Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Masih Itu Juga

Para pilot garuda yang menuntut perbaikan gaji semakin resah. kapten pilot subekti & hernawan dipecat. dirjen sugiri mengatakan bahwa aksi-aksi para pilot ada yang menunggangi untuk mengacau pemilu.82.(eb)

26 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUANGAN kecil di pojok kanan terminal A pelabuhan udara Kemayoran hari itu banyak dikunjungi para pilot. Mercka, sekalipun masih menuntut, menaati setiap jadwal penerbangan Garuda. Dari ruang itu pula akhir pekan lalu terdengar suara: "Kok tuntutan perbaikan nasib dikait-kaitkan dengan Pemilu 1982 dan Presiden?" Itu agaknya reaksi terhadap ucapan Dirjen Perhubungan Udara Sugiri, sebagaimana dikutip jurubicara ke-26 pilot Garuda ketika datang lagi ke DPR 16 Januari lalu. Sehari sebelumnya, suatu tim 5 pilot Garuda memang telah menemui Dirjen Sugiri, meminta penjelasan mengenai kasus kapten pilot DC-9 Subekti dan kapten pilot F-2 Hernawan. Menurut Sugiri kedua kapten pilot itu, karena alasan yang bersifat personal dengan Dir-Ut Wiweko, telah diputuskan untuk dipecat. Tapi oleh Sugiri ditengahi dengan permintaan agar kedua kapten pilot itu mengajukan permohonan pengunduran diri saja. "Tak usah diributkan lagi, karena permintaan untuk resign (permohonan berhenti) tak akan terjadi pada mereka kalau tidak ada apa-apa di Garuda," begitu Sugiri dikutip para pilot. Keduanya memang aktif memimpin delegasi para pilot dalam beberapa kesempatan. Sekalipun kedua orang itu kabarnya tak merasa ada menyimpan sesuatu masalah yang bersifat "personal" dengan Dir-Ut Wiweko. Tak Akan Berubah Jadi ada apa di Garuda sebenarnya? "Pak Dirjen mengatakan ada oknumoknum yang menunggangi aksi-aksi kami," kata seorang pilot mengutip laporan tim yang terdiri dari Jatmono, Krones, A. Lamendola, Pandu Utomo dan Ari Muladi. Menurut tim tersebut, Sugiri sendiri tak mensinyalir lebih jauh siapa yang dimaksudkan itu. Tapi katanya, oknum-oknum itulah yang tak ingin melihat Garuda maju di bawah Dir-Ut Wiweko. Sugiri lalu menghubungkan penerbangan yang memang vital itu dengan usaha mengacau Pemilu 1982. "Oknum-oknum tersebut menginginkan agar Garuda kacau, sehingga otomatis pemerintah yang mengelola Garuda menjadi gagal. Dan ini berarti pimpinan pemerintahan (Presiden) gagal." Maka menurut Sugiri pula, kegagalan pemerintah mengurus Garuda akan digunakan oleh oknum-oknum itu untuk menyerang Golkar pada Pemilu 1982. Lalu Sugiri, Marsekal Muda yang tadinya Sekmil Presiden itu, menyatakan bahwa Garuda tak akan semaju sekarang seandainya tak dipegang oleh Wiweko. Maka oleh Pemerintah, menurut Dirjen Sugiri, Dir-Ut P.T. Garuda Indonesia Airways itu dinilai berhasil. Bisa dipastikan pimpinan Garuda yang sekarang akan tetap tak berubah, hendaknya sampai habis Pemilu nanti. Ini menarik, karena beberapa waktu yang lalu ada seorang pejabat di depan pers yang mengatakan, Wiweko perlu diganti. Terus Berjuang Bagaimana dengan peranan Pangkopkamtib Sudomo? Dalam suatu pertemuan besar di aula DKI Jaya pertengahan November lalu, yang juga dihadiri Dir-Ut Wiweko, Dirjen Sugiri dan beberapa pejabat penting lain, Laksamana Sudomo-lah yang jadi semacam wasit. Dia ketika itu memberi waktu sebulan kepada pimpinan Garuda untuk "secara tuntas" menyelesaikan pokok-pokok keresahan dalam tubuh Garuda. Dua bulan telah berlalu. Tim demi tim telah dibentuk di antara para pilot dan tehnisi Garuda untuk mengajukan konsepnya yang dipesan Sudomo. Namun pada pertengahan bulan ini Pangkopkamtib Sudomo sendiri menyatakan kepada pers, bahwa Kopkamtib tak mengurus lagi masalah Garuda. Semua soal menurut Sudomo sudah dikembalikan kepada Menteri Perhubungan Rusmin Nurjadin, Dirjen Sugiri dan Dir-Ut Wiweko sendiri. Tapi rupanya para pilot itu semakin bingung. Konsep-konsep perbaikan sudah mereka sampaikan ke berbagai pihak, termasuk kepada pimpinan KORPRl di Garuda, yang oleh Sudomo diminta untuk menampung masalah karyawan. "Tapi hasilnya masih nol. Malah kami mendapat jawaban dari pimpinan KORPRI kami ini ditunggangi pihak ketiga .... " cerita mereka. Tapi betulkah para pilot itu ingin agar Wiweko pergi? "Kami ini anak-anak asuhannya. Masa kami ingin menjatuhkannya? Tapi kami juga tak ingin melihat Garuda dihancurkan oleh orang-orang dalam sendiri," kata seorang pilot berapi-api. Menurut pilot Garuda yang pernah mendapat latihan di luar negeri itu kalau keadaannya terus begini, perusahaan milik negara ini cepat atau lambat akan hancur dari dalam sendiri. "Memang Garuda ini hebat kalau dilihat kemajuan fisiknya. Tapi keadaan sosial para karyawan rendahan menyedihkan. Jadi jangan melihat kami yang pilot ini, yang jauh lebih lumayan dari mereka." Di atas semua itu. "Tak ada ketenteraman kerja dalam Garuda. Pemecatan atau tindakan yang serupa selalu membayangi kami." Tapi apapun yang bakal terjadi, para pilot yang besar semasa kepemimpinan Dir-Ut Wiweko itu agaknya sudah merasa kepalang basah. "Kami tak akan berhenti berjuang selama tuntutan-tuntutan kami belum dipenuhi. Sekalipun kami akan tetap menaati jadwal terbang dan tugas-tugas lain." Akan ada aksi lagi? "Aah, mudah-mudahan tak terjadi seperti aksi para sopir bis PPD tempo hari," kata beberapa pilot di Kemayoran. Maksudnya, mudah-mudahan tidak mogok. Tuntutan para pilot dan karyawan Garuda itu tak berubah: perbaikan kesejahteraan sosial berupa struktur gaji, uang makan dan lembur, fasilitas kesehatan, perumahan, asuransi dan pensiun. Tapi sebelum sampai ke situ mereka solider agar pilot Hermawan dan Herman Rante yang "diliburkan" itu diaktifkan kembali. Juga beberapa pegawai lain yang ditindak, seperti flight engineer Djuwarsa dan Sarwono, agar direhabilitir. Tapi nyatanya, selain Hernawan, juga kapten pilot Subekti yang pernah "dirumahkan" malahan ditindak lebih keras lagi. Dirjen Sugiri sendiri beranggapan sistem pensiun dan asuransi di Garuda sudah cukup baik. Sedang mengenai gaji yang dituntut para karyawan, menurut Sugiri, sedang diproses oleh konsultan dari luar. Sampai kapan? "Makan waktu lama," begitu jawabnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus