Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Produk Anyar Pemain Baru

Produsen otomotif bersaing sengit di pasar kendaraan listrik. Industri yang kian ramai oleh pemain baru.

22 Januari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Produsen kian aktif meluncurkan produk kendaraan listrik.

  • Banyak pemain baru di pasar sepeda motor listrik.

  • Gesits mengekspor sepeda motor listrik ke sejumlah negara.

DUA mobil mungil dengan bentuk membulat melaju di atas jalan aspal sepanjang satu kilometer. Melesat nyaris tanpa suara, mobil berisi dua penumpang ini tampak lincah berkelak-kelok di lintasan memutar. Inilah Toyota C+pod, kendaraan listrik buatan Toyota yang siap meramaikan pasar mobil nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Jepang, mobil ini dihargai 1.600 yen atau sekitar Rp 230 juta. Di sini, Toyota C+pod belum dijual kepada umum. Namun mobil ini bisa dicoba di Toyota xEV Center, fasilitas milik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), yang terletak di area Plant Karawang 3 TMMIN, Karawang, Jawa Barat. Selain dilengkapi lintasan mengemudi, kawasan seluas 1,12 hektare ini berisi gedung sarana edukasi kendaraan terelektrifikasi, stasiun pengisian listrik, dan pembangkit listrik energi terbarukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain mencoba Toyota C+pod di xEV Center, pada Rabu, 18 Januari lalu, Tempo sempat menjajal All-new Toyota Prius Plug-In Hybrid Electric Vehicle (PHEV). Ini adalah sedan hibrida atau mobil yang digerakkan tenaga gabungan dari mesin berbahan bakar minyak plus motor listrik bertenaga baterai. Prius PHEV generasi kelima ini dijual dengan harga sekitar Rp 800 juta, melengkapi jajaran kendaraan terelektrifikasi yang lebih dulu diluncurkan Toyota sejak hampir tiga dekade lalu.

Menurut direktur TMMIN, Bob Azam, Toyota sudah memiliki 48 model kendaraan hibrida dan lima model PHEV yang memakai lebih banyak tenaga listrik. Selain itu, ada delapan model kendaraan bertenaga baterai (BEV) dan dua model mobil fuel cell alias bertenaga nitrogen. Secara global, kata dia, Toyota dan anak mereknya, Lexus, akan meluncurkan 30 model kendaraan listrik bertenaga baterai pada 2030. "Dengan harapan ada peningkatan penjualan dari 2 juta menjadi 3,5 juta unit."

Mobil listrik Toyota C+pod di xEV Center milik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia di Karawang, Jawa Barat, 18 Januari 2023. Tempo/Tony Hartawani

Bob menyebut pemasaran aneka jenis kendaraan bertenaga listrik ini sebagai strategi multi-pathway. “Yang jadi prioritas Toyota bukan kendaraan dengan teknologi tertentu saja,” ujarnya. Dengan strategi ini, Toyota menerapkan teknologi hibrida dan BEV pada merek yang laris di Indonesia. Misalnya pada model Kijang Innova Zenix HEV yang dibuat di Indonesia dan akan mengisi pasar ekspor. “Dari semua model kendaraan listrik Toyota dan Lexus, kami menjual lebih dari 6.600 unit sekaligus ikut mengurangi emisi karbon dioksida lebih dari 25 ribu ton,” tutur Bob. 

Selain Toyota, produsen asal Korea Selatan, Hyundai, makin ekspansif memproduksi dan memasarkan kendaraan listrik di Indonesia. Pada Maret tahun lalu, Hyundai Motors Indonesia meluncurkan Ioniq 5, mobil listrik pertama yang dibuat Hyundai di Indonesia. Hyundai Ioniq 5 dipasarkan dengan kisaran harga Rp 740-850 juta. Head of Public Relations Hyundai Motors Indonesia Uria Simanjuntak mengatakan angka pertumbuhan penjualan retail mobil listrik cukup tinggi, dari 600 unit menjadi 1.900 unit. “Ini membuktikan Indonesia sudah berada di era elektrifikasi, mengadopsi mobil listrik untuk kegiatan sehari-hari." 

Tapi pemain baru yang cukup moncer di segmen kendaraan listrik adalah perusahaan asal Cina, Wuling Motors. Tahun lalu, Wuling meluncurkan dua mobil listrik, yaitu Air ev pada Agustus dan kemudian Almaz Hybrid tiga bulan berikutnya. Dua produk ini, menurut Brand and Marketing Director Wuling Motors Indonesia Dian Asmahani, mencetak angka penjualan tinggi. Wuling Air ev menyumbang 27 persen dari total penjualan produk Wuling di Indonesia. Sedangkan seri Almaz berkontribusi 18 persen. “Tahun ini kami berfokus memasarkan Wuling Air ev," ucapnya pada Kamis, 19 Januari lalu. Dijual dengan harga sekitar Rp 300 juta, Wuling Air ev bisa menguasai pasar mobil listrik nasional tahun lalu.  

Apa Kabar Motor Listrik

SEBELUM mobil listrik membanjiri pasar, industri sepeda motor listrik lebih dulu bergairah. Sederet merek baru muncul menawarkan model yang menarik, teknologi yang inovatif, ketangguhan, dan harga yang bersaing. Pemain baru itu antara lain Smoot, Alva One, Ion Mobility, juga United dan Polytron yang selama ini dikenal sebagai produsen barang lain. United dikenal sebagai pembuat sepeda, sementara Polytron adalah produsen perangkat elektronik. Jenama-jenama baru ini siap bersaing dengan pemain besar seperti Honda dan Yamaha.

PT Terang Dunia Internusa (TDI) selaku produsen United bersiap meningkatkan produksi sepeda motor listrik United E-Motor. Kabar yang dilansir Antara pada Desember 2022 menyebutkan TDI bakal menambah modal Rp 124 miliar untuk menaikkan kapasitas produksi United E-Motor. Direktur TDI, Henry Mulyadi, mengatakan modal itu dipakai untuk membangun dua pabrik di Citeureup, Kabupaten Bogor; dan Curug, Kota Bogor, Jawa Barat. Dua pabrik itu akan memproduksi 500 ribu sepeda motor listrik per tahun.

Tak cuma menargetkan konsumen umum, produsen motor listrik juga menyasar pasar korporat, yaitu operator layanan ride-hailing alias ojek online. Grab, misalnya, menawarkan layanan Grab Electric. Sedangkan pesaingnya, Gojek, menyediakan GoRide Electric.

Pada Maret tahun lalu, Grab Indonesia menggandeng PT Smoot Motor Indonesia yang memproduksi sepeda motor listrik Smoot Tempur. Smoot Motor, yang didirikan Irwan Tjahaja, lebih banyak menyasar pasar korporat seperti perusahaan swasta dan lembaga pemerintahan. Menurut Irwan, sepanjang tahun lalu Smoot memproduksi 4.000 Smoot Tempur yang digunakan Grab, perusahaan kurir, dan badan usaha milik negara. Tahun ini dia menargetkan kenaikan jumlah produksi sepuluh kali lipat. “Kami juga membangun ekosistem penukaran baterai di beberapa titik untuk memperpanjang jarak tempuh,” katanya di kantornya pada Kamis, 19 Januari lalu. 

Selain membuat sepeda motor, Smoot menyediakan baterai merek SWAP yang bisa ditukarkan di stasiun khusus. Gampangnya, pengguna tinggal menukar baterai kosong dengan baterai yang sudah terisi penuh di stasiun milik Smoot. Menurut Irwan, strategi ini yang menambah daya tarik sepeda motor listrik Smoot Tempur yang bisa menempuh jarak lebih dari 50 kilometer. Ketika pengguna hendak melakukan perjalanan lebih jauh, mereka bisa menukar baterai di stasiun penukaran yang berada di 1.000 lokasi. “Kami menjual experience. Kendaraan layak dipakai, mudah mendapatkan energi, juga mudah dapat layanan purnajual.” 

Deretan sepeda motor listrik di pameran otomotif Indonesia Electric Motor Show (IEMS 2022) di Jakarta Convention Center, September 2022. Tempo/Tony Hartawan

Dengan semua fitur tersebut, Smoot menjual Tempur Rp 17,5 juta. Harganya dekat dengan produk skuter otomatis konvensional bermesin 1.100 cc buatan Jepang. Beberapa bulan lagi, Irwan mengungkapkan, Smoot akan merilis model kedua bernama Zuzu, skuter elektrik dengan potongan badan mirip skuter Vespa yang legendaris. Untuk produksi perdana, Smoot akan membuat 1.000 unit Zuzu. 

Salah satu pionir sepeda motor listrik Indonesia, Gesits, makin ekspansif. Gesits, yang dibuat PT Wika Industri Manufaktur (WIMA) pada 2018, sudah menerima permintaan ekspor ke beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Filipina, Singapura, dan Vietnam. Tahun lalu, permintaan ekspor juga datang dari Nepal dan India. “Respons konsumen sangat baik, zero maintenance membuat ada kepercayaan dari mitra di luar negeri," tutur Manajer Pemasaran WIMA Anto Rinaldi.

Tahun ini, Anto menambahkan, Gesits bakal memproduksi kendaraan roda dua dan roda tiga bertenaga listrik serta alat mesin pertanian berupa traktor tangan dan alat pemanen atau harvest combine planter. Gesits juga akan meluncurkan varian G1 facelift serta Gesits Raya Tipe E dan Tipe G dengan kapasitas produksi hingga 100 ribu unit.  

Sementara Smoot dan Gesits mengincar pengguna harian, terutama pengendara sepeda motor berbahan bakar bensin yang beralih ke kendaraan listrik, Alva One memilih pasar yang berbeda. Alva One, yang dibuat anak usaha PT Indika Energy Tbk, PT Ilectra Motor Group, menyasar konsumen kelas menengah ke atas. Salah satu alasannya adalah skuter berbadan besar ini dihargai Rp 34,9 juta, sekelas dengan skuter otomatis atau sepeda motor sport kelas menengah. 

Alva, yang mengadaptasi teknologi Internet of things dalam sistem baterainya, diklaim bisa melaju dengan kecepatan maksimal 90 kilometer per jam. “Produk kami mengarah ke lifestyle dan mobility solution,” ucap Presiden Direktur Ilectra Motor Group Purbaja Pantja. Salah satu inovasi yang ditawarkan Alva One adalah kemampuan mematikan dan menyalakan sepeda motor melalui telepon seluler. Sejumlah teknologi Alva One, menurut Purbaja, menjadi cerminan masyarakat Indonesia yang bersifat komunal. Maksudnya, ada kecenderungan para pengguna sepeda motor untuk berbagi tunggangan. Cara ini, dia menjelaskan, bisa lebih praktis jika dilakukan tanpa serah-terima kunci untuk menyalakan sepeda motor. 

Bagi Indika, Ilectra Motor menjadi bentuk transisi atau peralihan bisnis dari energi fosil ke energi terbarukan. Indika, yang selama ini dikenal sebagai produsen batu bara nasional, menjalankan produksi kendaraan listrik sebagai bentuk transisi ke industri yang berkelanjutan. “Sejak 2018 kami sudah memikirkan peralihan ke bisnis yang lebih sustainable," ujar Head of CEO Office Indika Energy Tbk Ricky Fernando. “Ini bisnis yang akan sangat besar potensinya di Indonesia.” Membidik konsumen kelas menengah ke atas, menurut Ricky, adalah strategi untuk menyasar segmen pasar yang akrab dengan teknologi dan mau mencoba sesuatu yang baru. 

Saat hendak masuk ke bisnis baru, perusahaan tentu membutuhkan modal besar. Untuk mendirikan industri kendaraan listrik, Indika meraih pendanaan dari Standard Chartered Indonesia sebesar US$ 10 juta atau sekitar Rp 156 miliar. Meski status Ilectra adalah startup di industri kendaraan listrik, Purbaja menjamin akan perusahaannya all out bersaing dengan pemain besar. “Kami sudah buka pabrik, berarti kami serius."

KHAIRUL ANAM

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus