terbit di negara bagian
New York, belakangan ini memang sering disorot. Banyak orang tua
dan kalangan gereja ortodoks di AS khawatir surat kabar itu akan
dimanfaatkan Moon sebagai corong meluaskan ajarannya yang mereka
nilai sesat. Bahkan Majelis Gereja Korea Selatan menilai ajaran
GP, yang mempercayai bahwa kelak akan lahir juru selamat kedua
setelah Yesus, dianggap "lebih buruk dari setan".
Toh pria bertubuh gemuk dan disanjung sekitar 40.000 pengikutnya
di AS (sekitar 3 juta di seluruh dunia), karena dianggap bakal
menjadi juru selamat kedua itu, tak peduli. Tingal di sebuah
rumah besar berkamar 25 di Irvington, New York, ayah delapan
anak itu tetap sibuk "dakwah" dan meluaskan jaring surat
kabarnya.
Maret lalu Moon, yang diketahui sangat antikomunis, merestui
penerbitan koran mingguan baru di Cyprus, The Middle East Time.
Lebih banyak berkantor di Times Tribune Corporation (penerbit
The Washington Times dan The New York Tribune) di New York,
'Bapa' yang eksentrik itu menempatkan tangan kanannya, Bo Hi
Pak, pensiunan kolonel AB Korea Selatan, sebagai pengawas di
koran baru tersebut. Pak lalu mengajak Thomas Cromwell, juga
pengikut GP, bekerja sama menerbitkan mingguan yang, seperti
koran Moon lainnya, disebut-sebut akan "independen" itu. Malah
Cromwell menegaskan: "tak ada misi agama" dalam mingguan yang
kini oplahnya 6.000 eksemplar itu.
"Tujuan kami menyiarkan informasi yang tak berat sebelah tentang
Timur Tengah," katanya pada wartawan TEMPO di Washington. Untuk
itu, Cromwell menunjuk Dana Watkins, salah seorang wartawan
senior, menjadi pemimpin redaksi The Middle East Time. Adalah
Watkins yang menjamin, ketika ia menerima sejumlah wartawan dan
penulis profesional buat koran baru itu, bahwa koran itu akan
bebas dari campur tangan Moon dan pengikut-pengikutnya. Namun,
tak urung, setelah beberapa kali penerbitan, seorang wartawan
kawakan akhirnya keluar dari surat kabar itu, setelah menerima
surat penjelasan dari kawannya tentang siapa di belakang media
tersebut. Tentu belum bisa dipastikan apakah itu tanda
ketidakindependenan. Cromwell sendiri mengakui, "banyak yang
suka dan tidak suka" pada koran mereka. Kenapa anti-Arab? "Yah,
orang Israel bilang kami anti-Israel," tukasnya.
Reaksi seperti itu agaknya ditanggapi biasa oleh Moon dan
pengikutnya. Ambisi mereka, "menyatukan umat manusia di bawah
satu kepemimpinan teokratis tanpa pembedaan gereja dan negara",
tak surut karena itu. Lebih-lebih semua koran itu tetap masih
rugi sampai saat ini. Sebuah sumber mengatakan New World rugi
sekitar Rp 200 juta setiap bulan dalam usaha persuratkabaran
ini, tapi itu semua tetap tak soal. Subsidi terus mengalir dari
kocek ribuan pengikut yang bergerak di berbagai tempat dan
lapangan usaha - dari penjual buku pinggir jalan sampai
pengusaha kembang. Ketika koran mereka menerbitkan potret
wawancara dengan Presiden Reagan, sesaat setelah pemilihan
presiden, itulah agaknya dasar pegangan mereka bahwa media itu
penting buat mencapai cita-cita. Terbukti kemudian sumbangan
terus mengalir.
Tak pasti berapa hasil yang diperoleh oreanisasi ini setiap
bulan. Tapi bahwa ia adalah organisasi dengan dana kuat tak
terbantah. Dan itu semua disebar ke berbagai bidang usaha, atau
disimpan atas nama Moon di beberapa bank, seperti di The Chase
Manhattan Bank.
Simpanan dan usaha inilah yang akhirnya menyeret Moon ke
pengadilan tahun lalu. Pemilik sebuah kapal pesiar ini dituduh
menggelapkan pajak dan kemudian dijatuhi hukuman penjara 18
bulan. Dia naik banding, sambil tetap tak peduli dengan sorotan
tukang pajak. Selama lima hari di Kolumbia, Moon, yang pernah
mengaku "punya potensi menjadi juru selamat" itu, tampil sebagai
tuan rumah yang hangat buat tamu-tamunya. Semua tamu yang
diundangnya datang tanpa perlu membayar apa-apa: ada dana khusus
dari GP untuk membiayai semua tamu itu mulai dari berangkat
sampai pulang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini