Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Listrik eksklusif

Mula-mula Cikarang Listrindo mendapat "monopoli" pasok listrik di Jababeka, lalu Grup Salim menuntut hak yang sama. bukan sekadar latah?

30 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BILA tak ada listrik, tak akan ada investor. Dengan kata lain, energi listrik adalah syarat mutlak agar sebuah kawasan industri bisa untung dan berkembang. Maka, agaknya cukup pantas, bila Cikarang Industrial Estate (CIE) membangun pembangkit listrik sendiri. Soalnya, di kawasan itu gardu PLN hanya berkapasitas 41 MW, padahal berdasarkan survai developer, setiap hektare industri butuh listrik 100 KW sampai 250 KW. Demi memenuhi kebutuhan energi di areal seluas 510 hektare, yang butuh listrik sampai 90 MW, pihak developer membangun pembangkit berkapasitas 43 MW. "Investor minta jaminan aliran listrik, tapi tak mau punya generator sendiri karena repot mengurus bahan bakar dieselnya," kata A.J. Kristiadi, Manager Operasi Power Plant CIE. Tanpa pembangkit listrik yang terpusat, ia yakin tak akan ada investor yang mau masuk ke kawasan industri Jababeka. Kelak, pembangkit listrik CIE itu menjadi bagian dari sistem PT Cikarang Listrindo yang mendapat hak eksklusif pemasaran listrik di lima kawasan industri di Bekasi selama sepuluh tahun. "Pada awalnya PT Cikarang Listrindo hanya tertuju untuk kebutuhan listrik di Cikarang Industrial Estate saja," ungkap Sudwikatmono, pemilik kawasan industri Cikarang, yang juga pemilik Cikarang Listrindo. Tapi, kebutuhan listrik di empat kawasan industri lainnya yang biasa disebut Jababeka, telah mengimbau Sudwikatmono, pemilik jaringan bioskop Twenty One ini, untuk memasok ke seantero kawasan itu dan menanam modal US$ 130 juta. Sepekan kemudian giliran Grup Salim meminta hak yang sama untuk memasok listrik di kawasan Cikampek. Dan tamnpaknya, ini bukan sekadar latah. Selain Grup Salim, di BKPM tercatat 14 peminat lain yang juga mau terjun ke listrik swasta. Sama seperti Cikarang Listrindo, Grup Salim juga bermula dari pembangunan kawasan industri Bukit Indah City seluas 9.100 ha di Cikampek. Bersama Bangun Cipta Sarana dan Taisei Corporation, Grup Salim menyiapkan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) berkapasitas 19 MW. Untuk mendukung kawasan seluas 9.110 hektare itu, Grup Salim, lewat anak perusahaannya PT Tata Jabar Sejahtera, siap meningkatkan kapasitas PLTG sampai 250 MW. PLTG itu dibutuhkan karena pengembangan Bukit Indah City pada tahun 2000 akan diikuti dengan pemukiman karyawan setempat yang berdaya tampung 200.000 orang. Untuk itu disiapkan dana US$ 250 juta (sekitar Rp 500 milyar). Tentu saja perlu jaminan untuk investasi ratusan milyar itu. Grup Salim memang tak meminta hak untuk memasarkan listrik di kawasan industri lainnya, tapi konglomerat ini jauhjauh hari sudah memasang palang di Bukit Indah City agar tidak dimasuki aliran listrik PLN. "Kalau Cikarang Listrindo bisa mendapat hak ekslusif, tentu kami juga bisa kan," kata Judiono Tosin, seorang direktur Grup Salim. Hak eksklusif itu memang penting. Jika Cikarang Listrindo atau Grup Salim harus bersaing dengan PLN, keduanya pasti kalah. Ratarata harga jual listrik PLN saat ini Rp 134,52 per kilowatt jam. Namun, pemerintah menyubisidinya sehingga harga untuk konsumen di kalangan industri antara Rp 57,50 dan Rp 99,04 per kilowatt jam. Pihak swasta tentu saja tak mungkin melepas dengan harga serendah itu. "Kami usahakan harganya tidak lebih mahal 40% dari harga PLN. Pemerintah menyarankan harga lebih tinggi sekitar 20% sampai 30% saja," kata Sudwikatmono. Harga yang akan ditawarkan Grup Salim, tampaknya tidak berbeda dari harga Cikarang Listrindo. "Tidak mungkin kami yang masih baru ini bersaing dengan PLN, yang punya pembangkit listrik hidro dan batubara yang lebih murah," kata Judiono Tosin. "Jangan bandingkan dengan harga PLN, tapi dengan negara-negara lain. Masih lebih murah di sini." Maksudnya tentu, di Cikampek. Liston P. Siregar, Ardian T. Gesuri, dan Indrawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus