Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kontrak Ladang Migas Lapindo Diperpanjang

Perusahaan mengklaim masyarakat Sidoarjo tidak ada yang keberatan.

4 Agustus 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Perusahaan mengklaim masyarakat Sidoarjo tidak ada yang keberatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memperpanjang izin eksplorasi dan eksploitasi Blok Brantas, Jawa Timur, kepada Lapindo Brantas Incorporated. Langkah tersebut menjadi cara pemerintah menjaga kelangsungan produksi energi di wilayah tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi, Djoko Siswanto, memastikan pihaknya sudah memeriksa proposal yang diajukan Lapindo Brantas. "Kami minta mereka tetap berkomunikasi dengan pemerintah daerah agar kejadian yang lama tidak berulang," kata Djoko di kantornya, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama Lapindo Brantas dikenal karena proyek pengeborannya menyebabkan luapan lumpur panas yang menggenangi 16 desa di Sidoarjo pada Mei 2006. Perpanjangan kontrak Blok Brantas diajukan mengingat masa tenggatnya sudah dekat, yakni pada 22 April 2020. Izin perpanjangan dengan skema gross split atau bagi hasil kotor disetujui dan berlaku hingga 2040. Adapun operasional blok ditangani tiga perusahaan existing, termasuk Lapindo Brantas.

"Pemerintah mendapat jatah 53 persen pada bagi hasil minyak dan 48 persen pada gas," kata Djoko.

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi, Ego Syahrial, memastikan perpanjangan kontrak murni untuk menjaga produksi migas nasional. Pasalnya, cadangan migas sempat tergerus karena minimnya eksplorasi. "Untuk wilayah kerja migas yang akan habis, pemerintah berkomitmen untuk cepat memproses," kata dia.

Selain itu, kata dia, perpanjangan kontrak bertujuan memberi kepastian kepada para investor. Menurut Ego, masa jeda dua tahun yang dimiliki Lapindo hingga kontrak berakhir bisa dimanfaatkan untuk persiapan eksplorasi yang lebih baik. "lni semata-mata unsur komersial karena Lapindo bisa memberikan tawaran terbaik," ujarnya.

Presiden Direktur Lapindo Brantas, Faruq Adi Nugroho, mengatakan perusahaannya berkomitmen untuk meningkatkan produksi Blok Brantas. Anak usaha Bakrie Group ini juga menargetkan peningkatan produksi hingga enam kali lipat sampai 2023 nanti, yaitu mencapai 150 juta standar kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMSCFD). Saat ini, produksi harian gas di lokasi itu tak lebih dari 20-25 MMSCFD. "Targetnya, akhir tahun ini bisa mencapai 30-35 MMSCFD," kata Faruq.

Dia mengungkapkan bahwa pihaknya mengucurkan dana hingga US$ 115 juta atau sekitar Rp 1,65 triliun untuk bisnis eksplorasi migas. Sebanyak 10 persen dari nilai investasi tersebut, atau sekitar Rp 165 miliar, dialokasikan sebagai jaminan pelaksanaan proyek Blok Brantas selama lima tahun ke depan. Ada pula tambahan pembayaran bonus tanda tangan sebesar Rp 14,4 miliar untuk kelanjutan bisnis di Brantas.

Faruq mengklaim kelanjutan kegiatan eksplorasi di Blok Brantas merupakan dukungan dari masyarakat lokal Sidoarjo. "Hampir tidak ada kendala." YOHANES PASKALIS PAE DALE | FAJAR PERBRIANTO


Sampai 2040

Lapindo Brantas Inc baru meneken kontrak baru pengelolaan Blok Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur, yang akan berlaku selama 20 tahun pada 2020-2040. Perusahaan menjanjikan operasional yang lebih baik untuk mencegah terulangnya semburan lumpur pada 2006.

Profil Blok Brantas

Pengelola : Lapindo Brantas Inc

Kepemilikan :
-Lapindo Brantas Inc (50%)
-PT Prakarsa Brantas (32%)
-PT Minarak Labuan Co, Ltd (18%)

Lokasi: Kediri, Jombang, Pasuruan, lepas pantai Selat Madura

Area produksi
- Darat : 1.480 kilometer persegi
- Lepas pantai : 1.570 kilometer persegi
- Produksi : gas 40 juta standar kaki kubik per hari (*data 2017)
- Cadangan tersisa: 71,05 juta standar kaki kubik (kawasan Lapangan Wunut dan Lapangan Tanggulangin *data 2017)

Insiden Lapindo

- Mei 2006
Lumpur panas menyembur di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo, Sidoarjo, Jawa Timur.

- Juni 2006
Lumpur meluas menutupi 12 hektare persawahan Desa Renokenongo dan Jatirejo. Ketinggian lumpur bahkan sudah lebih tinggi dari sejumlah badan jalan utama. Sebanyak 3.815 penduduk lokal diungsikan.

- Agustus 2006
Lumpur menggenangi Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan jumlah total pengungsi mencapai 25 ribu jiwa, dan sekitar 10 ribu rumah terendam.

- November 2008
Sebanyak 16 desa terdampak lumpur dan gas Lapindo.

Perkiraan kerugian
-Jumlah pengusaha area yang terkena dampak: 30 pengusaha
-Kerugian : Rp 27,5 triliun (Bappenas)
-Tiga kecamatan terendam lumur, yakni Kecamatan Porong, Kecamatan Jabon, dan Kecamatan Tanggulangin

Jumlah pengungsi
1. Pengungsi pertama (sebelum pipa gas meledak) 2.605 keluarga dari 9.936 jiwa.
2. Pengungsi kedua (setelah pipa gas meledak) 2.278 keluarga dari 9.028 jiwa.
3. Pengungsi pada pengungsian gelombang ketiga sebanyak 937 keluarga dari 3.250 jiwa.

Sebanyak 10.426 unit tempat tinggal terendam dan hancur.

SUMBER: SKK MIGAS, RISET | YOHANES PASKALIS PAE DALE | ROBBY IRFANY

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus