Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEBULAN belakangan, pekerjaan Neng Dewi Sunengsih lebih ringan. Pengusaha jaket kulit di Garut, Jawa Barat, ini tak lagi pusing soal pemasaran. Urusan mencari pembeli semakin mudah sejak dia bergabung dengan Koperasi Syariah Siliwangi.
Sejak awal Februari lalu, koperasi besutan Sekolah Tinggi Ilmu Islam Siliwangi ini membantu para perajin mempromosikan produknya. "Koperasi merangkap sebagai tenaga marketing," kata perempuan 30 tahun ini saat ditemui pada Kamis tiga pekan lalu. Tercatat 270 jaket produksi puluhan perajin di sekitar Garut terjual dalam sebulan. Sebagian dijajakan sampai ke Hong Kong.
Tak cuma jualan, Koperasi Syariah Siliwangi juga menawarkan bantuan modal bagi para perajin. Dewi, yang menekuni usaha ini sejak 2005, misalnya, mendapat pinjaman Rp 40 juta. "Empat hari lalu uangnya saya terima," ujar Dewi. "Buat modal tambahan memproduksi 120 jaket pesanan pada Maret ini."
Manfaat lain bagi para pelaku usaha kecil-menengah seperti Dewi adalah pendampingan untuk menjaga kualitas produk. Menurut Ketua Koperasi Syariah Siliwangi, Illa Susanti, kualitas kulit sering kali melorot gara-gara penyamakan yang tak rapi. Selain itu, para perajin tak memiliki model yang inovatif. "Dalam waktu dekat, kami akan mendatangkan desainer untuk memberi pelatihan."
Penyaluran pinjaman untuk industri kreatif ini bermula ketika Koperasi Syariah Siliwangi meneken perjanjian ekonomi kreatif dengan PT Procar International Finance dan PT Pro Mitra Syariah Finance, awal Februari lalu. Kerja sama ini merujuk pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 29 Tahun 2014 yang memperluas kesempatan perusahaan multifinance untuk menyalurkan kredit selain ke industri otomotif. "Tahun lalu ada sepuluh perusahaan pembiayaan yang berkomitmen melirik UKM," kata Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno saat ditemui di kantornya, Selasa tiga pekan lalu.
PT Procar memulainya di Garut dengan menyalurkan Rp 815 juta untuk 24 perajin kulit. Bantuan kredit tak selalu dalam bentuk tunai. Untuk modal kerja, perusahaan memberikan uang kepada Koperasi Syariah Siliwangi guna membeli bahan baku kulit bagi perajin. Sedangkan modal investasi diberikan berupa alat produksi. "Ini sesuai dengan permintaan para perajin, agar duitnya betul-betul dipakai usaha," ujar Direktur Utama PT Procar International Finance Gusti Wira Susanto.
Skema pembiayaan pun cukup mudah. Menurut Illa Susanti, perajin dikenai bunga pinjaman 1,5 persen per bulan, ditambah biaya administrasi 2,5 persen dari plafon. Begitu pula soal pengembalian. Tak ada syarat yang rumit bagi peminjam. Dengan menentukan sendiri jangka waktu kredit, perajin bisa mencicil bunga saja setiap bulan, lalu melunasi pokoknya di akhir pembayaran. Bisa juga mencicil kewajiban setiap bulan.
Kinerja perusahaan pembiayaan memang diprediksi lesu menyusul menurunnya gairah penjualan otomotif, yang selama ini menjadi penopang utama mereka. Berdasarkan data OJK, total aset perusahaan multifinance sepanjang 2015 hanya tumbuh 1,25 persen menjadi Rp 425,72 triliun dibanding tahun lalu. Sementara itu, total piutang pada akhir tahun lalu tercatat Rp 363,2 triliun—lebih rendah 0,8 persen dibanding tahun sebelumnya, Rp 366,2 triliun.
Dengan perluasan ke industri kreatif ini, Suwandi mengatakan penyaluran pembiayaan diharapkan bisa meningkat. Pada 2015, sekitar 200 perusahaan yang tergabung dalam APPI telah menyalurkan dana Rp 460 triliun. Sekitar 60 persen dikucurkan untuk kredit kendaraan bermotor. Adapun pembiayaan ke sektor ekonomi kreatif tercatat Rp 4,8 triliun sepanjang tahun lalu. "Pembiayaan bagi perajin jaket di Garut ini akan menjadi model untuk dikembangkan di kota lain."
Ayu Prima Sandi, Sigit Zulmunir (Garut)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo