Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Surya Airways akan meramaikan bisnis penerbangan murah seusai pandemi.
Surya Airways dimiliki pengusaha pasir Muhammad Suryo.
BPS mencatatkan pertumbuhan jumlah penumpang pesawat yang cukup tinggi.
SEBUAH bangunan tinggi tampak mencolok di tengah kawasan Jalan Panggungsari, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Onggokan besi, semen, dan bahan bangunan lain terpencar di sekeliling gedung berlantai 10 yang belum selesai dibangun itu. Sejumlah pekerja terlihat lalu-lalang di area bangunan yang didominasi dinding kaca.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Itulah calon kantor PT Surya Mataram Indonesia, operator maskapai penerbangan Surya Airways, seperti tercatat dalam akta perusahaan. Sejumlah pekerja konstruksi gedung itu membenarkan kabar bahwa bangunan tersebut adalah kantor Surya Mataram ketika Tempo mendatanginya pada Kamis, 2 November lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi warga sekitar rupanya belum tahu bahwa gedung yang sedang dibangun tersebut adalah kantor maskapai penerbangan. Wartini, istri Kepala Dusun Sumberan, Panggungsari, Sleman, malah mengira bangunan tersebut bakal jadi kantor pusat PT Surya Karya Setiabudi, perusahaan milik Muhammad Suryo, yang dikenal warga sebagai pemilik tambang pasir. "Setahu saya untuk kantor pusat perusahaan pasir," kata Wartini.
Surya Airways bakal meramaikan persaingan industri penerbangan nasional setelah mengantongi izin usaha berupa sertifikat standar angkutan udara niaga berjadwal (SS-AUNB) pada 9 Oktober lalu. Menurut Kepala Bagian Kerja Sama Internasional, Hubungan Masyarakat, dan Umum Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Mokhammad Khusnu, Surya Airways masih dalam fase 1 preapplication. "Ini satu dari lima fase yang harus dilalui untuk mendapatkan AOC,” ucap Khusnu pada Jumat, 3 November lalu.
Baca:
AOC adalah air operator certificate, lisensi yang harus dimiliki maskapai penerbangan. Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, maskapai harus menempuh tahap pra-permohonan, permohonan resmi, evaluasi dokumen untuk pemenuhan regulasi, inspeksi dan demonstrasi, serta sertifikasi. Kementerian Perhubungan biasanya menerbitkan AOC dalam waktu minimum 90 hari. Setelah mendapatkan AOC, maskapai harus mengajukan permohonan izin rute dan prosedur operasi standar pelayanan penumpang kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Pramugari memperagakan alat keselamatan penerbangan dalam pesawat maskapai Super Air Jet nomor penerbangan IU-763 tujuan Jakarta di Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat, 4 Desember 2021. TEMPO/Nita Dian
Setelah memperoleh AOC, Surya Airways akan bertarung di segmen penerbangan komersial berjadwal pada 2024. Dalam situs resminya, perusahaan itu menampilkan foto pesawat baling-baling ATR 72 dan jet Boeing berikut sejumlah kolom rute penerbangan, yaitu dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta; Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara; Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau; Binaka, Nias, Sumatera Utara; I Gusti Ngurah Rai, Bali; dan Penang di Malaysia.
Kepada Tempo, Jumat, 3 November lalu, Komisaris Utama Surya Airways Benny Rustanto mengatakan, setelah mengantongi SS-AUNB, perusahaannya masih harus berupaya memenuhi sejumlah persyaratan untuk mendapatkan AOC. "Semuanya masih dalam proses," tuturnya.
Nama Benny bersama Muhammad Suryo tercatat dalam akta perusahaan PT Surya Mataram Indonesia. Berbeda dengan Suryo yang belum dikenal di bisnis penerbangan, Benny adalah salah satu "pemain lama" karena pernah menjabat Direktur Komersial dan Kargo Citilink serta mendirikan PT Rustanto Utama Sejahtera (RUS Group) dan PT Rusky Aero Indonesia yang menjalankan bisnis penerbangan kargo di bawah maskapai Raindo United Services.
Selain Benny dan Suryo, nama yang tercatat dalam akta Surya Mataram Indonesia adalah Prasetyo Arie Wahyudi Fadjari sebagai komisaris. Sebelumnya, Prasetyo menjadi Direktur Utama Surya Airways. Posisi tersebut kini diduduki Daru Pradityo Fadjari Putra. “Sedang dalam fase peralihan (jabatan),” kata Benny.
•••
SURYA Airways bakal beroperasi saat industri penerbangan nasional mulai bangkit seusai masa pandemi Covid-19. Di masa pagebluk atau saat pemerintah memberlakukan pembatasan perjalanan, semua maskapai penerbangan merana karena tak ada penumpang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penumpang pesawat pada 2022 mencapai 55,85 juta orang, melonjak 84,96 persen dibanding pada 2021. Jumlah penumpang pesawat penerbangan domestik mencapai 52,56 juta dan sisanya menempuh rute internasional. Adapun pada Januari-Juni 2023, jumlah penumpang pesawat domestik dan internasional naik masing-masing 23,37 persen dan 311,56 persen dibanding pada semester I 2022.
Maskapai penerbangan baru bermunculan di akhir masa pandemi. Pada pertengahan 2021, bos Lion Air Group, Rusdi Kirana, meluncurkan Super Air Jet yang melayani kelas low-cost carrier (LCC) atau penerbangan berbiaya rendah. Pada 28 April 2022, Pelita Air Service mulai melayani penerbangan berjadwal di kelas yang sama. Pelita, anak usaha PT Pertamina (Persero), sebenarnya beroperasi sejak 1970-an sebagai maskapai pesawat sewaan. Kini maskapai itu menjajaki peruntungan di segmen penerbangan berjadwal dengan melayani beberapa rute di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
Hal yang sama dilakukan TransNusa. Maskapai yang awalnya melayani penerbangan antarpulau ini mantap melangkah masuk kelas LCC dengan membuka jalur penerbangan Jakarta-Bali dan Jakarta-Yogyakarta pada April 2022. Direktur Utama TransNusa Bayu Sutanto mengatakan terjadi kenaikan tren penumpang LCC seusai masa pandemi. “Sebagai pemain baru, kami punya strategi dengan memasang brand LCC premium,” ujarnya pada Rabu, 1 November lalu.
LCC premium, kata Bayu, memiliki nilai lebih daripada maskapai penerbangan murah lain, seperti jarak antarkursi lebih lega, gratis bagasi untuk barang 20 kilogram, layanan pemesanan makanan, dan, "Kualitas kabin dan ambience yang lebih baik." Karena jumlah penumpang kian tinggi, TransNusa pun berani berekspansi. Menurut Bayu, TransNusa akan menambah rute ke Perth di Australia serta Guangzhou dan Shenzhen di Cina. Untuk keperluan ini, TransNusa akan menambah dua pesawat Airbus A320. Saat ini TransNusa masih mengoperasikan pesawat Airbus A320 dan Comac ARJ21-700.
Tambahan pesawat dan maskapai baru, menurut Kepala Bagian Kerja Sama Internasional, Hubungan Masyarakat, dan Umum Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Mokhammad Khusnu, menambah padat kelas LCC. Dia mengungkapkan, meski belum bisa kembali ke kondisi sebelum masa pandemi, recovery rate atau tingkat pemulihan rute penerbangan domestik pada semester I mencapai 85 persen dan rute internasional 75 persen.
Namun konsultan penerbangan Gerry Soejatman menilai kehadiran maskapai penerbangan baru tidak akan membawa perubahan besar pada tarif. Sebab, dia menjelaskan, pesawat yang beroperasi masih berkisar 60 persen dibanding pada periode sebelum masa pandemi. Kondisi ini menyebabkan kesenjangan antara permintaan dan suplai yang berdampak tingginya tarif. "Maskapai baru di tengah kondisi saat ini tidak serta-merta menurunkan harga tiket pesawat," ucapnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Shinta Maharani di Yogyakarta berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Ramai Terbang Setelah Pagebluk".