Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NAMA Robert Constanza mencuat di dunia karena pemikirannya yang menyatukan ilmu ekonomi dan ekologi. Bagi guru besar kebijakan publik di Australian National University ini, standar pertumbuhan ekonomi yang digunakan banyak negara saat ini kerap menyesatkan.
Tiga pekan lalu, pria 66 tahun ini ke Jakarta dan menyempatkan diri berbicara dengan Gustidha Budiartie dan Ayu Prima Sandi dari Tempo.
Kenapa ilmu ekonomi dan ekologi harus disatukan?
Kami meyakini bahwa ekonomi sebenarnya menyatu dengan alam dan berada dalam sistem yang sama, terintegrasi dengan pendekatan lintas disiplin. Kita tak bisa mengingkari dengan mengatakan bahwa masalah-masalah yang terjadi pada alam sekarang ini bukan merupakan akibat dari aktivitas ekonomi. Bahwa secara teknis ini terkoneksi, tak bisa dibantah sehingga diperlukan ilmu yang bisa mengkaji kedua hal ini sekaligus agar bisa menghasilkan kebijakan yang menciptakan masa depan berkelanjutan dan diimpikan semua orang.
Gampangnya, kami menyatukan ilmu ekologi, yakni ilmu mengenai sebuah rumah yang layak dihuni; dan ilmu ekonomi, yaitu tentang bagaimana mengurus rumah itu.
Apa bedanya dengan ilmu ekonomi lingkungan atau ekonomi hijau lain?
Berbeda di cakupannya. Ekonomi lingkungan lebih merupakan subdisiplin ilmu ekonomi, sehingga pendekatannya menerapkan standar-standar berpikir keekonomian yang biasanya berfokus pada pasar. Sedangkan kami membawa hal-hal di luar pasar. Kami mempelajari ekosistem secara general.
Tujuan ilmu ini adalah bagaimana membuat peradaban yang lebih berkelanjutan. Berkelanjutan yang diinginkan di sini apakah mesti identik dengan pertumbuhan angka ekonomi seperti yang dipikir oleh para pejabat? Buat kami tidak begitu.
Pertumbuhan angka ekonomi itu bukan jaminan adanya perkembangan atau kesejahteraan?
Ya. Banyak orang mendeskripsikan kesejahteraan itu adalah hidup yang berkualitas dan berkecukupan. Lalu ini direpresentasikan dalam angka-angka dan tingkat konsumsi.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menciptakan orang-orang kaya yang banyak membeli rumah, mobil mewah, tapi hanya untuk mengejar status. Sementara itu, jurang perbedaan dengan yang tidak mampu makin lebar. Pasar yang berjalan baik selama ini bekerja sangat buruk di saat yang sama. Karena tingkat ketimpangan makin besar dan memburuk. Kita berfokus pada angka-angka di pasar, sementara hal di luar pasar memburuk. Udara yang buruk, pengangguran, kemacetan, dan lain-lain, yang membuat kondisi semakin buruk.
Biasanya kemajuan ekonomi suatu negara diukur menggunakan gross domestic product (GDP). Makin tinggi GDP, artinya makin maju. Tapi kami tidak menggunakan standar ini untuk menghitung kesejahteraan masyarakat.
Lalu standar apa yang digunakan?
Kami menggunakan GPI atau genuine progress indicator. GDP menghitung dari sisi pendapatan saja, kami mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Misalnya GDP melihat kemacetan lalu lintas sebagai tanda yang bagus karena mobil semakin banyak. Tapi GPI melihat kemacetan sebagai beban. Kemacetan membuat keterlambatan dan banyak bahan bakar terbuang, polusi bertambah.
Lalu ada beberapa kajian global menunjukkan angka GDP berbanding terbalik dengan GPI. Makin tinggi GDP justru GPI-nya makin buruk.
Anda membuat riset tentang valuasi untuk memelihara ekosistem dunia. Apa hasilnya?
Pada 1997, kami membuat penelitian tentang nilai pemeliharaan ekosistem secara global. Kami menilai berdasarkan 17 faktor, di antaranya regulasi iklim, pengaturan air, formasi tanah, dan pengendalian erosi. Dari sana, kami mendapatkan angka total nilai pemeliharaan ekosistem mencapai US$ 33 triliun per tahun.
Data ini kami perbarui pada 2011 dan mendapatkan angka naik menjadi US$ 125 triliun per tahun. Kami menyimpulkan tiap tahun kita kehilangan US$ 4-20 triliun untuk ekosistem kita. Untuk beberapa kasus, angka ini bahkan lebih tinggi ketimbang GDP yang dicapai. Itulah mengapa, menurut kami, GDP seharusnya tidak dijadikan patokan lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo