Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Lima Penyebab Polusi Udara Jakarta, Salah Satunya Karena Perputaran Angin

Penyumbang polusi udara Jakarta menurut beberapa pihak, antara lain kondisi musim kemarau, gas buang moda transportasi, hingga perputaran angin

14 Agustus 2023 | 15.28 WIB

Dua wanita melihat tugu Monas yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa, 27 Juli 2023. Berdasarkan data IQAir Jakarta pukul 16.29 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Perbesar
Dua wanita melihat tugu Monas yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa, 27 Juli 2023. Berdasarkan data IQAir Jakarta pukul 16.29 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas udara Jakarta berada di posisi kedua polusi terburuk sedunia menurut situs IQAir pada Jumat, 11 Agustus 2023 pukul 06.00 WIB. Indeks Kualitas Udara (AQI) DKI Jakarta tercatat 176 poin atau tergolong tidak sehat dengan konsentrasi polutan utama PM2.5 sebanyak 103 mikrogram per meter kubik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Berbagai pihak pun mulai menyoroti penyebab polusi udara Jakarta. Tak sedikit pula yang mengkritisi kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menangani masalah tersebut. Lantas, apa saja penyumbang polusi di Jakarta? 

1.   Kondisi alam dan gas buang

Pakar polusi udara dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Puji Lestari menyatakan bahwa tingkat polusi udara belakangan ini memang tinggi. Menurutnya, ada beberapa faktor penyebab, seperti kondisi alam dan emisi atau gas buang dari alat transportasi serta industri. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kondisi alam, kata Puji, sangat berpengaruh. Pada musim hujan, polutan bisa luruh sehingga udara menjadi bersih. Namun sebaliknya, saat muncul El Nino dapat menyebabkan kemarau semakin panjang dan bertambah kering. 

Puji melanjutkan, dia dan timnya meneliti soal emisi serta distribusinya di Jakarta pada 2019. Mereka menghitung tingkat polusi di tiga wilayah, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan serta hasilnya dipublikasikan pada 2022. Polutan partikulat atau debu halus yang dikenal dengan istilah PM2.5 utamanya berasal dari transportasi dan industri. 

“Dari transportasi bisa 46 persen, industri 43 persen,” ucap guru besar Teknik Lingkungan ITB itu, pada Jumat, 11 Agustus 2023. 

2.   Kebijakan Pemprov DKI agak melenceng

Juru Kampanye dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu mengatakan bahwa selama musim kemarau panjang, polusi udara Jakarta meningkat kembali. Dia membandingkan dengan kondisi pada 2020, 2021, dan 2022. Selama tiga tahun berturut-turut, angka tidak sehat mengalami penurunan. 

Menurut Bondan, penurunan polusi udara itu akibat curah hujan tinggi, bukan keberhasilan pemerintah. Ia menilai, justru kebijakan Pemprov DKI banyak yang agak melenceng, misalnya meningkatkan instalasi atap panel surya, tetapi belum terlihat hingga kini. Namun, mereka memilih mengganti 186 kendaraan Dinas Perhubungan (Dishub) dengan kendaraan listrik (electric vehicle) senilai Rp7 miliar. 

“Negara, pemerintah baru bergerak ketika ada sentilan dari warga. Jika tidak ada gugatan, tidak bergerak,” kata Bondan dalam konferensi pers, Minggu, 13 Agustus 2023.

3.   Musim kemarau

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto memaparkan, kualitas udara Jakarta menurun dalam beberapa bulan terakhir lantaran musim kemarau. Ia menjelaskan bahwa pada Juli sampai September mendatang, musim kemarau sedang tinggi-tingginya. 

“Sehingga berakibat pada kualitas udara menjadi kurang baik,” tutur Asep saat konferensi pers di Gedung Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jumat, 11 Agustus 2023.

Pencemaran udara cenderung meningkat saat musim kemarau

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan juga menyatakan hal yang sama. Dia menuturkan bahwa pencemaran udara cenderung meningkat saat musim kemarau. 

“Hal lain yang menarik dan perlu dicermati, kondisi kualitas udara itu ada siklus harian, malam hari, dini hari, setelah pagi cenderung lebih tinggi dibandingkan siang sampai sore karena siklus harian,” kata Sena pada Jumat, 11 Agustus 2023. 

4.   Transportasi

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyampaikan bahwa tingginya polusi udara di Jakarta dipengaruhi oleh beragam polusi. “Meningkatnya dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi yang mengakibatkan polusi,” ucapnya di Jakarta Pusat, pada Jumat, 11 Agustus 2023. 

Sumber emisi lokal, menurut dia berasal dari transportasi dan residensial. Sementara kontribusi polusi regional datang dari kawasan industri dari lokasi penyangga ibu kota. Kata dia, transportasi menjadi penyumbang pencemaran udara terbesar. 

“Kalau dihitung-hitung 50 persen dari transportasi,” ujar pria yang juga menjabat Kepala Sekretariat Presiden itu. 

5.   Perputaran Angin

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menampik polusi udara Jakarta yang disebut terburuk di dunia. Direktur Jenderal (Dirjen) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro menyebutkan perlu ada perbandingan data untuk melihat indeks kualitas udara. 

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa latar belakang kualitas udara perkotaan di Indonesia, terutama Jakarta terlihat lebih buruk karena pengukurannya di kawasan terhalang gedung. Sehingga, menurut dia, terjadi perputaran angin yang terkumpul di wilayah itu. 

“Kalau itu terjadi di gedung yang diapit, maka angin itu tidak bergerak ke mana-mana, sehingga polusi udara Jakarta meningkat sekian kali dari base-nya,” kata Sigit di Jakarta Pusat, pada Minggu, 13 Agustus 2023. 

 

MELYNDA DWI PUSPITA | RIANI SANUSI PUTRI | ANWAR SISWADI | IQBAL MUHTAROM | NINDA DWI RAMADHANI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus