Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RAPAT kerja Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat itu diselingi pamitan Budi Gunadi Sadikin. Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk itu mengatakan rapat tersebut merupakan pertemuan terakhirnya dengan wakil rakyat sebagai petinggi bank pelat merah. "Saya mohon izin karena mau pensiun," ujar Budi, sebelum rapat membahas kinerja tiga bank pelat merah dan pinjaman ke Bank Pembangunan Cina (CDB), Selasa pekan lalu.
Budi mulai berpamitan karena emiten berkode BMRI itu akan menggelar rapat umum pemegang saham tahunan, Senin pekan ini. Salah satu agendanya pergantian direksi. Meski baru berusia 51 tahun, Budi Sadikin—yang menjabat direktur utama sejak Mei 2013—harus lengser. Ia menjadi anggota direksi Mandiri sejak 2006. Aturan Kementerian Badan Usaha Milik Negara menyebutkan seorang anggota direksi tidak bisa diperpanjang jabatannya setelah menjabat dua periode atau sepuluh tahun.
Sebagai pemegang saham mayoritas, pemerintah menjaring nama-nama pengganti Budi sejak awal tahun. Penentuan bos Mandiri dipimpin langsung oleh Presiden karena Mandiri memiliki aset jumbo, hampir Rp 1.000 triliun. "Bank BUMN sebesar itu pasti dikonsultasikan ke Presiden," kata Ketua Perhimpunan Bank-bankUmumNasional (Perbanas) Sigit Pramono, yang juga mantan Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia, pekan lalu.
Hingga pekan lalu, menurut seorang petinggi BUMN, sudah tersaring enam kandidat. Tiga calon berasal dari kalangan internal Mandiri. Mereka adalah Pahala Nugraha Mansyuri, saat ini menjabat Direktur Treasury and Market; Royke Tumilaar, Direktur Corporate; dan Kartiko Wirjoatmodjo, Direktur Finance and Strategy.
Adapun dari luar Mandiri ada Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk Maryono, Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Sunarso, dan Elvyn G. Masassya, yang baru saja pensiun sebagai Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan.
Enam nama itu disaring melalui dua pintu. Pertama, melalui Komite Remunerasi dan Nominasi, yang diketuai Komisaris Utama Bank Mandiri Wimboh Santoso. Semua direktur saat ini diseleksi hingga mengerucut tiga nama. Tiga nama itu diteruskan ke Panitia Seleksi Kementerian BUMN. Sedangkan calon eksternal dijaring langsung oleh Panitia Seleksi. "Tiga nama dari kami sudah disampaikan ke Menteri BUMN, dua pekan lalu," ujar Aviliani, Komisaris Independen Bank Mandiri, Senin pekan lalu.
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan Panitia Seleksi di BUMN mewawancarai para calon sejak Selasa pekan lalu. Dari enam mengerucut menjadi tiga nama. Ketiganya kemudian dibahas oleh tim penilai akhir (TPA) dan diputuskan oleh Presiden Joko Widodo. "Hasil TPA tergantung Presiden Jokowi," kata Gatot kepada Tempo, Rabu pekan lalu.
Gatot menolak menyebutkan nama-nama itu. Ia hanya memberi petunjuk bahwa sebagian besar calon merupakan orang dalam yang telah lama berkarier di Mandiri.
Lima kandidat memang didikan Bank Mandiri. Sebelum menjadi Wakil Direktur BRI, Sunarso adalah Direktur Commercial Mandiri. Sedangkan Maryono berkarier di Bapindo sebelum bank itu melakukan merger dengan tiga bank lain menjadi Bank Mandiri pada 1999. Posisi terakhir Maryono adalah Group Head Network Jakarta, yang membawahkan sekitar seribu kantor Bank Mandiri. Maryono kemudian menjadi Direktur Utama PT Bank Mutiara (eks Bank Century) Tbk pada 2008.
Menurut bekas petinggi Kementerian BUMN, Sunarso bersaing dengan Budi Gunadi Sadikin pada pemilihan direktur utama tiga tahun lalu. Ia sebenarnya hendak diangkat sebagai Wakil Direktur Mandiri. Tapi pemikirannya yang tak sejalan dengan Budi Sadikin membuatnya terlempar ke BRI.
Selain mengganti direktur utama, Bank Mandiri akan mengganti satu direktur. Sentot A. Sentausa, Direktur Distribusi, juga masuk usia pensiun. Seorang petinggi Bank Mandiri mengatakan enam head group atau kepala kantor wilayah Bank Mandiri sudah diusulkan ke Kementerian BUMN. Satu dari tiga calon itu, menurut sumber tadi, akan menjadi kandidat pengganti Sentot. "Tiga nama lain disiapkan menggantikan Pak Royke bila terpilih sebagai dirut," ujarnya.
Menurut Aviliani, jajaran komisaris mengharapkan bos Mandiri berasal dari kalangan internal perusahaan. Hal ini diperlukan agar ada kesinambungan kebijakan. Apalagi, sejak dipimpin Agus Martowardojo pada 2005, Mandiri sudah menjalankan tradisi "rencana lima tahunan". Direksi di bawah Budi Gunadi telah menyusun rencana Bank Mandiri 2015-2020. "Jangan sampai orang baru mengubah visi organisasi yang sudah on the track," kata Aviliani.
Sejumlah sumber di Kementerian BUMN mengatakan Budi Gunadi berupaya agar tiga nama dari Mandiri yang dipilih Presiden Joko Widodo. Tiga nama ini dianggap paling paham bagaimana membawa Bank Mandiri menjadi The Best ASEAN Bank 2020. Ditanyai mengenai hal itu, Budi tak membantah. "Preferensi saya juga sebaiknya dari dalam," ujar Budi.
Budi Gunadi, menurut seorang petinggi BUMN, telah menyampaikan langsung pandangannya mengenai suksesi di Mandiri kepada Presiden Jokowi. Budi dipanggil Jokowi ke Istana Negara pada 1 Maret lalu. "Salah satu topiknya soal mencari Dirut Mandiri," kata sumber tadi. Pertemuan itu luput dari pantauan media.
Juru bicara Presiden, Johan Budi S.P., mengaku tidak tahu pertemuan tersebut. Adapun Budi Gunadi tidak membantah atau mengiyakan pertemuannya dengan Presiden Jokowi.
Bukan hanya Budi, kalangan politikus Senayan juga aktif mendorong calon favorit mereka ke Presiden. Maryono paling santer disebut-sebut para legislator sebagai sosok paling ideal memimpin Mandiri. Kiprahnya menyelamatkan Bank Mutiara dan menyehatkan Bank BTN banyak diacungi jempol. "Dia ini bandel. Tipe fighter. Mandiri butuh dia, apalagi di tengah situasi ekonomi yang lesu," ujar seorang anggota Komisi Keuangan dan Perbankan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Hingga Kamis malam pekan lalu, belum ada kabar final dari TPA. Namun seorang sumber di BUMN memastikan enam kandidat sudah menyusut menjadi tiga nama. Mereka adalah Kartiko, Pahala Mansyuri, dan Maryono. Sumber lain di pemerintahan mengatakan nama lain yang beredar adalah Kartiko, Pahala, dan Elvyn Masassya. Masih masuknya nama Elvyn dikuatkan oleh seorang petinggi bank pelat merah.
Kartiko, Pahala, dan Elvyn menolak memberikan keterangan ihwal pencalonan kursi Mandiri-1. "Saya tidak bisa berkomentar," kata Kartiko setelah mengikuti rapat kerja di Komisi Keuangan dan Perbankan, Senin pekan lalu. Jawaban yang sama disampaikan Pahala saat ditemui di kantor pusat Bank Mandiri, Selasa pekan lalu. Pada hari yang sama, Elvyn juga menolak membahas pencalonannya sebagai bos Bank Mandiri. Adapun Maryono, kepada sejumlah juru warta, pernah mengatakan ingin berfokus di BTN. "Yang penting saya sekarang berfokus di sini (BTN) dulu," ujarnya.
Meski jumlah kandidat sudah mengerucut, Aviliani mengatakan calon Direktur Utama Mandiri masih bisa berubah hingga detik-detik akhir. Bisa jadi Jokowi memilih nama yang sama sekali lain. "Pengalaman sebelumnya, nama ditentukan di detik akhir. Apalagi RUPS baru siang hari," katanya. Sumber di pemerintahan mengatakan bisa saja nama yang dipilih Istana bukan keempat nama yang tadi dijagokan. "Nama Royke Tumilaar bisa menjadi kuda hitam," ucapnya.
Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan Ototitas Jasa Keuangan Irwan Lubis mengatakan calon anggota direksi harus diuji kelaikan dan kepatutan oleh lembaganya. Calon yang disetujui RUPS masih bisa dimentahkan OJK. "Bobot terbesar masalah integritas," ujar Irwan.
Agus Supriyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo