Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara Presiden RI, Dr Andi Mallarangeng, pekan lalu menjadi tamu kehormatan Republik BBM. Ini negeri antahberantah yang dipimpin Presiden Taufik Savalas. BBM kependekan dari Benar Benar Mabok. Anda tak usah terlalu serius bertanya apa maksud Benar Benar Mabok. Namanya juga rekaan.
Di negeri khayalan yang terletak di studio Indosiar, Jalan Daan Mogot, Jakarta, itu, Andi menyapa Presiden Republik BBM. ”Ada salam dari presiden negeri tetangga,” kata Andi layaknya bertemu tamu negara sungguhan.
Salam Andi itu spontan disambut gelak tawa mahasiswa, panelis utama pakar komunikasi Dr Effendy Ghazali, dan panelis tamu yang memenuhi ruangan studio yang biasa dipakai acara Gebyar BCA dan Pesta itu. Panelis tamu biasanya adalah pejabat negeri jiran (baca: negeri RI) yang membahas tema yang akan disentil.
Sejak ditayangkan pada Desember lalu, Republik BBM telah memasuki episode kesembilan pekan lalu. Bentuknya talk show komedi dengan muatan edukasi dan hiburan.
Dalam acara itu dihadirkan figur masyarakat, tiga kontestan tamu, dan Presiden Republik BBM. Humor dan pelesetan kerap meloncat dari para kontestan, sang presiden, atau Denny Chandra (P Project) yang menjadi pembawa acara.
Pada episode ke8, Presiden Taufik mencari Menteri Setrum Nasional untuk mengantisipasi kenaikan tarif harga listrik. Tiga kontestan, di antaranya pelawak Ginanjar dan Harry de Fretes, berlomba membuat program. ”Setrum jangan dimonopoli. Perlakukan seperti ular tangga,” kata Abdel mempelesetkan setrum dalam permainan anak.
Atau sentilan pelawak Joe (P Project) yang bertingkah jadi kontraktor agar pagar gedung DPR RI hanya dibuka sekali dalam 24 jam. Ini untuk mengantisipasi anggota DPR yang sering bolos.
Selain Andi, tamutamu yang pernah diundang antara lain Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid, ekonom Faisal Basri, pakar hukum Todung Mulya Lubis, dan pengamat politik J. Kristiadi. ”Hidayat selalu diingatkan lewat pesan pendek, dua hari sekali,” kata Dody Jufiprianto, eksekutif produser, mengisahkan betapa tak mudahnya mengundang para tamu itu. Andi, misalnya, bisa saja membatalkan acara pada hitungan menit sebelum ditayangkan.
Parodi dan komedi ditonjolkan di negeri tandingan RI ini. Negeri fiktif ini punya lembaga, pejabat, dan tokoh yang hampir sama, tapi beda istilah. Memedi Pers (Menteri Komunikasi dan Informasi), Menteri Setrum Nasional (Menteri Pertambangan dan Energi), Panglima Laskar Perang (Panglima TNI), Menteri PencerDIKan NASional (Menteri Pendidikan Nasional), Dewan Perwakilan Rahayat (DPR RI) atau Telik Sandi Republik BBM (Badan Intelijen Nasional).
Yang tersengat dan tersentil oleh komedi sersan—serius tapi santai—ini tak bisa berbuat jauh karena ini hanya akalakalan, berlindung dalam nama BBM. Acara ini, kata Dody, ”Bisa dianggap sebagai keberpihakan atau sebuah media suara.”
Sayangnya, kecerdasan menggarap target penonton baru dari kalangan profesional belum cukup terlaksana di acara ini. Komunikasi panggung antara Taufik, Denny, dan Ucup Keliek—Wakil Presiden Republik BBM—juga tampak belum benarbenar nyambung. Lelucon belum padat. Untuk memperkaya lelucon, tim produksi pun mesti rajinrajin menggali referensi dari pelbagai sumber.
Data dari AGB Nielsen Media Research pada 30 Januari lalu menyebutkan, peringkat acara ini berkisar pada poin 1,68 persen dengan penonton sekitar 7,40 persen. Pernah Republik BBM meraih peringkat poin 1,93 persen, dengan penonton 9,08 persen saat mengangkat tema dokter palsu yang menghadirkan aktor Anwar Fuady.
Peringkat memang tak berkorelasi dengan kualitas acara. Jadi, dengan konsep yang matang, Republik BBM tak perlu khawatir kehilangan penontonnya. Sebaliknya, talk show ini bisa menjadi lawan tanding yang bermutu bagi talk show lain atau acaraacara lain yang kodian.
Evieta Fadjar P.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo